Home / Urban / Pembalasan Sang Presdir Dingin / BAB 7 MENCARI SESEORANG

Share

BAB 7 MENCARI SESEORANG

Author: shart96
last update Last Updated: 2025-09-08 16:30:47

"Udah ngocehnya? udah kaya emak-emak yang lagi marahin anaknya, nyerocos cepet kaya kereta cepat." William jengah dengan tingkah Hendery yang mengomeli dan menasehatinya sejak tadi seraya mengobatinya dengan telaten.

"Udah diem! masih mending mau aku obatin, ngapapin aja sih sampe kaya gini," ucap Hendery yang fokus mengobati luka di wajah William.

Hendery sudah seperti sang Ibu yang selalu mengomelinya jika anaknya terluka, membuat William terkadang jengkel dengan sahabatnya tersebut karena terlalu berlebihan menurutnya dan ingin melakukan sesuatu kepada sahabatnya itu agar tidak terlalu cerewet.

"Udah tua juga, masih banyak tingkah aku lihat." Hendery tetap mengomeli setelah selesai mengobati luka di wajah William semampunya.

Dia sudah terbiasa mengobati William sejak bangku Sekolah Menengah Atas, karena dimasa itu William tidak jarang mendapatkan tindakan bullying dari kakak kelasnya.

William bukan tidak berani melawan kakak kelasnya, namun suatu kejadian dia melaporkan kakak kelas yang membullynya. Bukan keadilan yang dia dapat, justru dirinya mendapat olokan dari teman sekelasnya bahkan oleh gurunya sendiri, sehingga dia malas untuk melapor.

Melaporkannya kepada sang Ayah pun nyatanya sama saja, malah memperingatkan dirinya agar jangan membuat masalah di Sekolah agar tidak mencoreng nama baik sang Ayah.

Setelah selesai William bergegas ke kamarnya untuk istirahat, sedangkan Hendery melanjutkan aktivitasnya sendiri yang sempat tertunda.

Esok harinya, William fokus dengan laptop dihadapannya. dia sedang mencari tahu lebih dalam tentang orang di dalam foto yang tempo hari seseorang kirim padanya, meski kesulitan karena kini dia sudah tidak bisa leluasa untuk mengakses data perusahaannya.

William mulai mencari tahu dari beberapa artikel yang ada di internet tentang orang itu, apa dia pernah hadir di acara perusahaannya atau perusahaan sang Ayah. Dan mungkin saja siapa tahu dia pernah hadir di acara keluarga tanpa William sadari sebelumnya, setelah belum lama ini dia melihat ada satu foto yang mana orang tersebut sedang bersama dengan Rian namun dia tidak mengetahui lokasi tersebut ada dimana.

William memandang lekat pada laptopnya tanpa berkedip, hingga Hendery datang mengalihkan fokusnya sejenak karena datang dengan sedikit berisik.

"Fokus amat, bukannya fokus pulihin dulu itu badan," ucap Hendery menghampiri dengan menggerek koper berukuran kecil dengan sebelah tangannya, sedangkan sebelah tangannya lagi fokus dengan ponselnya.

"Mana bisa kaya gitu, di Lapas udah biasa kaya gini jadi udah biasa. santai aja urusin aja kerjaan sendiri," sahut William yang masih memfokuskan pandangan pada laptopnya.

"Yaudah terserah, untuk beberapa hari ini nggak akan ada disini. Ada urusan kerjaan diluar kota, jadi untuk sementara waktu kalau ada apa-apa lewat video call." Hendery memberitahu sahabatnya dengan pandangan masih terfokus dengan ponsel miliknya.

"Siap." William mengacungkan jari jempolnya ke udara.

"Untuk sementara juga jangan lakukan hal yang aneh-aneh, repot urusannya nggak bisa handle dari jarak jauh." Hendery memberi peringatan kepada sahabatnya itu.

William mendelik tajam kearah sahabatnya tersebut."Dih dikira bocah ingusan apa, mau lakuin hal aneh gimana orang badan babak belur begini."

William kini menatap malas ke arah Hendery yang sudah bersiap hendak pergi, memang kondisinya saat ini belum pulih, mengingat kemarin dihajar oleh sang Ayah dengan stik golf, dan beberapa kali mendapatkan pukulan karena aksi saling hajar dengan sang adik tiri di depan rumah saat dirinya hendak pergi namun Rian malah menghadangnya.

"Makanya untuk sementara waktu diam dulu di rumah jangan keluyuran, nanti kita cari tahu lagi tentang Rian dan antek-anteknya sambil nunggu laporan lebih lanjut dari pengacara dan dari pihak yang berwajib."

