Janice mencuci tangannya, menggulung lengan baju, dan bersiap membantu Ivy bekerja. Namun, Zachary tiba-tiba melepas jasnya dan masuk ke dapur."Sudahlah, kalian berdua pergi makan saja, biar aku yang mengawasi di sini.""Terima kasih, Sayang." Ivy tersenyum manis."Terima kasih, Paman."Janice mengambil dua mangkuk sup dan langsung duduk di meja kecil untuk meminumnya. Sup yang direbus dengan herbal langka memang rasanya berbeda.Setelah bermesraan sejenak, Ivy dan Zachary akhirnya duduk. Begitu duduk, Ivy langsung merebut sup dari tangan Janice dan meminumnya sampai habis."Aku haus sekali. Aku sudah mencari tahu semuanya untukmu.""Mencari tahu? Ibu, aku menyuruhmu mencari tahu tentang apa?" Janice terkejut."Rachel."Mungkin karena penasaran, Janice tidak menyela Ivy.Ivy berbisik, "Rachel adalah putri sulung Keluarga Luthan, keluarga terpandang di Kota Heco. Dia dan Jason satu universitas di luar negeri. Saat Jason mengalami kecelakaan di luar negeri, dia yang menariknya keluar se
Rachel menatap Jason dan segera menggeleng. "Aku bukan menyelamatkan Jason demi balasan. Siapa pun yang ada di dalam mobil itu, aku tetap akan menolongnya."Dia tidak mengatakannya untuk mendapatkan pujian, itu memang yang dia yakini.Anwar menatapnya dengan puas sambil mengangguk. "Rachel, Jason beruntung sekali karena bisa mengenalmu.""Paman, kalau kamu bicara seperti itu, aku jadi nggak tahu harus menjawab apa." Rachel sedikit malu, jadi secara naluriah bergerak lebih dekat ke sisi Jason.Niatnya terlihat jelas oleh semua orang, tetapi semua orang menerimanya dengan senang hati. Meskipun dia kehilangan satu kakinya, itu terjadi karena dia menyelamatkan Jason.Jika Rachel bergabung dengan keluarga ini, sekalipun hanya sebagai simbol, itu bisa meningkatkan reputasi Keluarga Karim. Belum lagi latar belakang keluarganya yang terpandang, menjadikan pernikahan ini sebagai aliansi yang sempurna.Rachel menoleh menatap wajah Jason yang dingin dari samping. Tatapannya dipenuhi harapan, berh
Wajah Jason menjadi sangat masam. Matanya menyipit, memancarkan hawa dingin. "Janice."Janice menatap langsung ke matanya. "Kamu benaran nggak tahu apa yang dilakukan ayahmu hari ini? Melihatku dan Ibu berusaha keras, tapi nggak dihargai, rasanya menyenangkan ya? Aku nggak ingin bermain permainan ini dengan kalian lagi. Malam itu sudah lama berlalu, Paman."Di antara mereka, hanya sapaan paman yang bisa menjadi batas. Tatapan Jason penuh dengan kilatan dingin. Tanpa berkata apa-apa, dia berbalik menuju tempat sampah.Janice menatap punggungnya dengan perasaan campur aduk, tak tahu apakah dia berharap Jason mengambil kembali syal itu, atau justru membiarkannya pergi begitu saja.Namun, setiap langkah Jason mendekati tempat sampah, hati Janice semakin tegang. Tepat ketika Jason hendak menghentikan pelayan, terdengar jeritan dari jalan kecil di taman.Secara refleks, semua orang menoleh. Rachel yang memakai kaki prostetik, tampaknya tersandung batu dan jatuh.Janice secara naluriah menole
Mendengar itu, wajah Zachary tampak semakin serius. Dia memahami maksud tersembunyi di balik kata-kata Janice.Mulai sekarang, mereka bukan lagi keluarga, bahkan hubungan saudara jauh pun tidak dihitung."Janice, kamu pasti sangat tertekan.""Paman, tolong jaga ibuku dengan baik." Janice tersenyum, menitipkan pesan.Ivy ingin menegur Janice. Namun, mengingat mereka bertiga harus makan di dapur hari ini, dia akhirnya menyadari bahwa dirinya telah membebani putrinya.Dia yang membuat Janice harus kembali berkali-kali untuk menanggung penghinaan ini. Dia pun memasang senyuman. "Jaga dirimu baik-baik.""Aku pergi." Janice mengambil tasnya dan pergi tanpa menoleh ke belakang.....Beberapa saat kemudian, kepala pelayan datang ke dapur. "Tuan, Nyonya, Nona Rachel sudah mau pergi.""Hm, kami akan segera ke sana." Zachary merapikan pakaiannya dan menggandeng Ivy keluar.Kepala pelayan segera berkata, "Tuan Anwar minta Nona Janice ikut mengantar tamu.""Janice ada urusan, dia sudah pergi duluan
