Share

Salah Paham

Author: YuRa
last update Huling Na-update: 2024-05-23 20:06:37

Semua mata menoleh ke arah pintu. Tampak Nesya dan Sherly yang berjalan masuk ke arah Naren duduk.

Liqa tampak deg-degan, ia takut jika Nesya membuat kegaduhan di kelasnya. Bukan apa-apa, ia hanya malu jika sampai ribut dengan Nesya hanya gara-gara laki-laki. Apalagi mereka sudah kelas dua belas dan Minggu depan sudah mulai ujian praktek kemudian dilanjutkan dengan ujian sekolah. Ia tidak mau namanya tercoreng di tercatat di guru BK karena melakukan kesalahan.

Suasana tampak hening, semua mata yang ada di kelas itu tertuju pada Nesya dan Sherly. Mereka sebenarnya sudah tahu desas-desus kalau Naren dan Nesya itu berpacaran. Padahal fakta yang sebenarnya adalah sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Siapa sih yang tidak kenal dengan Nesya? Anak orang yang kaya dan terpandang di daerah mereka. Nesya juga termasuk anak yang pintar, hanya saja kadangkala kelakuannya suka seenaknya. Sering ribut dengan teman-teman hanya masalah yang sepele.

Sedangkan Sherly itu teman baik Nesya atau lebih tepatnya pengikut Nesya, karena kemana-mana ia selalu mengikuti Nesya. Sherly ini termasuk bunglon, selalu memanfaatkan teman-temannya untuk kepentingannya sendiri. Setidaknya selalu makan gratis dan menikmati kemewahan Nesya.

"Aku cari-cari ternyata kamu malah disini. Ngapain sih kamu disini? Ayo kita ke kantin?" ajak Nesya pada Naren.

"Maaf Nesya, aku sudah kenyang. Ini makan rame-rame." Naren menjawab dengan hati-hati, takut akan menimbulkan permasalahan lain.

Nesya memandang satu persatu orang-orang yang ada disitu. Tapi semuanya pura-pura menikmati makanan sambil bercanda. Ammar bersemangat makan sampai belepotan. Liqa ikut tertawa melihat Ammar.

"Ngapain kamu tertawa? Menertawakan aku ya?" bentak Nesya pada Liqa. Padahal yang tertawa bukan Liqa saja, tapi entah kenapa hanya Liqa yang dibentak Nesya.

Semua terdiam, suasana menjadi kaku.

"Kamu menertawakanku ya? Kamu ngajak ribut denganku? Apa salahku padamu kok kamu mencari perkara denganku? Oh, aku tahu, kamu pasti cemburu karena kamu menyukai Naren sedangkan Naren tidak. Kamu itu seharusnya ngaca dulu, pantas nggak kamu berharap bersama dengan Naren," kata Nesya dengan sikap angkuh.

"Kamu itu pantasnya jadi TKW atau simpanan majikan, kayak ibumu." Nesya sengaja menghina Liqa untuk memancing emosi Liqa. Sebenarnya Liqa mulai terpancing, karena sudah membawa nama ibunya. Tapi ia ingat, sebentar lagi mau ujian. Ia tidak mau membuat masalah dengan siapapun, ia ingin memberikan kesan yang baik di sekolahnya.

Liqa menarik nafas panjang, ia tidak berkomentar apa-apa.

"Ya Allah, kuatkan aku. Jangan sampai aku terpancing emosi," kata Liqa dalam hati.

Naren pun beranjak dari duduknya.

"Nggak usah didengarkan kata-kata Nesya. Terima kasih teman-teman atas makanannya. Kalian memang the best," kata Naren sambil mengacungkan dua jempolnya. Kemudian ia berjalan keluar dari kelas Liqa.

"Naren!" teriak Nesya.

"Awas kamu ya, kalau sampai mengganggu hubunganku dengan Naren, akan tahu akibatnya," ancam Nesya kemudian berlari mengejar Naren. Sherly tentu saja mengikuti kemana Nesya pergi.

