ini bab kedua siang ini. selamat beraktivitas (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 2/3 Bab Bab Reguler: 2/2 Bab (Komplit)
Para prajurit Wolf Squad segera membentuk segel tangan rumit. Aura kuat meledak dari tubuh mereka saat Larry Brave mengeluarkan setetes esensi darah untuk mengaktifkan formasi khusus. Ini adalah teknik rahasia yang diajarkan istrinya sebelum menghilang secara misterius–kartu As Wolf Squad yang belum pernah mereka gunakan. Menghadapi kultivator sekuat Lambert Shark, mereka tidak punya pilihan selain mengerahkan segalanya! "Pergi!" Kekuatan puluhan praktisi bergabung, membentuk sebilah pedang raksasa yang memancarkan aura mengerikan. Larry Brave mengepalkan tinjunya erat. "Selama aku, Larry Brave, masih hidup, aku akan melindungi Nexopolis dan Tuan Ryan!" Matanya memerah saat dia meraung keras, mendorong formasi hingga batas maksimal. Ryan telah menyelamatkannya di Dragon Vein Qiroud–kini saatnya membalas budi, bahkan jika harus mengorbankan nyawa! "Menarik," Lambert Shark menyeringai. "Formasi ini jelas berasal dari Gunung Langit Biru. Mengejutkan melihatnya ada di tangan seni
Ryan tahu Lambert Shark sangat berbahaya. Tanpa kehadiran Theodore Crypt dan dalam kondisi terluka seperti ini, pertarungan langsung hanya akan berujung pada kematiannya. 'Aku harus melarikan diri!' pikirnya cepat. Jika bisa bertahan selama dua hari, tubuhnya akan pulih sepenuhnya. Lebih penting lagi, ketiga nisan pedang akan selesai menyerap kekuatan Batu Helios Soul. Setelah itu, ia bisa menantang siapapun tanpa ragu! Ryan tidak boleh mati di sini dan menyia-nyiakan pengorbanan para prajurit Wolf Squad. Sekte Hell Blood harus membayar semua ini dengan darah! Tanpa pikir panjang, Ryan bangkit dan mengaktifkan teknik Dragon Phantom Flash. Setetes esensi darah dia keluarkan untuk mendorong kecepatannya hingga batas maksimal. WUUSH! Dalam sekejap dia muncul di hadapan Larry Brave. Pedang Claiomh Solais terayun, menghancurkan pisau terbang Lambert Shark dengan dentingan keras. "Ayo pergi!" Ryan meraih bahu Larry Brave dan menggendongnya sebelum melesat ke kejauhan. Dari s
Amarahnya menggetarkan udara bagai guntur. Selama bertahun-tahun mengabdi di Sekte Hell Blood, belum pernah dia dipermalukan seperti ini. Sebagai praktisi berstatus tinggi yang selalu dipuja dan dihormati, penghinaan ini sungguh tak tertahankan. 'Jika Tetua Zigfrid tahu tentang ini, beliau pasti sangat kecewa,' pikirnya geram. Satu hal sudah pasti–Ryan harus mati! Tidak, bahkan kematian biasa terlalu ringan. Dia harus disiksa sampai mati! Mata merahnya berkilat jahat saat melangkah perlahan mendekati Ryan dan Larry Brave. Hawa membunuh yang mengerikan menguar dari tubuhnya yang gosong. Dia tahu kedua lawannya sudah terpojok tanpa jalan keluar. 'Semuanya akan segera berakhir,' Lambert Shark tersenyum dingin. Keduanya terluka parah dan belum mencapai ranah Heavenly Soul. Tak mungkin mereka bisa melawan. "Ryan, kau masih punya pilihan," Lambert Shark mencoba menahan amarahnya. "Jika aku jadi kau, aku akan melompat ke jurang. Mungkin jika aku mengejar, aku juga akan mati ka
Di sebuah rumah halaman yang dijaga ketat, seorang lelaki tua berpakaian tunik tengah memeriksa beberapa dokumen. Matanya yang tajam menyusuri setiap baris tulisan dengan teliti, sesekali tangannya menandai bagian-bagian penting dengan tinta merah. Meski usianya sudah lebih dari tujuh puluh tahun, aura wibawa masih terpancar kuat dari sosoknya.Sementara ia fokus menangani dokumen-dokumen, pintu ruangannya mendadak terbuka dengan kasar. Seorang pria paruh baya bergegas masuk dengan napas terengah dan wajah pucat pasi."Tuan!" serunya panik.Pria Tua mengerutkan kening melihat kelakuan asistennya. "Hobs, apa yang terjadi?" Nada suaranya terdengar mencela. "Sudah berapa kali kukatakan padamu untuk tetap tenang dalam melakukan sesuatu? Kau membuat dokumen-dokumenku berantakan."Namun Hobs sama sekali tidak peduli dengan teguran itu. Mata pria paruh baya itu memerah dan tubuhnya gemetar hebat saat mendekati meja sang atasan.