Jason sedang tidak fokus sehingga hanya mengiakan pelan sebelum berbalik pergi.Dari balik jendela mobil, Rachel menatap punggungnya yang semakin menjauh. Tiba-tiba, hatinya terasa hampa.Rachel mencengkeram dada dan mulai batuk. Melihat itu, Norman segera mengambil sebotol air untuk disodorkan. "Bu, kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja, cuma terkena angin." Rachel menggenggam botol air mineral di tangannya dengan gelisah. "Apa aku mengatakan sesuatu yang salah tadi?"Norman tetap tenang. "Nggak, Pak Jason memang selalu sibuk dengan pekerjaannya.""Hmm."Setelah mengantar Rachel pulang, Norman mengemudikan mobil kembali ke rumah Jason di River Bay. Dia baru selesai merapikan dokumen yang dikirim dari kantor saat Jason kembali.Melihat pria yang baru masuk itu, Norman sontak terbelalak tidak percaya. "Pak, kamu ...."Jason meliriknya dengan dingin, lalu menyerahkan sesuatu di tangannya. "Bawa ke laundry.""Baik."....Peluncuran produk baru Amanda berlangsung sukses, bahkan wartawa
[ Kamu juga nggak tahu? Saat kuliah, banyak wanita yang mengejarnya, tapi dia sama sekali nggak peduli. ][ Setelah kecelakaan mobil, dia tiba-tiba berubah dan langsung mengatakan dia punya seseorang yang disukai. Saat itu, aku masih terbaring di ranjang rumah sakit. Aku merasa sedih untuk waktu yang lama. ][ Bukankah itu berarti kamu? ]Janice mengetik kalimat itu, tetapi segera menghapusnya. Perkataan seperti itu seharusnya keluar dari mulut Jason sendiri. Apa haknya untuk menyimpulkan sesuatu?Janice membalas dengan jujur.[ Kamu juga tahu hubungan ibuku dengan Paman Zachary. Saat Jason lulus kuliah dan kembali ke dalam negeri, aku baru pergi ke rumah Keluarga Karim. Aku benar-benar nggak tahu. ][ Aku lupa, maaf. ][ Aku ada pekerjaan yang harus diselesaikan, sudah dulu ya. ][ Oke. ]Setelah menaruh ponsel, Janice menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Setelah waktu yang lama, dia tetap tidak bisa menggambar desain yang diinginkannya.Tepat saat itu, Amanda mendekat dan mene
Suasana di meja makan terdiam cukup lama. Janice terpaku menatap pria di hadapannya, ingin memastikan apakah dia hanya bercanda.Namun, detik berikutnya, manajer restoran buru-buru datang. "Maaf, pelayan salah meletakkan nomor meja. Ini meja nomor 26."Janice langsung menoleh ke belakang, melihat pria di meja 27 yang ternyata sedang menunggunya.Dia menggigit bibir, merasa agak canggung, lalu menoleh kembali ke pria di depannya. "Maaf, Pak. Sepertinya aku salah meja. Semoga ... kencan butamu sukses."Dari cara pria itu berpakaian, Janice langsung tahu dia adalah seseorang yang kaya raya dan bukan orang yang bisa dia usik.Setelah berkata demikian, Janice segera bangkit dan pindah ke meja yang benar. Setelah meminta maaf kepada klien, Janice langsung duduk.Kebetulan, seorang wanita yang mengenakan koleksi terbaru dari peragaan busana musim ini baru saja duduk di meja 26.Begitu duduk, wanita itu langsung berkata, "Kamu cukup tampan. Tapi, banyak miliarder yang mengejarku. Tergantung be
Paling tidak, wanita yang diperkenalkan harus lebih cantik dari Janice, 'kan? Sepertinya akan sulit untuk mencari wanita seperti itu.Janice dan Landon bertukar nomor telepon, lalu dia berdiri untuk pergi. Landon menawarkan dengan sopan, "Perlu aku antar?"Janice tersenyum sopan. "Kamu adalah klienku. Nggak pantas kalau kamu mengantarku. Aku bisa naik taksi sendiri. Sampai jumpa."Landon melihat punggungnya yang semakin menjauh, tanpa sadar tersenyum. Menarik juga.Saat itu, ponselnya berdering. "Kak, gimana calon pasangan kencan butamu?""Yang mana?" Landon mengingat Janice, senyuman di wajahnya semakin dalam."Kak, kamu tersenyum ya? Berarti berhasil.""Besok kamu akan tahu.""Baiklah. Tapi saat bertemu besok, kamu nggak boleh menyulitkannya ya? Aku nggak mau dia terikat cuma karena utang budi."Mendengar itu, ekspresi Landon menjadi agak dingin. Namun, demi tidak membuat adiknya sedih, dia tetap menyetujuinya. "Oke."....Keesokan paginya, Janice bangun lebih awal untuk bersiap. Sem