Ara mengusap-usap punggung Liqa.

"Aku nggak apa-apa kok. Semua hanya salah paham saja," kata Liqa dengan mata yang berkaca-kaca.

Semua menjadi iba melihat Liqa.

"Benar kata Naren, nggak usah didengerin kata-kata Nesya. Aku percaya sama kamu kok," kata Fira membesarkan hati Liqa.

"Nggak boleh percaya sama Liqa. Itu namanya syirik, percaya tuh sama Allah," celetuk Ammar.

Satrio menjitak kepala Ammar.

"Aduh!" teriak Ammar.

Satrio hanya cengengesan. Semua tertawa dan melanjutkan makannya, tentu saja diselingi cerita lucu untuk menghibur Liqa. Liqa merasa bahagia dikelilingi teman-teman yang baik dan peduli dengannya.

"Aku ke kelas dulu, ya? Terima kasih semuanya," kata Ara yang kemudian beranjak dari duduknya.

"Sama-sama, Ara," kata Ammar sambil tersenyum memandang Ara sampai Ara tidak terlihat lagi.

"Cie…cie…" goda Fira. Ammar tersipu malu digoda oleh Fira.

"Sepertinya sainganmu berat, Mar," kata Satrio.

"Memangnya siapa sainganku?" tanya Ammar.

"Naren!" Satrio menjawab pertanyaan Ammar.

Deg! Jantung Liqa terasa berhenti berdetak.

"Masa sih Naren dan Ara ada hubungan? Aku kok nggak tahu ya, padahal aku kan teman mereka. Tapi kok Ara malah ngomong kayaknya Naren menyukaiku?" kata Liqa dalam hati.

"Bukannya Naren itu pacarnya Nesya? Terus kok Nesya cemburunya dengan Liqa?" Gantian Fira yang bertanya.

"Nesya itu menyukai Naren, tapi Naren malah pacaran dengan Ara. Dan Liqa hanya sebagai penggembira saja. Tanya saja sama Liqa." Satrio menjelaskan.

Fira dan Ammar langsung menatap Liqa.

"Aku nggak tahu apa-apa, aku bahkan nggak tahu kalau mereka pacaran. Bener, aku nggak bohong," kata Liqa.

Bel selesai istirahat pun berbunyi, semuanya kembali ke tempat duduknya masing-masing. Pelajaran pun dilanjutkan, tapi Liqa tidak bisa berkonsentrasi. Ia masih memikirkan Naren dan Ara.

"Kok bisa-bisanya mereka berdua tidak jujur padaku? Apa maksudnya Ara ngomong kalau Naren menyukaiku? Apakah ini hanya untuk menutupi hubungan mereka, atau untuk mengetes apakah aku ada rasa dengan Naren atau tidak? Ara, aku tidak menyangka kalau kamu seperti itu." Liqa bermonolog dalam hati. Ia benar-benar sangat sedih dengan apa yang ia alami hari ini. Penghinaan dari Nesya dan ketidakjujuran sahabat baiknya.

Liqa sudah tidak kuat, ia ingin sekali menangis. Akhirnya ia izin dengan gurunya untuk ke kamar mandi. Setelah mendapatkan izin dari gurunya, Liqa pun berjalan menuju ke kamar mandi.

Sampai di kamar mandi, ia pun menumpahkan tangisannya. Tangisan yang ia pendam dari tadi. Ternyata menangis tanpa suara itu sangat menyakitkan. Selesai menangis, ia pun segera membasuh mukanya untuk menyamarkan lembab di wajahnya. Ia keluar dari kamar mandi dan berhenti di dekat wastafel.

