Namun, setelah dua minggu berlalu, kerja keras dan dedikasi Janice akhirnya diakui oleh semua orang. Rekan-rekannya pun menyadari bahwa sikap dingin mereka tidak memengaruhinya sama sekali sehingga suasana kerja kembali seperti semula.Hingga akhirnya, Vania muncul kembali. Saat itu, hanya tersisa dua hari sebelum pernikahannya dengan Jason. Penampilannya sudah mencerminkan status sebagai Nyonya Ketiga Keluarga Karim, bahkan mobil dan sopir yang mengantar sudah diganti dengan fasilitas dari Keluarga Karim.Di depan umum, Vania sengaja menghalangi jalan Janice, lalu berkata dengan ramah, "Janice, aku ingin kamu menjadi pengiring pengantin di pernikahanku."Janice tertegun sesaat. Ketika tersadar kembali, dia segera menepis tangan Vania dan menjawab, "Maaf, aku sedang sibuk akhir-akhir ini, nggak ada waktu untuk menjadi pengiring pengantin.""Janice, aku sudah jelasin kepada para penggemar kalau itu cuma kecelakaan dan aku nggak menyalahkanmu. Aku juga nggak ingin orang lain berpikir ada
Butik gaun pengantin itu adalah satu-satunya toko fisik di dalam negeri dari salah satu merek gaun pengantin ternama dunia.Hanya untuk membuat janji melihat gaun saja, pelanggan harus memesan setahun sebelumnya. Namun, bagi seseorang dengan status seperti Jason, aturan itu jelas tidak berlaku.Sebelum mereka melangkah masuk ke toko yang megah, manajer sudah mengosongkan toko dan menunggu kedatangan mereka."Pak, Bu," sapa manajer dengan ramah.Vania melirik Jason dengan malu-malu, seolah-olah menunggu Jason mengatakan sesuatu untuk memastikan identitasnya.Namun, Jason tidak memberi respons. Dengan wajah dingin, dia berkata, "Malam ini aku ada rapat daring dengan klien luar negeri."Yang berarti mereka tidak boleh membuang waktu. Manajer tampak bingung dan spontan melirik Vania.Vania juga termangu, tetapi segera tersenyum. Dia menjulurkan tangan untuk merapikan kerah mantel Jason, dan berkata, "Jangan kecapekan. Sebenarnya aku bisa datang sendiri. Aku lebih memilih kamu istirahat di
Vania tidak mungkin sebaik itu.Seorang staf mendekati Janice dan berujar, "Silakan lewat sini.""Hm."Janice meletakkan cangkir tehnya dan langsung berdiri. Dia hanya ingin segera keluar dari ruangan yang membuatnya merasa tersiksa ini.....Janice melangkah masuk ke ruang ganti kecil yang terpisah. Dari balik tirai tebal, staf menunjuk rak pakaian dengan sikap dingin dan berkata, "Silakan dipilih."Janice membalik beberapa pakaian dengan santai. Hampir semua pakaian berwarna merah atau ungu, bahkan masih ada warna neon lainnya. Setiap gaun didesain dengan potongan punggung terbuka atau leher berbentuk V yang sangat dalam. Sepertinya semua gaun aneh dari merek ini sengaja dikumpulkan di sini.Dengan sabar, Janice bertanya, "Apa ada pilihan lain?"Staf itu memalingkan wajahnya, berpura-pura tidak mendengar, lalu memutar matanya dengan malas.Janice tertawa dingin dalam hati. Dia tahu Vania tidak mungkin membiarkannya begitu saja. Tanpa ragu, dia berucap, "Aku nggak akan pakai gaun di s
Janice merapikan gaunnya dan berbalik, lalu bertemu dengan ekspresi kaget Vania."Vania, masa kamu membuka tirai tanpa izinku? Gimana kalau aku masih sedang berganti pakaian?"Vania menatap Janice yang mengenakan gaun putih panjang. Rasa cemburu membuatnya tidak bisa berkata-kata.Meskipun desainnya sederhana, gaun itu justru membuat Janice terlihat semakin menawan dan memikat.Bahkan, staf butik yang sudah terbiasa melihat wanita cantik tidak bisa menahan kekaguman mereka.Vania mencengkeram tirai dengan erat, mencoba mempertahankan senyum di wajahnya. Namun, dia melihat bekas telapak tangan di cermin di belakang Janice.Senyuman di wajahnya perlahan memudar. Dengan nada sarkastis bercampur iri, dia berkata, "Gaun pendamping yang kamu pilih terlalu panjang, Janice. Kalau orang nggak tahu, mereka bisa mengira kamu pakai gaun pengantin yang sederhana."Janice tersenyum ringan. Tidak peduli apa yang dia kenakan, Vania selalu punya komentar. Ketika melihat raut wajah Anwar yang agak kesal
Manajer mengangguk hormat. "Semua sudah sesuai dengan perintahmu."Pria itu tidak menjawab, hanya menunduk dan menyalakan sebatang rokok. Melalui asap tipis, dia berbisik pelan, "Sebenarnya, dia paling cantik saat memakai merah."Dua hari kemudian, Janice mengenakan gaun pendamping berwarna sampanye pucat. Agar Vania tidak mencari masalah, dia hanya memakai sedikit bedak dan lipstik sebelum keluar rumah. Bahkan, dia tidak becermin sebelum pergi.Janice langsung memesan taksi menuju salah satu hotel paling mewah dan megah di Kota Pakisa. Saat ini, hotel itu penuh dengan kerumunan wartawan serta para bangsawan dan tokoh ternama yang biasanya hanya bisa dilihat melalui media sosial. Jelas, pernikahan Jason sangat heboh.Walaupun Janice adalah pengiring pengantin, Vania sama sekali tidak melibatkannya dalam persiapan atau detail apa pun. Tujuan Vania sederhana, hanya untuk membuatnya kesal.Ketika waktu upacara semakin dekat, Janice akhirnya masuk ke ruang persiapan dengan enggan. Bagaiman
Yang terdengar adalah desahan pria dan wanita.Janice terpaku sejenak, mengira dirinya hanya salah dengar. Namun, saat berbalik, dia melihat layar besar yang sedang menampilkan adegan tak senonoh antara seorang pria dan wanita.Pemeran utamanya tidak lain adalah Vania bersama seorang atlet kulit hitam. Pria di video itu bukan Azka! Atau lebih tepatnya, bukan hanya Azka!Dalam video berdurasi satu menit itu, pria yang bersama Vania berganti-ganti, dari seorang model pirang bermata biru hingga pria lainnya. Janice bahkan belum sempat menghitung berapa banyak pria yang muncul.Di sudut matanya, Janice melihat Vania yang mengenakan gaun pengantin putih terjatuh ke lantai dengan tubuh lemas. Suaranya bergetar saat berteriak histeris, "Matikan! Matikan! Semua itu palsu!"Namun, layar besar itu tidak mengikuti perintahnya dan terus memutar rahasia besar lain. Ternyata, Vania adalah seorang pencuri karya. Desain-desain yang sebelumnya memenangkan hati banyak penggemar di internet ternyata adal
"Janice! Lagi-lagi dia!"Vania tertawa dingin, lalu berkata dengan suara yang hanya bisa didengar oleh dirinya dan Jason, "Kalau aku nggak bisa mendapatkannya, nggak ada orang lain yang boleh mendapatkannya juga. Kamu juga nggak akan bisa memilikinya."Setelah perkataannya selesai, sebuah motor melaju kencang menerobos masuk ke aula pernikahan. Para tamu langsung berlari ketakutan dan mencari tempat berlindung.Motor itu berhenti tepat di depan Vania dan pengendaranya mengulurkan tangan, "Vania, ikut aku pergi."Vania meraih tangan orang itu, lalu melompat ke atas motor dan meninggalkan tempat pernikahan dengan cepat.Bayangan mereka yang melaju kencang melewati Janice. Vania menatap Janice dengan penuh kebencian, membuat Janice merasa bahwa semuanya belum selesai.Saat itu, terdengar suara dingin dari Jason di atas panggung, "Pengantin perempuan kabur, pernikahan selesai. Silakan menikmati hidangan sebelum pulang." Nada bicaranya seolah-olah pernikahan ini tidak ada hubungannya dengan
Janice berjalan keluar dari ruang istirahat dengan penuh pikiran. Baru saja mengangkat pandangannya, dia mendengar Zachary menegur Jason dengan nada kesal."Jason, kamu terlalu gegabah! Ayah sangat menjaga harga dirinya, yang kamu lakukan tadi sama saja mempermalukannya di depan umum!""Mengorbankan sedikit harga diri demi mempertimbangkan masa depan keluarga, dia pasti akan memahaminya," jawab Jason tanpa ekspresi."Kamu .... Lalu bagaimana dengan reputasimu sendiri? Apa itu juga nggak penting?" Zachary yang usianya jauh lebih tua dari Jason, berbicara dengan nada berat seperti seorang ayah menasihati anaknya.Janice berdiri di samping mereka, menundukkan kepala dan menatap ujung sepatunya. Dia tampak seperti orang luar, tapi telinganya diam-diam mendengarkan jawaban Jason. Dia juga tidak mengerti mengapa Jason harus membuat keributan sebesar ini.Suara Jason tetap dingin seperti biasanya, "Aku juga nggak peduli."Tubuh Janice seketika terasa kaku. Ternyata dia memang tidak peduli pad
Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti
Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg
Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep
Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu
Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se
[ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la
Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop
Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl
"Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can