Share

Empat

Author: Nannys0903
last update Huling Na-update: 2022-06-21 10:10:19

Tiara dan Angel adalah saudara kembar yang dipisahkan. Orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan pesawat terbang ketika mereka berumur delapan tahun. Tak ada sanak saudara dari kedua orang tuanya. Mereka tak tahu ke mana keluarga papa dan mamanya. 

Sejak kecil, orang tua mereka tak pernah memberi tahu keluarga besar mereka. Entah apa yang terjadi. Mungkin, Tiara dan Angel terlalu kecil mengetahui rahasia orang tuanya.

Angel diadopsi oleh sahabat papa-nya Om Rich. Ia tak memiliki istri, namun dalam hati sangat menyayangi Angel. Om Rich menganti nama Angel yang sebelumnya adalah Tara Alexandra agar gadis itu tidak teringat dengan masa lalu dan masa kelam. Om Rich mendidik Angel dengan disiplin. Ia terlahir sangat sempurna sehingga semua orang terpana dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki.

Gadis itu selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. Angel, gadis yang cerdas dan sombong. Ia akan membuat semua orang tunduk kepadanya. Tak ada satu orang pun yang berani bertindak tak sopan, baik lelaki maupun perempuan.

Sedangkan, Tiara diadopsi ketika ia berumur sebelas tahun oleh keluarga Horas. Sebelumnya, Tiara tinggal di panti asuhan. Mereka asli Indonesia. Tiara diperlakukan sebagai pembantu di rumah mereka. Setiap hari, ia harus membersihkan rumah dan memasak semua makan pagi hingga malam. Ia tak pernah menceritakan kepada kepala panti asuhan yang sebulan sekali memantau keadaan Tiara. 

Beberapa tahun kemudian, panti asuhan tempat merawat Tiara selama tiga tahun mengalami kebakaran. Sebagaian anak panti terjebak dalam kamar meninggal dunia di tempat. Tiara sedih dengan berita tersebut. Ibu panti dan pengurus panti juga terbakar di dalam rumah. Mereka terkunci di dalam rumah tersebut. Para petugas pemadam kebakaran telah berusaha menyelamatkan mereka. Api semakin membesar ketika ledakan terjadi berkali-kali.

Tiara dan Angel adalah keturunan Jerman - Indonesia. Setelah beberapa puluh tahun tak saling memberi kabar, akhirnya mereka dipertemukan di sebuah aplikasi biru. 

Angel yang sedang berselancar ria via sosmed, menatap sebuah foto yang mirip dengannya sedang tertawa bersama lelaki yaitu Antoni. Nama akun tersebut Roslinda. Angel memberanikan diri mengirim pesan di via messenger. 

Tiara membalas pesan tersebut dan mereka akan bertemu di Indonesia. Setiap hari, Tiara akan menghubungi Angel. Tapi, Tiara tak mengizinkan Angel menghubunginya. 

Angel telah mendarat di Indonesia, Tiara berjanji akan menjemputnya di Bandara. Ingin menghubungi adiknya namun ia telah berjanji tak akan menghubunginya lewat nomer yang ia gunakan. Akhirnya, ia memberikan alamat rumah Angel di Jakarta melalui via aplikasi biru. 

Dua minggu kemudian, Tiara datang ke rumah Angel dengan keadaan yang mengerikan. Tubuhnya penuh luka dan lembam. Darah segar mengalir di pahanya. Tiara berusaha menekan bel di samping pagar. Namun, kakinya terlalu lemah menahan nyeri di pangkal paha.

Seorang pelayan menemukan Tiara yang sudah tergeletak di tanah. Ia segera memanggil Angel."Tiara ...." Angel mengenal saudarinya. Tubuhnya ia dekap dalam pelukkannya. Memerintahkan pelayan untuk menyiapkan mobil. 

Selama perjalanan ke rumah sakit. Angel mendekap tubuh adiknya. Perlahan mata Tiara terbuka dan berkata lirih. Ia juga meringis menahan sakit seluruh tubuhnya. Bagian bawah perut lebih nyeri daripada bagian lain. Tiara menyentuh perut dan menekannya dengan jari jemarinya. 