Pria tua itu melirik salah seorang pengawalnya yang berdiri di sudut ruangan. "Gon, pergilah ke Keluarga Pendragon dan Keluarga Brave. Berita tentang masalah ini pasti akan menyebar dengan sangat cepat. Kau harus menenangkan anggota keluarga mereka."Setelah semua orang meninggalkan ruangan, Pria Tua itu mengepalkan tangannya erat-erat. Kemarahan yang selama ini terpendam akhirnya meluap."Kita telah mengikuti aturan selama bertahun-tahun, tapi Gunung Langit Biru justru bertindak semaunya!" geramnya murka. "Ryan baru berusia dua puluhan dengan masa depan cerah di depannya. Mengapa mereka harus menghancurkannya tanpa ampun? Apakah mereka benar-benar berpikir kita takut pada mereka?!"Setelah beberapa saat merenungkan situasi, Pria Tua itu teringat sesuatu. Dengan langkah berat ia menuju sudut ruangan dan mengetuk pola khusus pada ubin dinding. Sebuah ruang rahasia terbuka, menampakkan telepon antik yang tersembunyi di dalamnya.
Sementara itu di Gunung Langit Biru, tepatnya di markas Sekte Hell Blood yang megah, Lambert Shark tengah berlutut di hadapan Tetua Zigfrid yang sedang membersihkan pedangnya."Tetua, saya telah menyelesaikan tugas yang Anda berikan," lapor Lambert Shark dengan bangga.Tetua Zigfrid menghentikan kegiatannya membersihkan pedang dan mengangkat kepala. "Oh? Apakah Ryan Pendragon sudah mati?""Ya," Lambert Shark mengangguk antusias. "Anak itu memang luar biasa kuat. Namun saat saya tiba, dia sedang dalam tahap terobosan kritisnya. Dia terpaksa menerobos dengan paksa hingga terluka parah. Kemudian..." dia menyeringai puas, "saya sendiri yang menghabisinya! Meski mayatnya jatuh ke jurang."Tentu saja Lambert Shark tidak menceritakan bagaimana dia nyaris tewas melawan Ryan. Menurutnya, selama hasil akhirnya sesuai harapan, detail kecil seperti itu tidak penting.Mata Tetua Zigfrid menyipit penuh selidik. "Apa kau yakin? Jika dia benar-
Hati Lucy Jeager telah lama terpikat oleh pemuda dari Kota Golden River itu. Meskipun Lucy Jeager tahu bahwa dia tidak pantas untuk Ryan, dia tetap berjuang dan mengungkapkan perasaannya dengan caranya sendiri-+melalui dedikasi dan kesetiaannya. Tangannya yang berlumuran tanah terus menggali, sementara pikirannya melayang ke pertemuan pertama mereka di acara pelelangan Kota Golden River. Saat itu Ryan tampak begitu berwibawa namun tetap ramah, bahkan sempat bercanda dengan para prajurit Eagle Squad. Lucy tak bisa menahan senyum getir mengingat bagaimana jantungnya berdebar kencang setiap kali Ryan tersenyum padanya. 'Akankah semuanya berbeda jika aku lebih berani mengambil inisiatif saat itu?' pikirnya sambil menghapus air mata yang mulai mengalir. Sekarang, semua mimpinya seolah hancur berkeping-keping. Hilangnya Ryan dan Larry Brave telah mengguncang seluruh dunia persilatan Nexopolis. Meski tim pencari telah menyisir setiap jengkal kaki gunung, tidak ada hasil yang dite