Setelah Hendery pergi, William kembali fokus dengan kegiatannya yang sempat tertunda.

"Oh jadi dia salah satu rekan bisnis Ayah dan menjadi salah satu investor di anak perusahaan Ayah yang dikelola oleh anak itu," gumam William tersenyum tipis, saat menemukan salah satu artikel yang dia cari selama berjam-jam lamanya.

William menarik nafas dalam-dalam sebelum senyum dipaksakan, tatapannya tajam seperti belati tak bersarung. Ia tidak bisa menyembunyikan amarahnya, genggaman di salah satu tangannya mengepal begitu kuat hingga buku jarinya memutih.

William berjalan dengan cepat dengan langkah berat menuju lemari es untuk mengambil minuman dingin, saat ini dia butuh sesuatu yang dingin untuk menetralkan suasana hati yang sedang terbawa emosi.

"Bisa-bisanya dia juga datang di acara keluarga, apa dia salah satu rekan kerja Ayah atau teman dekatnya iya?" tanya William pada dirinya sendiri berjalan kembali menuju meja dan duduk kembali fokus dengan laptopnya.

"Aku masih butuh info lebih dalam lagi tentang orang itu, apa dia merupakan kaki tangan anak itu dan terlibat dengan investasi bodong itu atau tidak." tatapan berkabut oleh pikiran yang jauh, seraya menjepit jemarinya satu tangan dengan tangan lain

Kala pikirannya terfokus pada layar laptop, William tersentak membuat jantungnya berdetak tak karuan saat tiba-tiba terdengar suara dari ponselnya. Dia langsung meraih ponselnya dan mencari tahu siapa yang menghubunginya, namun saat dilihat yang menghubunginya nomor yang tidak dikenal.

Dia sempat ragu untuk menjawab panggilan tersebut pada awalnya, namun karena rasa penasaran yang terus bergelayut di pikirannya dan sang penelepon juga terus menghubunginya, akhirnya dia pun menjawab panggilan tersebut.

Siapakah orang yang menghubungi William? dan ada apa terjadi karena orang tersebut terus menghubunginya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 19

    Sudah dari satu jam yang lalu mereka telah tiba dan menunggu kapal kargo yang akan berlabuh di dermaga, namun masih belum terlihat kapal yang membawa barang milik Tedy Yan bersandar di pelabuhan.“Ini sudah tengah malam, tapi kenapa kapalnya belum juga sampai di pelabuhan?” tanya salah satu pengawal yang sedang mengawasi.“Aku juga tidak tahu, mungkin ada keterlambatan karena cuaca buruk. Kita tidak tahu cuaca laut seperti apa sekarang,” sahut yang lainnya.“Sebenarnya barang seperti apa yang dipesan Pak Tedi sampai mengerahkan semua pengawalnya ke sini?' bisik Bian yang saat ini sedang berada disamping William."Mungkin barang lelang dan barang mewah dan tentu mahal sejenisnya , jadi harus dikawal ketat. kalau tidak mana mungkin kita ada disini sekarang," sahut William sekenanya.Selang beberapa menit kemudian terlihat sebuah kapal kargo mulai mendekat ke pelabuhan, setelah di konfirmasi ternyata kapal tersebut yang membawa barang pesanan Tedi Yan.Semua mulai lebih mendekat ke arah

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 18

    “Heh dimana sekarang? jam segini keluyuran, baru nyampe dirumah tapi tidak terdeteksi tanda-tanda kehidupan.”-Hendery.“Liam sampai kesini jam berapa? kita disuruh kumpul jam setengah sebelas.”-Bian.William membalas satu per satu pesan yang masuk dari keduanya.”Aku harus pergi sekarang Bian memberitahuku kalau kami harus berkumpul segera sekarang, tetap hati-hati disini, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku.”William melihat area sekitar kamar hotel memeriksa sekilas takut ada yang masih mengikuti tanpa dia dan Mia sadari.“Baiklah, hati-hati juga di jalan.”William bergegas keluar dari hotel lalu mulai melanjutkan perjalanannya menuju gedung perusahaan Tedi Yan, sebelum pergi dia sudah membalas kedua pesan dari Bian dan Hendery. Kepada Bian dia akan datang dan sampai sekitar tiga puluh menit, sedangkan kepada Hendery dia sedang ada urusan dan akan menjelaskan detailnya nanti saat bertemu.Beruntung jarak antara hotel dan gedung perusahaan Tedi Yan tidak terlalu jauh, jadi hanya me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 17