"A-angel ... Balas mereka yang telah membuatku menderita." Ucapan Tiara terdengar pelan namun Angel mendengarnya dengan jelas. 

"Balas mereka ...."

"Tiara, siapa mereka?" Wajah Angel sudah bersimbah air mata. Pertama dan terakhir kalinya ia berjumpa. Perjumpaan seharusnya ada canda dan tawa. Namun, berbeda dengan pertemuan ini. Penuh air mata dan luka.

"Me-mereka ...." Tubuh Tiara semakin melemah dan Angel menyaksikan hembusan terakhir adiknya. Adik kembarnya yang tak pernah ia temui sejak tujuh belas tahun lalu.

"Tiara! Bangun Tiara! Aku tak memiliki saudara lagi selain dirimu. Tiara!" Angel berteriak di dalam mobil miliknya. Memeluk erat tanpa jijik sedikitpun. Darah mengalir membasahi tangan dan pakaian Angel. 

"Akan aku balas mereka!" Janji Angel di depan tubuh adiknya yang tak bernyawa lagi.

Angel menangisi kepergian Tiara selamanya.

~~~

Kejadian itu terus berputar di otaknya. Tak pernah ia lupakan. Untuk pertama dan terakhir kalinya Angel memeluk tubuh adiknya yang sudah beranjak dewasa.

Angel terbangun dari mimpi buruknya. Ia menoleh ke samping tempat tidur. Bernapas lega dan turun dari ranjang. Melihat jam dinding menunjukkan pukul dua pagi. 

Angel telah menyiapkan air yang telah ia beri obat tidur dan memberikan kepada suami Tiara--Antoni. Ia tak mau sandiwaranya terbongkar atau tubuhnya dicicipi oleh adik ipar. Tidak dan tak akan pernah diberikan oleh Angel.

Angel duduk di tepi ranjang. Ia memejamkan mata, mendengar suara air yang dituangkan ke dalam gelas kosong, suara gesekan dan rintihan juga terdengar. 

Angel kembali membuka mata, namun suara itu menghilang. Ia kembali memejamkan matanya. Suara rintihan yang tertahan terdengar lagi. Segera bangkit dan membuka pintu perlahan. Tak ada orang di lorong. Kosong dan sepi.

Angel keluar kamar, mencari keberadaan suara tersebut, seperti seseorang yang ingin berteriak, namun mulutnya tertutup sesuatu. Hanya rintihan rasa sakit yang dirasakannya.

Ia berjalan mendekati pintu ke pintu, menempelkan telinganya lebih dekat. Sepi, sunyi, dan hanya suara dengkuran di beberapa pintu. Suasana semakin mencengkam, sebagian lampu di padamkan oleh pelayan. Setiap malam mama mertua memerintahkan pelayan melakukan hal tersebut sebagai bentuk penghematan.

Angel mengayunkan kaki ke arah tangga. Ia menelusuri lantai bawah. Perlahan turun menuruni anak tangga. Satu persatu langkahnya, semakin cepat detak jantungnya. Saat ini ia hanya ingin tahu asal dari suara tersebut. 

Wajahnya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari saklar lampu. Namun, tak ia temukan. Suasana gelap gulita.'Mengapa lampu dipadamkan semua,' lirihnya bergidik ngeri. Bagaikan berjalan di hutan yang sangat gelap.

'Rumah sebesar ini terlihat menyeramkan.' Angel terus melangkah, menuju dapur mencari lilin. Namun, langkahnya berhenti melihat seseorang di balik jendela. Ia menutup mulut agar tak terdengar, melangkahkan kaki perlahan ke jendela dapur, mengintip melalui celah hordeng yang hanya menutupi sebagian jendela. 

Angel menegaskan kembali wajah yang berada di luar, hanya sinar bulan yang menyinari tubuh tersebut. Tubuhnya tegap, bahunya besar, dan tinggi badan seratus enam puluh centimeter. 

'Siapa lelaki itu?' gumamnya dengan napas yang terputus-putus. Ia berlari mengelilingi rumah.