Ryan ingat, setelah berhasil menembus ke tingkat ketiga dari ranah Nascent Soul, ia seharusnya sudah mampu menggunakan teknik pedang kuat yang ditinggalkan Theodore Crypt–Pedang Tak Terbatas! Awalnya ia berencana mempelajari teknik itu setelah pertarungan selesai. Namun kemunculan mendadak Lambert Shark telah mengacaukan segalanya. Kini, terjebak dalam Kuburan Pedang justru memberikan kesempatan sempurna untuk mempelajari dan mengembangkan teknik tersebut. Ryan memejamkan mata, membiarkan informasi mengalir ke dalam benaknya. Pedang Tak Terbatas bukanlah teknik biasa. Theodore Crypt pernah berkata bahwa teknik ini adalah hasil pergulatannya selama ribuan tahun untuk memahami esensi sejati pedang. Setiap gerakan dalam teknik ini mengandung prinsip-prinsip mendalam yang bisa membuat praktisinya melampaui batasan normal. Namun mempelajarinya tidaklah mudah. Bahkan dengan bantuan Kuburan Pedang, Ryan harus mengerahkan seluruh konsentrasinya untuk memahami setiap detail teknik te
Luis Kincaid kemudian berdiri dan berjalan menuju Ryan dengan langkah angkuh. Senyum meremehkan terukir jelas di wajahnya yang tampan. Ketika jarak mereka hanya tersisa beberapa meter, ia menghentikan langkahnya dan melirik Ryan dengan tatapan jijik."Bocah sampah, apakah kamu berani menantangku?" ucapnya dengan nada mengejek. "Bukankah kamu cukup sombong untuk mengatakan bahwa Tuan Jimmy tidak memenuhi syarat untuk menjadi gurumu? Aku ingin melihat apakah kamu memiliki kualifikasi untuk mengatakan omong kosong seperti itu!"Ryan melirik Luis Kincaid dengan dingin, namun tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengusap bulu Sphinx dengan lembut, seolah mengabaikan keberadaan Luis.Sikap tak acuh Ryan membuat Luis semakin geram. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih."Bocah sampah, apakah kamu mendengar apa yang aku katakan? Apakah kamu bersedia menerima tantangan itu?" desaknya dengan suara yang lebih keras."Mengapa aku harus menerima tantanganmu? Kau piki
Begitu kata-kata itu terucap, keributan langsung pecah di antara kerumunan. Kesempatan untuk menjadi murid Tuan Jimmy! Beberapa sosok langsung bergegas menuju tangga dengan penuh semangat, masing-masing berharap menjadi orang beruntung yang bisa membuktikan diri.Namun, harapan mereka langsung pupus dalam hitungan detik. Teriakan kesakitan terdengar dari arah tangga, disusul pemandangan mengerikan ketika seorang kultivator terlempar keluar dari tangga seperti anak panah yang lepas dari busurnya.BOOM!Tubuhnya menghantam tanah dengan keras, disusul ledakan dahsyat yang membuat darah dan daging berhamburan. Tak lama kemudian, nasib serupa menimpa kultivator-kultivator lain yang mencoba peruntungan mereka.Pemandangan mengerikan itu membuat para penonton menarik napas dingin, wajah-wajah mereka dipenuhi ketakutan dan ketidakpercayaan."Tangga Surgawi ternyata sangat kuat! Tidak ada seorang pun yang mampu mencapai anak tangga kesepuluh!" seru seseorang."Salah satu dari mereka adalah
Shirly Jirk hampir tertawa mendengar kata-kata sombong itu. Dia tidak menyalahkan Ryan atas keyakinan dirinya. Sebaliknya, tatapannya beralih ke tangga batu yang terlihat menjulang di sisi gunung. "Ryan, kita tidak perlu bergantung pada Tuan Jimmy," katanya pelan. "Tuan Jimmy hanya memiliki sarana untuk membantu kita melewati Tangga Surgawi." "Tangga Surgawi?" Ryan mengikuti arah pandangan Shirly, menatap anak tangga panjang yang menuju puncak gunung dengan penuh minat. Shirly Jirk mengangguk, ekspresinya serius namun mengandung secercah harapan. "Para kultivator biasa tidak dapat menaiki Tangga Surgawi, karena tangga itu berisi kekuatan para dewa dan banyak kultivator kuat dari masa lalu. Kebanyakan orang bahkan tidak dapat melangkah beberapa langkah, apalagi mencapai puncaknya." Tatapannya menerawang jauh saat menambahkan, "Sejak zaman dahulu, kita bahkan tidak tahu apakah ada orang yang berhasil menggunakan Tangga Surgawi untuk mencapai puncak gunung." Ryan mendengarkan p
