Home / Urban / Pembalasan Sang Presdir Dingin / BAB 6 AMARAH YANG SELAMA INI DIPENDAM

Share

BAB 6 AMARAH YANG SELAMA INI DIPENDAM

Author: shart96
last update Huling Na-update: 2025-08-11 09:20:46

BAB 6 AMARAH YANG SELAMA INI DIPENDAM

Rian yang melihat William ditampar oleh Ayah kandungnya sendiri cukup puas, dia tidak perlu melakukannya dengan tangannya sendiri.

Hanya dengan bicara dan memutarbalikkan fakta kepada Candra, dia tidak perlu turun langsung untuk memberikan pelajaran kepada William untuk sekarang ini.

“Dasar anak kurang dan tidak tahu terima kasih.”

“Berterima kasih untuk apa? Semenjak Ibu meninggal aku hanya sendirian. Sedangkan Ayah sibuk dengan keluarga baru,” William terkekeh seraya memegangi pipinya.

Chandra yang semakin tersulut emosi bergegas menuju tas di sudut ruangan yang berisi stik golf.

“Coba katakan sekali lagi!”Chandra sudah bersiap dengan Stik golf di tangannya

“Apa? Ayah akan memukulku? apa yang aku katakan bukannya benar dan bukankah Ayah sendiri yang memutuskan hubungan antara Ayah dan Anak?” tanya William dengan pandangan tajam menusuk serta tersenyum miring.

“Apa yang sebenarnya kamu inginkan Kak Liam? Apa aku punya salah kepadamu? Aku akan lakukan apapun jika Kak Liam merasa aku memiliki salah sebagai permintaan maaf.” Rian mencoba mendekati William namun dicegah oleh Chandra.

“Kalau begitu kamu mau masuk penjara?”tawar William tersenyum tipis.

“Untuk apa Rian masuk penjara? Dia tidak melakukan apapun,” sengah Chandra.

“Lagi? Ayah membela anak itu tanpa mencari tahu dia benar atau salah, sedangkan aku langsung dicap bersalah tanpa mencari tahu terlebih dahulu.”

Detik berikutnya William mendapatkan beberapa pukulan dari stik golf yang dilayangkan Chandra kepadanya.

 “Dasar anak tidak berguna, cabut laporannya segera atau aku akan melakukan lebih dari ini,” ucap Chandra melempar stik golf ke dekat William setelah puas memukulnya.

“Cih jangan harap aku melakukannya,” ucap William meludah ke samping karena terdapat luka di sudut bibirnya.

“Ah…jadi kamu tidak ingin mencabut laporannya?” tanya Chandra yang hendak mengambil stik golf kembali namun dicegah oleh Margaret.

“Sudah, anakmu bisa meninggal. Apa kamu ingin membunuh anakmu sendiri?” ucap Margaret sedikit meninggikan nada suaranya.

Buru-buru Margaret membantu William bangkit.”Ayo biar Tante obati lukamu.”

“Terima kasih Ibu Margaret, tapi tidak perlu nanti ada yang terluka lagi. Aku bisa mengobatinya sendiri,” sahut William menolak halus saat Margaret akan memapahnya.

“Tapi kamu terluka seperti ini, setidaknya bersihkan dulu noda diwajahmu. Dan diberi salep terlebih dahulu,” ucap Margaret dengan nada khawatir.

“Sungguh tidak-apa Ibu, terima kasih atas perhatiannya. Aku akan mengurusnya sendiri nanti.” William pun berjalan perlahan keluar dari rumah tersebut.

Dalam hati Rian semakin kesal, lagi-lagi sang Ibu masih memperlihatkan perhatiannya kepada William. Dan kali ini dia yang melihat secara langsung.

Sedangkan Chandra yang masih terbawa emosi langsung pergi menuju kamarnya, tanpa melihat kondisi William terakhir kali.

“Yah padahal lagi seru, Lagi-lagi Ibu merusak suasana.” Rian yang kesal pun kini memilih untuk menghampiri William yang ternyata masih ada diluar hendak masuk ke dalam mobil.

Rian langsung menghentikan William dan terus memprovokasinya, yang membuat William terprovokasi juga pada akhirnya.

William memukul wajah Rian beberapa kali, karena terus menyinggung Ibunya. Setelah puas dia pergi meninggalkan rumah tersebut, dan langsung melajukan mobilnya menuju rumah.

Hendery yang saat itu tiba lebih dulu di rumah, terkejut melihat William yang pulang dengan kondisi tidak baik, dia langsung menghampirinya dan langsung membantu memapahnya karena William yang jalan cukup sempoyongan.