Angel mendengar suara langkah kaki seseorang, ia memutar tubuh ramping yang tertutup baju tidur. Merasakan pukulan di kepala belakang begitu keras dan nyeri hingga pandangan berubah gelap dan tergeletak di lantai.  

****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ma E
semangat angel semoga cepat terbongkar
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Saudara Kembar    Ending

    Bab 88"Angel," sapa Tiara dengan suara tegas. Angelica menatap manik kembarannya. Ia bangkit dari duduk yang disediakan oleh petugas polisi untuk para pengunjung. Bagaimana bisa Tiara mengenalnya. "Angel? Aku Angelica." Wanita berparas manis tersenyum tipis. Bibirnya bergetar. Tak mungkin Tiara mengenalinya. Wajahnya saja tak seperti dulu lagi. "Kamu Tara, saudara kembarku. Aku yakin kamu Tara." "Siapa Tara. Siapa Angel?" Angelica berusaha untuk tenang. Ia tak boleh gegabah hingga Tiara curiga mimik wajahnya pasrah. "Tara kembaranku." "Loh, bukankah ia sudah kamu bunuh?" Tiara terdiam, ia ingat kejadian itu tapi penjelasan dari polisi membuat dirinya yakin kalau Angelica adalah Tara. "Ia tidak mati. Saudaraku masih hidup. Aku yakin itu kamu. Kamu adalah Tara." Suara Tiara meninggi, ia mengungkapkan apa yang dilihat dengan matanya sendiri. Walau wajahnya berbeda, ciri-ciri Angelica sama dengan Angel atau Tara. Ketika mereka berada di laut, Tiara merasa tak asing dan dekat d

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tujuh

    Bab 87Luka Tiara sudah tak terlalu parah. Ia dapat berjalan seperti biasa. Para petugas berjaga di pintu masuk ruang inap Tiara. Mereka tetap mengawasi wanita itu. "Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Angelica menyapa Tiara. Ia membawa boneka beruang berwarna coklat. Tiara dan Lola mendapatkan izin khusus untuk keluar masuk ruangan Tiara. "Baik. Lebih baik." Tiara menyungingkan senyum. Ia menatap boneka di tangan wanita yang mengenakan dress coklat di atas lutut. Rambut panjangnya digerai indah hingga wajahnya semakin memesona. "Boneka ini?" tanya Tiara mengingat momen semasa kecil. Ia suka dengan boneka beruang. Entah ke mana boneka itu. Boneka pemberian almarhum ibunya. "Untukmu. Hanya ada warna ini tak ada yang lain." Tiara mencium aroma boneka berbau rosberry. Aroma yang ia sukai. "Dari mana kamu tahu aku menyukai boneka beruang dengan aroma rosberry?" "Hanya menebak saja. Tipe wanita sepertimu pasti suka boneka." Tiara hanya tersenyum simpul. Ia merasa ada teman dalam deka

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Enam

    Bab 86"Angelica!" panggil Lola melambaikan tangan. Gadis itu senang ketika teman barunya selamat. Angelica meletakkan tangan kanannya di bahu Tiara. Langkah Tiara terseok-seok. "Tolong bantu dia!" ujar Angelica kepada Lola."Ayo Non Tiara kita ke sana!" Tiara memilih diam, ia mengikuti langkah Lola ke sebuah tempat lebih aman. Lola melihat luka bakar Tiara. Ia segera berlari ke mobil dan mengambil kotak P3K. Lola menyobek celana panjang orange Tiara agar bisa melihat luka lebih jelas. "Astaga, lukanya terlihat parah. Kejam sekali pria itu." Tangan Lola mengunting celana panjang Tiara hingga ke paha. Tiara meringis ketika Lola menyentuh luka bakarnya. "Rumah sakit jauh, kita harus mengobatinya lebih dulu." Angelica berdiri dekat Lola, memperhatikan luka Tiara. Ia meringis melihat kulit Tiara melepuh seperti balon. "Aku kasih salep saja. Ini ada salepnya." Tiara tak berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap kedua perempuan yang ada dihadapannya. "Ayo Nona kita ke mobil." L