"Liqa, kamu ngapain?" sapa seseorang yang membuat Liqa menoleh. Liqa baru saja keluar dari kamar mandi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Ending

    Farida terdiam mendengar kata-kata Liqa, tapi ia masih penasaran dengan keluarga Keenan.Tiba-tiba muncul Keenan, ia mendengar Liqa berkata dengan suara yang agak keras. Ia khawatir jika Liqa sedang marah. Ia pun mendekati Liqa, yang tampak terengah-engah karena berbicara panjang lebar.“Sabar, Sayang,” bisik Keenan. Mata Liqa sudah berkaca-kaca, ia sudah sangat kesal dengan Farida.“Ajak Liqa masuk ke kamar, biar dia tenang,” kata Sari pada Keenan.“Ayo Sayang,” ajak Keenan sambil menggandeng tangan Liqa. Mereka berdua berjalan menuju ke kamar.Sampai di kamar Liqa langsung menangis tersedu-sedu.“Kenapa Tante Farida sangat jahat pada Liqa dan Ibu? Selalu saja menghina dan mengejek kami. Nanti kalau aku buka semua aib suaminya, bisa stroke dia.” Liqa berkata dengan pelan.“Aib suaminya? Om Hendri?”Liqa mengangguk. Dengan perlahan Liqa menceritakan tentang Hendri. Ketika dulu Hendri mendekati Sari. Keenan mendengarkan dengan seksama, walaupun ia sangat terkejut dengan fakta yang ia d

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Keluarga Terpandang

    Terdengar suara orang mengucapkan salam, Hendri dan Liqa langsung menoleh ke arah pintu. “Waalaikumsalam,” sahut Liqa, ia tidak terkejut karena ia hafal betul suara itu. Hendri sangat terperanjat melihat siapa yang datang, begitu juga dengan Farhan. Ia tak kalah syoknya melihat Hendri ada disini.“Kok kamu ada disini, memangnya pernah kesini ya, dengan siapa? Farida mana?” Farhan memberondong Hendri dengan beberapa pertanyaan. Farhan baru saja pulang dari menemui Rosita, diantar oleh Aksa.“Aku memang pernah kesini, mengunjungi Liqa. Farida sedang bertemu dengan teman-temannya.” Hendri menjawab pertanyaan Farhan. Ia merasa heran dengan kehadiran Farhan disini, apalagi ini rumahnya Sari. Ia ingin bertanya, tapi takut nanti malah menjadi bumerang bagi dirinya.Farhan merasa kalau ada yang aneh dengan sikap Hendri, ia pun menemani Hendri ngobrol. Kesempatan ini dimanfaatkan Liqa untuk masuk ke dalam.“Kok Hendri kamu tinggal?” tanya Pak Umar.“Ayah sudah pulang, biar ngobrol sama Ayah s

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Kedatangan Hendri

    “Apa kabar Rosita,” sapa Farhan ketika mengunjungi Rosita di rumah Citra, sehari setelah Liqa menikah. Rosita dan Yana yang sedang duduk tampak kaget dengan kedatangan Farhan. Farhan datang kesini diantar oleh Aksa.“Mas Farhan.” Dengan terbata-bata Rosita memanggil nama Farhan. Farhan tampak tersenyum, walaupun dalam hatinya ia sangat terkejut melihat kondisi Rosita dan Yana. Farhan duduk di kursi yang ada di kamar itu.“Aku kesini karena Melia bercerita padaku kemarin. O ya, kemarin Liqa sudah menikah. Alhamdulillah, anak yang dulu selalu kamu anggap musuh ternyata malah bisa membanggakan orang tuanya. Aku juga bangga dengan Melia, sejak ia putus komunikasi denganmu, jalan hidupnya menjadi terarah. Lihatlah Melia sekarang, ia menjadi anak yang berbakti dan penurut. Ia menuruti semua kata-kataku, akhirnya ia bisa selesai kuliah dan bekerja.” Farhan berkata dengan bangga.Rosita hanya terdiam.“Liqa menikah? Kapan pestanya? Kenapa Sari tidak mengundangku?” Yana yang mengomentari ucapa