“Heh apa yang kamu lakukan? terakhir kali aku tinggal kamu baik-baik saja, kenapa sekarang kondisimu seperti ini?” tanya Hendery yang sedikit kepayahan saat memapah sahabatnya itu.

“Aku dihubungi Ayah untuk datang ke rumahnya.”

“Terus kamu datang? dan jangan bilang ini perbuatan Ayahmu Liam,” tebak Hendery.

“Hmm…dia memintaku untuk mencabut laporannya, tentu saja aku menolak mentah-mentah. Dan berakhir seperti ini,” ucap William namun detik berikutnya dia meringis kesakitan.

“Wah gila sih, aku tidak menduga sebelumnya Ayahmu akan melakukan semua ini kepadamu Liam.” Hendery menggelengkan kepalanya seraya memperhatikan kondisi William dari atas sampai bawah.

Hendery pun mulai mengambil kotak P3K dan mulai mengobati luka di wajah William terlebih dahulu.

“Tapi aku sedikit lega sih.”

“Lah orang dipukulin  malah lega, sakit emang lo Liam.” 

“Iya kan tadi akhirnya bisa bogem tuh anak, tapi nggak sengaja sih. orang dia duluan yang mulai,”

“Heh kok bisa?” 

“Iya bisa lah orang dia yang mulai duluan yang singgung tentang Ibu.”

Hendery kembali menggelengkan kepalanya. “Heh terus kalau dia nanti nuntut dan lapor pihak yang berwajib gimana?”

Hendery tidak habis pikir dengan sahabatnya, namun yang pasti setelah ini dia harus menyiapkan pengacara lagi. Karena tidak tahu Rian akan menuntut sahabatnya atau tidak, yang pasti dia tahu Rian tidak akan tinggal diam.

Dan saat ini Hendery tidak tahu apa yang direncanakan Rian, untuk membalas yang dilakukan William terhadap Adik Tirinya tersebut hari ini.

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 19

    Sudah dari satu jam yang lalu mereka telah tiba dan menunggu kapal kargo yang akan berlabuh di dermaga, namun masih belum terlihat kapal yang membawa barang milik Tedy Yan bersandar di pelabuhan.“Ini sudah tengah malam, tapi kenapa kapalnya belum juga sampai di pelabuhan?” tanya salah satu pengawal yang sedang mengawasi.“Aku juga tidak tahu, mungkin ada keterlambatan karena cuaca buruk. Kita tidak tahu cuaca laut seperti apa sekarang,” sahut yang lainnya.“Sebenarnya barang seperti apa yang dipesan Pak Tedi sampai mengerahkan semua pengawalnya ke sini?' bisik Bian yang saat ini sedang berada disamping William."Mungkin barang lelang dan barang mewah dan tentu mahal sejenisnya , jadi harus dikawal ketat. kalau tidak mana mungkin kita ada disini sekarang," sahut William sekenanya.Selang beberapa menit kemudian terlihat sebuah kapal kargo mulai mendekat ke pelabuhan, setelah di konfirmasi ternyata kapal tersebut yang membawa barang pesanan Tedi Yan.Semua mulai lebih mendekat ke arah

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 18

    “Heh dimana sekarang? jam segini keluyuran, baru nyampe dirumah tapi tidak terdeteksi tanda-tanda kehidupan.”-Hendery.“Liam sampai kesini jam berapa? kita disuruh kumpul jam setengah sebelas.”-Bian.William membalas satu per satu pesan yang masuk dari keduanya.”Aku harus pergi sekarang Bian memberitahuku kalau kami harus berkumpul segera sekarang, tetap hati-hati disini, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku.”William melihat area sekitar kamar hotel memeriksa sekilas takut ada yang masih mengikuti tanpa dia dan Mia sadari.“Baiklah, hati-hati juga di jalan.”William bergegas keluar dari hotel lalu mulai melanjutkan perjalanannya menuju gedung perusahaan Tedi Yan, sebelum pergi dia sudah membalas kedua pesan dari Bian dan Hendery. Kepada Bian dia akan datang dan sampai sekitar tiga puluh menit, sedangkan kepada Hendery dia sedang ada urusan dan akan menjelaskan detailnya nanti saat bertemu.Beruntung jarak antara hotel dan gedung perusahaan Tedi Yan tidak terlalu jauh, jadi hanya me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 17

    “Mau bagaimana lagi kita harus masuk ke ruang kerja Ayahku sekarang, tidak mungkin kita menunggu mereka sampai selesai bekerja. waktu kita tidak banyak lagi pula aku lihat yang lembur orang-orang yang sudah aku kenal juga,” sahut Mia melihat masih ada beberapa karyawan yang masih bekerja.Karena tidak ada lagi jalan akses menuju ruang kerja sang Ayah, dengan terpaksa mau tidak mau Mia dan William harus melewati para karyawan yang posisi mereka bekerja di dekat ruang kerja sang Ayah.“Ikuti saja aku dari belakang, dan jangan membuat gerakan yang mencurigakan!” perintah Mia berbisik.Setelah keduanya sepakat, Mia berjalan tegak penuh percaya diri menuju ruang kerja Ayahnya disusul William yang berada di belakangnya, terlihat seperti seorang pengawal.Orang yang berada disana yang mengenal Mia langsung menyapanya dengan ramah, Mia pun menyapa mereka kembali dengan ramah agar tidak ada yang curiga.“Mbak Mia tumben jam segini datang ke kantor?” sapa salah satu karyawan senior di perusahaa

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 16

    Rian dengan santai menenangkan Tedi Yan agar tidak terlalu khawatir karena William bekerja di perusahaannya, dia yakin saat ini kondisi masih mampu dia kendalikan. justru dengan William bekerja di perusahaan Tedi Yan dia bisa leluasa memantaunya dengan menempatkan beberapa orang suruhannya disana.“Baiklah aku pegang janjimu, aku sudah memperingatkanmu dari awal. Kalau terjadi sesuatu dengan perusahaanku kau yang aku cari lebih dahulu,” dengan nada tegas dan pandangan tajam Tedi Yan saat berbicara kepada Rian.“Tentu kau bisa pegang itu, selama kerja sama kita lancar. Maka semuanya akan lancar terkendali,”Setelah berdiskusi Rian meninggalkan gedung perusahaan Tedi Yan, sedangkan William kini sudah tiba di rumah Mia.“Bagaimana tadi, apa cukup menyenangkan?” tanya Mia kini meletakkan segelas jus jeruk dihadapan William.“Iya cukup menarik, meski sangat kewalahan. aku tidak menyangka bahwa ditunjuk langsung oleh Tedi Yan untuk menjadi pengawalnya,” William menerima jus tersebut lalu me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 15

    William dan Bian pun masuk ke dalam ruangan tersebut, ruangan yang sering terlihat di film-film. Dimana sebuah ruangan yang biasa digunakan para bos-bos mafia dan para anggotanya untuk tempat dimana biasa mereka berkumpul.“Jadi ini salah satu tempat biasa mereka berkumpul, aku kira mereka tidak akan membuat basecamp di kantor. Berani juga ternyata Tedi Yan,”gumam William dalam hati sekilas melirik ke sekitar.William tidak menyangka seorang Tedi Yan berani membuat ruangan “khusus” untuk mereka berkumpul di kantor yang mana siapa saja bisa masuk, meski bisa saja dijaga ketat, tidak ada yang tahu ada seseorang yang iseng ingin melihat seluruh isi gedung.Apalagi terkadang beberapa “oknum” pencari berita suka berbuat nekat demi mendapatkan sebuah berita yang sangat eksklusif.Semua yang ada disana kompak langsung menatap kearah William dan Bian saat keduanya baru saja tiba, kini mereka menjadi pusat perhatian semuanya menatap penuh penasaran dan siaga."Tina obati mereka berdua!" perint

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 14

    William melepas jas yang dikenakannya, lalu dengan gerakan cepat menggulung kedua lengan kemeja yang menutupi tangannya sampai ke siku."Untuk mendapatkan informasi penting aku harus melakukan hal yang seperti ini, tapi mau bagaimana lagi. Namun aku harap semua ini akan setimpal dengan hasil akhir yang dilakukan nanti,"ucap William dalam hati sedikit mengeluh.William tidak menyangka bahwa akan melawan semua peserta yang lolos tahap selanjutnya dengan nya sekaligus, dia pikir akan melawannya satu lawan satu. saat baru saja wasit selesai memberi aba-aba, dirinya sudah mendapatkan bogem mentah dari salah satu peserta."Sial belum siap sepenuhnya sudah mendapat bogem mentah." William menyentuh sudut bibirnya yang terasa perih dan sedikit berbau anyir."Baiklah apa boleh buat, aku harus melakukannya tanpa bisa mengasihani mereka semua."William mulai memasang pertahanan dan membalas pukulan-pukulan yang dilayangkan oleh para peserta yang mulai menyerangnya, meski cukup kewalahan namun akh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status