    “Mau bagaimana lagi kita harus masuk ke ruang kerja Ayahku sekarang, tidak mungkin kita menunggu mereka sampai selesai bekerja. waktu kita tidak banyak lagi pula aku lihat yang lembur orang-orang yang sudah aku kenal juga,” sahut Mia melihat masih ada beberapa karyawan yang masih bekerja.Karena tidak ada lagi jalan akses menuju ruang kerja sang Ayah, dengan terpaksa mau tidak mau Mia dan William harus melewati para karyawan yang posisi mereka bekerja di dekat ruang kerja sang Ayah.“Ikuti saja aku dari belakang, dan jangan membuat gerakan yang mencurigakan!” perintah Mia berbisik.Setelah keduanya sepakat, Mia berjalan tegak penuh percaya diri menuju ruang kerja Ayahnya disusul William yang berada di belakangnya, terlihat seperti seorang pengawal.Orang yang berada disana yang mengenal Mia langsung menyapanya dengan ramah, Mia pun menyapa mereka kembali dengan ramah agar tidak ada yang curiga.“Mbak Mia tumben jam segini datang ke kantor?” sapa salah satu karyawan senior di perusahaa

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 16

    Rian dengan santai menenangkan Tedi Yan agar tidak terlalu khawatir karena William bekerja di perusahaannya, dia yakin saat ini kondisi masih mampu dia kendalikan. justru dengan William bekerja di perusahaan Tedi Yan dia bisa leluasa memantaunya dengan menempatkan beberapa orang suruhannya disana.“Baiklah aku pegang janjimu, aku sudah memperingatkanmu dari awal. Kalau terjadi sesuatu dengan perusahaanku kau yang aku cari lebih dahulu,” dengan nada tegas dan pandangan tajam Tedi Yan saat berbicara kepada Rian.“Tentu kau bisa pegang itu, selama kerja sama kita lancar. Maka semuanya akan lancar terkendali,”Setelah berdiskusi Rian meninggalkan gedung perusahaan Tedi Yan, sedangkan William kini sudah tiba di rumah Mia.“Bagaimana tadi, apa cukup menyenangkan?” tanya Mia kini meletakkan segelas jus jeruk dihadapan William.“Iya cukup menarik, meski sangat kewalahan. aku tidak menyangka bahwa ditunjuk langsung oleh Tedi Yan untuk menjadi pengawalnya,” William menerima jus tersebut lalu me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 15

    William dan Bian pun masuk ke dalam ruangan tersebut, ruangan yang sering terlihat di film-film. Dimana sebuah ruangan yang biasa digunakan para bos-bos mafia dan para anggotanya untuk tempat dimana biasa mereka berkumpul.“Jadi ini salah satu tempat biasa mereka berkumpul, aku kira mereka tidak akan membuat basecamp di kantor. Berani juga ternyata Tedi Yan,”gumam William dalam hati sekilas melirik ke sekitar.William tidak menyangka seorang Tedi Yan berani membuat ruangan “khusus” untuk mereka berkumpul di kantor yang mana siapa saja bisa masuk, meski bisa saja dijaga ketat, tidak ada yang tahu ada seseorang yang iseng ingin melihat seluruh isi gedung.Apalagi terkadang beberapa “oknum” pencari berita suka berbuat nekat demi mendapatkan sebuah berita yang sangat eksklusif.Semua yang ada disana kompak langsung menatap kearah William dan Bian saat keduanya baru saja tiba, kini mereka menjadi pusat perhatian semuanya menatap penuh penasaran dan siaga."Tina obati mereka berdua!" perint

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 14

    William melepas jas yang dikenakannya, lalu dengan gerakan cepat menggulung kedua lengan kemeja yang menutupi tangannya sampai ke siku."Untuk mendapatkan informasi penting aku harus melakukan hal yang seperti ini, tapi mau bagaimana lagi. Namun aku harap semua ini akan setimpal dengan hasil akhir yang dilakukan nanti,"ucap William dalam hati sedikit mengeluh.William tidak menyangka bahwa akan melawan semua peserta yang lolos tahap selanjutnya dengan nya sekaligus, dia pikir akan melawannya satu lawan satu. saat baru saja wasit selesai memberi aba-aba, dirinya sudah mendapatkan bogem mentah dari salah satu peserta."Sial belum siap sepenuhnya sudah mendapat bogem mentah." William menyentuh sudut bibirnya yang terasa perih dan sedikit berbau anyir."Baiklah apa boleh buat, aku harus melakukannya tanpa bisa mengasihani mereka semua."William mulai memasang pertahanan dan membalas pukulan-pukulan yang dilayangkan oleh para peserta yang mulai menyerangnya, meski cukup kewalahan namun akh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status