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Menikah

    "Kenapa sekarang? Bukankah rencananya hari Minggu?" protes Liqa. Ia tetap berusaha tersenyum, karena semua mata tertuju padanya."Lebih cepat lebih baik, Mbak," celetuk Aksa."Pantas saja, semua kok hadir disini," gumam Liqa. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Kaget, shock, terharu atau bahagia, semua menjadi satu. Akhirnya sampai juga di meja yang sudah disediakan. Sudah ada Keenan yang tampak gagah mengenakan jas berwarna gelap. Juga penghulu dan dua orang saksi. Irwan sebagai saksi dari Liqa dan papanya Salsa sebagai saksi dari pihak Keenan.Liqa pun duduk disamping Keenan. Keenan tampak tersenyum bahagia melihat Liqa yang sangat cantik hari ini. Acara pun dimulai, Farhan sempat meneteskan air mata sebelum menikahkan Liqa. Ia sangat terharu melihat Liqa yang sebentar lagi akan istri orang. Anak yang pernah ia abaikan ternyata bisa menjadi seperti sekarang ini.Dengan lancar, Keenan mengucapkan ijab kabul. Setelah saksi berkata sah, semua yang hadir tampak lega. Dilanjutk

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Wisuda

    “Seperti dulu yang pernah ia lakukan pada Ibu. Dia mencoba untuk merayu Ibu dengan iming-iming materi. Itulah sebabnya kenapa kita dulu beberapa kali pindah kontrakan, karena untuk menghindari Om Hendri.” Sari berkata dengan pelan.Liqa merasa syok mendengar kata-kata yang terucap dari mulut ibunya. Walaupun ia sudah mengira kalau Hendri akan melakukan itu.“Apakah dulu Tante Farida tahu?” “Enggak. Makanya sebelum ia tahu, Ibu berusaha untuk pindah. Sampai akhirnya Ibu memutuskan untuk menjadi TKW. Selain karena Ibu butuh biaya untuk kehidupan kita, alasan lainnya juga untuk menghindari gangguan Om Hendri.”“Kenapa jadi janda selalu dipandang sebelah mata ya?” lanjut Sari dengan mata berkaca-kaca. Hatinya sangat sedih, karena sepanjang hidupnya sering dipenuhi dengan air mata. Liqa memeluk erat ibunya.“Biarlah orang memandang Ibu dengan sebelah mata. Yang penting kita baik di mata Allah. Jangan pedulikan penilaian orang lain. Liqa pernah mengalaminya, Bu. Penghinaan dan ejekan dari

  • Pembalasan Terindah untuk Wanita yang Menyakiti Ibuku   Tawaran

    “Maaf, sebenarnya apa maumu?” tanya Sari, ia memberanikan diri untuk menatap Hendri. Hendri sangat senang melihat Sari menatap dirinya, ia pun tersenyum menggoda, membuat Sari merasa jijik dengan Hendri.Sari merasa heran, kenapa Hendri selalu tahu dimana Sari berada? Bukankah jarak kota tempat Hendri tinggal sangat jauh dengan kota dimana Sari berada? Apakah Farida tidak merasa curiga ketika suaminya sering pergi ke kota? Pertanyaan-pertanyaan itu melintas dipikiran Sari.“Seperti yang aku bilang tadi, aku hanya ingin membantu meringankan bebanmu.” “Aku tidak merasa terbebani dengan jualanku ini. Tidak perlu mengasihaniku.”“Jangan angkuh seperti itu. Bagaimanapun juga seorang perempuan itu akan butuh laki-laki sebagai pelindung. Aku siap untuk melindungi mu.”Sari sudah dapat menebak apa yang ada di pikiran Hendri.“Hendri, kamu itu sudah memiliki istri. Lindungilah keluargamu sendiri. Untuk saat ini aku bisa melindungi diriku sendiri.”Hendri tersenyum.“Nggak usah malu-malu, Sari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status