Jason tersenyum. "Baiklah, aku akan menunggu."Saat Jason menerima Vega yang agak memberontak, Hady langsung tertegun saat menatap mereka. "Pantas saja aku merasa kamu begitu familier, kalian berdua ....""Keluarga pasien! Keluarga pasien!" teriak perawat."Aku segera ke sana," jawab Hady.Setelah Hady pergi, Vega mengangkat kepala dan menatap wajah Jason. Namun, dia tidak menangis ataupun marah.Meskipun anak itu ada di depan mata, Jason masih merasa semuanya tidak nyata. Dia memeluk Vega dengan lebih erat dan menarik Vega agar lebih dekat dengan hati-hati. Saat dia bisa mencium aroma khas tubuh Vega dan bahkan ada sedikit bau Janice yang samar-samar, dia baru berani yakin anak ini adalah Vega di mimpinya. Hanya saja, wajah anak ini lebih bulat daripada wajah Vega di mimpinya.Mulut Jason bergerak, seolah-olah ada banyak hal yang ingin ditanyanya. Namun, saat dia hendak membuka mulut, Vega yang berada dalam pelukannya bergerak beberapa kali dan menunjuk mesin penjual otomatis di loron
Saat pria itu hendak memakaikan kalung itu pada istrinya, Jason tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan pria itu. "Kalung ini dari mana?"Nada bicara Jason yang dingin membuat pria itu terkejut dan menjawab, "Dari ... Vega Jewelry. Bosnya adalah orang dari desa kami. Dia menjual perhiasan, sangat hebat."Wanita yang baru saja melewati kontraksinya pun meninju suaminya. "Apanya yang penjual perhiasan? Ini namanya desainer perhiasan.""Ya, aku memang mudah lupa," kata pria itu.Jason menatap desain pita yang pita yang istimewa itu. Dari lekukan hingga ukiran yang kecil-kecil di atasnya, semuanya itu adalah gaya khas Janice. Tenggorokannya terasa kering dan bertanya dengan suara serak, "Siapa?""Ja .... Ah! Sakit sekali!" teriak wanita itu tiba-tiba sebelum selesai menjawab pertanyaan Jason, lalu mencengkeram suaminya dan Jason dengan erat.Begitu pintu lift terbuka, kebetulan ada seorang perawat yang melihat kejadian itu dan segera memanggil orang untuk membantu. Saat dokter bertanya te
Nama yang tertera di sepatu itu adalah Vega.Saat itu, seorang guru yang sedang menjaga ketertiban di lokasi itu segera berlari mendekat. "Mama Vega, Vega nggak ada di sini. Anak-anak yang terluka parah sudah segera dibawa ke rumah sakit kota.""Terluka parah?" tanya Janice dengan suara bergetar.Guru itu menggigit bibirnya, lalu berkata, "Kepala sekolah sudah pergi ke sana, kamu juga segera pergi ke sana saja."Janice baru saja hendak berbalik, tetapi tubuhnya langsung ambruk.Arya segera memapah Janice. "Aku antar kamu ke rumah sakit."Janice hanya bisa menahan air matanya dan menganggukkan kepala. Setelah berlari ke rumah sakit dan diberi petunjuk oleh perawat, dia pun menemukan lantai tempat para korban kecelakaan TK dirawat. Di tengah kerumunan, dia langsung menemukan gurunya Vega. "Guru, mana Vega? Dia baik-baik saja, 'kan?""Vega baik-baik saja. Saat aku membawanya untuk menghindar, aku terpaksa membawanya bersamaku ke rumah sakit karena aku harus buru-buru mengantar para korban
Begitu mendengar terjadi kecelakaan di TK, Janice tanpa ragu langsung berlari keluar. Arya dan Louise segera mengikuti dari belakang."Kenapa bisa terjadi kecelakaan mobil di TK?" tanya Arya."TK ini dibangun di lereng. Saat bus pariwisata turun dari bukit, sopirnya juga nggak tahu kenapa nggak menginjak rem dan langsung menerobos masuk ke TK. Saat itu banyak anak-anak yang sedang bermain .... Aduh, tunggu aku!" jelas Louise.Hanya mendengar penjelasan singkat dari Louise, naluri menyelamatkan sebagai seorang dokter membuat Arya langsung tahu kecelakaan ini sangat parah.Saat ini, sebuah bus besar terjepit di tembok TK. Bagian depan bus sudah menerobos masuk ke lapangan bermain sepenuhnya, sedangkan bagian belakangnya tergantung. Banyak orang di sekitar yang sedang membantu dan banyak anak yang diangkut keluar dengan menangis terisak-isak.Janice segera berlari mendekat dan menarik seorang anak yang sedang memegang lengannya. Anak itu adalah teman sekelas Vega. "Mana Vega?"Anak itu me
"Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar
Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t
"Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika
Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise
Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti