Angel tersentak, ketika tubuhnya terasa dingin. Air membasahi seluruh tubuhnya. Wanita itu tak sadar apa yang telah terjadi. Suara teriakkan mengema di ruangan tersebut. Suara menakutkan telinga dan mata hingga tersadar dari tidur sementara."Bangun!" pekik salah satu pria bertopeng. Tangan kanan menggenggam ember kecil merah. Isi dalam ember sudah dibuang ke wajah Angel. Senyum menyeringai menakutkan jiwa. Sifat jahat terpancar menyilaukan hati dan mengelapkan dirinya. Hatinya menghitam, pikirannya hanya menyakiti orang lain. Kejahatan yang sering mereka lakukan. Hati yang gelap membuat pria bertopeng memperlihatkan senyumnya ketika korban terluka atau sengsara. Orang lain sengsara ia tersenyum begitulah istilahnya. Pria bertopeng memukul bagian bawah ember agar Angel sadar dari pingsannya. Ingin sekali pria bertopeng menyayat kulit Angel agar terlepas dan ia jemur di bawah sinar matahari. Angel belum membuka mata, tubuhnya hanya bergerak sedikit membuat pria bertopeng kembali ber
"Kalian gila!" maki Angel. Berusaha menutup mata. Mereka tertawa terbahak-bahak. Tingkah Angel membuat mereka bersemangat untuk menyakiti wanita yang terikat di kursi. "Iya, memang kami gila. Gila karena kalian yang memperlakukan kami seenaknya." Aldo berucap seakan-akan Angel bersalah dalam kehidupan masa lalu. "Salah aku apa, Tiara. Mengapa kamu mengikatku seolah aku adalah korban kekerasan! Aku saudaramu kita satu keluarga." "Salahmu adalah memiliki wajah yang sama persis denganku. Kamu juga telah melupakan adik kembarmu yang bernasib malang. Kamu hidup di atas penderitaku.""Kamu bahagia dengan harta berlimpah tetapi aku harus menelan kehidupan pahit hingga aku berubah seperti ini." Tatapan iblis muncul di kedua netra Tiara. Hatinya tertusuk pisau yang sangat tajam dan runcing menusuk dalam hingga menembus ke belakang tubuh. "Tidak Tiara, aku tak melupakanmu. Hanya saja. Daddy dan Momy Rich ...." Angel mengelengkan kepala lemah. Sejenak ia teringat dengan kedua orang tua an
"Ya Tuhan ... Dokter Ardian! Ternyata kamu menipuku!" sungut Angel kesal. Tubuhnya bergerak untuk maju. Hatinya panas membara ingin menghajar lelaki itu. Penipu dan licik. Segala rencana Angel, ia ketahui. Semuanya tanpa ada yang ditutupi. Begitu bodohnya Angel tak menyadari manusia licik dan serakah. Apakah salah Angel dengan dokter muda itu. Apakah Angel pernah membuat dirinya menderita. Orang yang terlihat baik di depan Angel ternyata manusia iblis. Pembunuh dan pencundang. Selama ini Ardian yang membantunya. Ia mempercayakan semua kepada dokter muda itu. Pria yang bergelar dokter dan selalu ada di sampingnya ternyata menusuk Angel dari belakang. Begitu sakit hati Angel telah dikhianti. "Penipu kau, Ardian!" Dada Angel naik turun, udara di dalamnya mencari jalan agar aliran lancar. Tapi, saat ini Angel marah, kesal dan geram sehingga udara dalam tubuhnya tersedat. Ardian hanya tertawa dan mengelengkan kepala. Tiara merangkul tubuh dokter tampan itu
Kepala Angel dipukul keras oleh Aldo hingga tak sadarkan diri. Mereka membawa Angel masuk ke dalam mobil sedan milik Angel."Baiklah, kini kita lakukan. Sebagai awal kemenangan kita. Tak berapa lama lagi. Warisan dua keluarga akan menjadi milik kita," ucap Tiara tersenyum penuh arti. Membayangkan dirinya bagaikan sultan. Memiliki rumah megah dan mewah. Harta tak habis tujuh turunan. "Kita akan bebas melakukan apa saja," ungkap Aldo berapi-api. Semasa papanya hidup Aldo tak bisa melakukan sesuai keinginannya. Ia selalu dikekang olehnya. Aldo yang polos kini ternoda. "Kamu ingin bebas dan terbang Aldo?" tanya Tiara menatap adik iparnya. Pemuda yang juga mencintainya. Semua anak-anak Ronald telah jatuh cinta dengan kecantikan Tiara. Wanita itu paling pintar menarik hati laki-laki. Bukan karena jalang melainkan susuk pemikat yang ia gunakan selama ini. Tiara memang cantik, akan tetapi lelaki mana yang mau dengan Tiara miskin dan
Tiara merubah penampilan dalam sekejap. Kembali ke penampilannya yang sederhana. Wanita itu menuju rumah sakit dengan mengunakan taksi online. Mengurus kematian Antoni. Selama perjalanan senyum kebahagiaan tersunging di bibir Tiara. Tak menyangka akan semudah ini berurusan dengan Angel. Jari lentik kanan menyentuh benda pipih mengubungi kekasihnya. "Sayang, aku sudah mau sampai," ungkap Tiara kepada Ardian. "Bagus, lakukan sandiwara dan yakinkan mereka. Kita ambil ahli harta mereka." Tawa mengema di seberang panggilan. Tiara ikut berbahagia. Tiara meneteskan obat mata agar terlihat sedih dengan kepergian suaminya. Suami yang akan membuat dirinya kaya raya. Kalau bukan dia, siapa yang akan menjadi pewaris. Apakah Black? Tentu saja pemuda yang begitu menyanyangi Tiara telah pergi menuju akhirat, setelah mengalami kecelakaan mobil. Tiara tertawa bahagia,semua rencana berjalan lancar. Tiara menundukkan kepala dan memasang wajah memelas. Menatap di cermin dalam tas. Memberikan sediki
Tiara mengikuti langkah anak buahnya, ia berjalan gontai dan mengenggam sapu tangan. Berpura-pura menangis di balik kacamata hitam. Tiara akan tinggal di kediaman Angel. Tidak mungkin ia akan pergi ke rumah Antoni. Rumah itu sudah tak berpenghuni. Ia juga tak mau terus bersembunyi di sana. Sudah waktunya membebaskan diri ke dunia nyata. Kebebasan pun di mulai. "Non Angel," sapa seorang wanita tua. Dari pakaiannya Tiara tahu kalau wanita itu adalah seorang pelayan, kepercayaan Angel. Wanita yang selalu berada di samping Angle selama di Indonesia. Beruntung ia hanya mengenal Angel di negara ini. Jadi aman bagi Tiara. Begitu juga anak buahnya, mereka juga baru mengenal Angel. "Anda mau dibuatkan apa?" tanya pelayan berumur sekitar empat puluh lima tahun. Ketika Tiara duduk di sofa. "Buatkan saya Teh tanpa gula." Tiara membuka kacamatanya meletakkan di atas meja. Tiara tahu teh kesukaan Angel begitu juga makanan. Semua mudah baginya karena ada Ardian yang memberi tahu semuanya. Sec
Tubuh ramping terbaring di atas ranjang ukuran dua. Pergelangan tangan menancap jarum hingga selang panjang memasukkan cairan ke dalam tubuhnya. Kedua mata hitam terbuka perlahan, menelusuri ruangan sederhana di sekitarnya. Mengerjapkan berkali-kali mencoba sadar dari tidur panjangnya. Angel bangkit dari pembaringan, tak ada satu orang pun berada di dalam. Sunyi dan damai. Suara burung berkicau saling sahut menyahut, sinar matahari masuk dari cela jendela yang tertutup hordeng biru muda. Angel menyentuh bahunya tertutup perban. Rasa nyeri menusuk ke dalam tulang, ketika ia menggerakkan tangan. Angel tak dapat melakukan dengan sempurna. "Sst, sakit sekali. Apakah bahuku terbentur keras?" Angel berbicara sendiri. Menyentuh bahu lembut. Angel menurunkan kedua kaki hingga menyentuh lantai putih sedingin air di dalam lemari pendingin. Udara terasa berbeda. Cahaya matahari yang masuk hanya menghangatkan saja. Benturan antara pintu dan kusen terdengar perlahan. Sesosok wanita seumurann
51Seno, pemuda bersurai sebahu, tinggi badan seratus enam puluh lima, tubuh tak terlalu berisi hanya memiliki bobot lima puluh kilogram. Memiliki mata teduh tetapi hatinya tak seteduh matanya. Dendam dan benci merubah dirinya dalam sekejap. Seno memiliki dendam kepada wanita berambut pirang dengan penampilan sederhana. Setiap laki-laki tergoda akan kecantikan yang dimilikinya begitu juga Seno. Rela melakukan apa saja demi Tiara. Wanita yang menjadi primadona diantara mereka. Pemuda yang berdiri dekat Angel, kenal dengan Antoni dan Black. Kadang mereka berkumpul bersama, melakukan tugas bersama, bermain bersama dan membahas apapun bersama-sama karena mereka satu kampus sedangkan Tiara, adalah teman Black. Tiara tinggal bersama orang tua angkatnya. Mereka tak tahu kalau orang tua angkat Tiara begitu kejam. Hingga kabar duka terdengar di telinga mereka. Kalau keluarga angkat Tiara meninggal semua di dalam rumah yang terbakar. Hanya Tiara yang masih hidup dan bernapas sampai saat ini.