Mereka menatap Tuan Jimmy dengan waspada dan melihat bahwa pria tua yang biasanya tenang itu kini memiliki ekspresi dingin dan muram di wajahnya. Tatapannya menajam, dan aura berbahaya mulai menguar dari tubuhnya. "Jadi, kamu berani menolakku?" Suara Tuan Jimmy terdengar seperti es yang pecah. "Tidak ada seorang pun yang berani menolakku di Gunung Langit Biru. Apakah kamu sudah memikirkan konsekuensinya?" Ancaman dari seorang kultivatir tingkat ini sungguh mengerikan, membuat para penonton mundur secara naluriah. Terlebih lagi, tekanan spiritual Tuan Jimmy mulai menimpa Ryan dengan intensitas yang luar biasa! Namun, Ryan tetap berdiri tegak. Bulu Sphinx berdiri tegak dalam kesiagaan, dan sebagai respons, cahaya redup mulai menyelimuti tubuh Ryan, menciptakan lapisan pelindung yang mencegahnya terluka dan mengurangi tekanan spiritual yang menerpanya. "Aku akan bertanya sekali lagi," Tuan Jimmy berkata dengan nada berbahaya. "Apakah kamu bersedia memberiku binatang spiritualmu?"
Beberapa orang bahkan berpikir tentang cara untuk mendapatkan simpati dari Ryan dan Sekte Medical God. Bagaimanapun, menjadi murid Tuan Jimmy sama saja dengan naik ke surga! Kesempatan yang sangat langka ini bisa membuka pintu kekuasaan dan pengaruh yang tak terbatas di Gunung Langit Biru. Menurut mereka, siapa pun akan menerima tawaran menarik seperti itu tanpa ragu. Bahkan para jenius paling berbakat pun akan merebut kesempatan ini dengan kedua tangan mereka. Namun, Ryan tetap tenang dan tidak menjawab untuk waktu yang lama. Ekspresinya tidak menunjukkan kegembiraan atau antusiasme seperti yang diharapkan semua orang. Sebaliknya, dia hanya menatap Tuan Jimmy dengan sorot mata penuh perhitungan. Tuan Jimmy tampaknya teringat sesuatu dan mengalihkan pandangannya ke arah Xiao Yan yang berdiri di kejauhan. "Ketua Sekte Xiao, Anda tidak keberatan, kan?" tanya Tuan Jimmy dengan nada ramah yang dipaksakan. "Memiliki Guru lain akan sangat menguntungkan murid Anda." Xiao Yan me
Ryan mendongak, mengamati gunung yang menjulang tinggi. Di tengah gunung, terlihat sebuah tangga batu yang tampaknya memancarkan tekanan spiritual yang kuat. Di kaki gunung, terdapat batu nisan hitam yang panjangnya puluhan meter. Di batu nisan itu terukir dengan jelas beberapa kata: "Kolam Dragon Cleansing!" Ryan mengerti sekarang—Kolam Dragon Cleansing berada di puncak gunung! Tuan Jimmy mengamati reaksi para finalis sebelum melanjutkan, "Gunung ini adalah kesempatan terbaik bagi kalian para jenius. Orang biasa tidak dapat menginjakkan kaki di gunung ini, tetapi saya dapat membawa kalian ke atas dan memberi kalian lebih banyak waktu." Suaranya semakin serius saat dia menambahkan, "Kolam Dragon Cleansing hanya bertahan selama tiga hari. Setelah tiga hari, gunung ini akan menghilang. Jika seseorang menunggu kesempatan ini muncul lagi, mereka harus menunggu seratus tahun, atau bahkan seribu tahun." Begitu kata-kata itu terucap, tatapan iri dari ribuan penonton tertuju pada para
Cakram formasi yang bersinar itu perlahan mendarat dengan mantap di tanah arena. Tuan Jimmy turun dengan langkah tenang, rambut dan janggut putihnya berkilau di bawah sinar matahari. Dia meletakkan kedua tangannya di belakang punggung dengan sikap angkuh dan menyapu pandangannya ke arah kerumunan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sosoknya sungguh mengesankan. Auranya kuat namun terkendali, jelas membedakannya dari setiap kultivator lain yang hadir di tempat itu. Inilah temperamen seorang kultivator kuat sejati—kekuatan yang tak perlu dipertontonkan, tetapi cukup dirasakan oleh semua orang. "Salam, Tuan Jimmy!" paduan suara penuh hormat terdengar dari para kultivator yang berlutut. Bahkan ada beberapa orang yang sangat bersemangat hingga menitikkan air mata karena terharu. Bagaimanapun, Tuan Jimmy adalah sosok yang legendaris. Beberapa kultivator mungkin tidak akan pernah melihatnya sekali pun seumur hidup mereka! Tuan Jimmy hanya mengangguk singkat merespon sambutan it
Seharusnya ada sorak-sorai menyambut pengumuman ini, tetapi arena tetap sunyi senyap. Tidak seorang pun menduga bahwa para hakim benar-benar akan berkompromi seperti ini. Ryan mungkin satu-satunya kontestan dalam sejarah kompetisi yang bisa maju dengan cara seperti itu. Tapi apa yang dapat dilakukan Tetua Zheng dan hakim lainnya? Mereka jelas tidak bisa mengalahkan Ryan dalam pertarungan terbuka. Jika mereka membuat Ryan marah, seluruh Kingshill Plaza mungkin akan hancur lebur. Tetua Zheng melirik ke arah juri lainnya dan perlahan mengeluarkan sebuah liontin giok dari sakunya. "Sudah waktunya untuk membuka Kolam Dragon Cleansing," ucapnya dengan nada acuh tak acuh, berusaha menyembunyikan kekalahannya. Jari-jari Tetua Zheng mulai membentuk segel rumit, energi spiritual berkumpul di ujung jarinya. Namun tepat saat dia hendak melanjutkan ritual, sebuah fenomena aneh mendadak muncul di langit. Awan hitam pekat berkumpul dengan cepat. Di satu sisi langit masih tampak cerah
Sikap Tetua Zheng sangat keras, jelas menunjukkan bahwa dia tidak akan menerima jawaban "seri" begitu saja. "Ini mudah diselesaikan!" Ryan menjawab dengan tenang. Dia menggendong Sphinx yang masih tertidur di tangannya dan berjalan menuju kelompok kontestan yang telah lolos. Tiba-tiba, langkahnya terhenti. Si Sphinx membuka matanya perlahan, menampakkan pupil kuning yang tajam. Mata kucing kecil itu menatap para kontestan dengan waspada, seolah siap menyerang kapan saja. Bersamaan dengan itu, aura pembunuh Ryan menyebar ke segala arah, menyelimuti arena dengan intensitas yang mencekam. Tatapannya yang dingin menyapu kelompok kultivator itu satu per satu. Tatapan Ryan seperti iblis dari neraka—dingin, menusuk, dan haus darah. Para kontestan yang telah lolos itu tentu tahu betapa mengerikannya kekuatan Ryan. Mereka mundur beberapa langkah secara naluriah, merasakan hawa dingin menjalar di tulang punggung mereka. Rasa takut terpancar jelas dari mata mereka. "Tidak perlu mera