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Lima

    Bab 85 Tubuh Angelica terjun ke dalam laut. Tangan dan kaki bergerak cepat mencari keberadaan sebuah mobil yang mulai tenggelam.Angelica menoleh ke sekitar, melihat bayangan hitam di kedalaman laut. Ia terus berenang menuju ke arah benda yang biasa di gunakan untuk menuju ke tempat lain dalam waktu singkat. "Tiara, bertahanlah!" ucapnya dalam hati. Tangan dan kaki berusaha mengapai mobil itu. Hingga ia berhasil mendekatinya. Angelica melihat isi mobil tak ada Tiara di dalamnya hanya ada bangku kosong tak berpenghuni.Ia melihat ke arah bagasi. Bisa jadi Tiara berada di dalamnya. Tangannya menyentuh pintu yang terbuka sedikit dan masuk ke dalam . Jari menyentuh tombol pembuka bagasi hingga seseorang keluar dari tempat itu. Tiara berusaha untuk berenang ke atas permukaan ketika mendapat cela. Angelica mengikuti tubuh adiknya hingga mereka berhasil muncul ke permukaan. Uhuk! Uhuk! Tiara menatap wanita yang berada dekat dengannya. Ia terkejut Angelica berusaha menolong. Padahal,

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Empat

    Bab 84 Angelica masih berusaha mencari keberadaan adiknya. Ia harus menemukan wanita itu sebelum Seno membunuh. "Ke mana lagi kita Nona?" tanya supir yang mengemudi di depan mereka. Sejak tadi hanya berkeliling saja tanpa tujuan jelas. "Jalan saja terus. Ikuti jalan ini hingga ke atas." Hanya ada satu jalan saja. "Baik, Nona." Pohon-pohon menjulang tinggi, jalan becek akibat hujan semalam. Tak ada rumah yang tinggal di daerah itu. Angelica dan Lola masih menatap jalan sekitar. Di kejauhan, Lola melihat sebuah mobil di antara pepohonan. Walau tak jelas benda itu berjalan menuju arah atas. "Lihat itu!" Tunjuk jari Lola. "Pak, kejar dia!" Jalan tanah dan bebatuan membuat kendaraan sulit untuk melaju. Kecepatan tak bisa ditambah lagi. Situasi dan keadaan tak mendukung. "Apa tak bisa cepat?" omel Angelica tak sabaran karena mobil Seno sudah tak terlihat. "Tidak bisa Nona. Jalannya hancur." Angelica hanya pasrah. Ia berpikir ke mana Seno membawa adiknya itu. "Seno pasti membawan

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tiga

    Bab 83 Setelah Angelica bekerja sama dengan polisi mencari mobil milik Seno. Mereka semua mencari keberadaan mobil itu dengan bantuan para polisi daerah lain terutama polisi lalu lintas. Angelica dan Lola mengikuti para polisi di belakangnya. "Kayaknya kita lewat jalan biasa saja jangan jalan tol. Aku yakin Seno tak lewat situ." "Tapi, para petugas bilang Seno menuju ujung kota." Lola menimpali ucapan Angelica. "Gak semua CCTV terpasang di jalan. Kita jalan lewat biasa saja, Pak," ucap Angelica kepada supir. "Kenapa kamu gak bawa anak buah?" "Gak mungkin aku bawa mereka sedangkan aku masih tahap penyamaran. Mereka gak akan kenal wajahku." "Itulah manusia kalau terfokus dengan dendam," sindir Lola. "Memangnya kamu tak dendam dengan adikku?" "Aku biasa saja. Karena aku tahu dendam itu akan membuat petaka." Angelica merasa tersindir. Sejak pertama penyamaran hingga sekarang hatinya penuh dengan dendam. "Bagaimana kamu bisa memaafkan mereka?""Biarkan saja karma yang akan memb

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status