Share

Bab 618

Author: Danira Widia
Saat Janice masih sedang menatap tiket film, pemeran utama wanitanya tiba-tiba berteriak. Tangannya langsung bergetar karena terkejut, ponselnya akhirnya terjatuh ke lantai dan layarnya langsung mati. Sialnya, ponselnya malah terjatuh tepat di samping kaki orang di sebelahnya.

Janice meminta maaf dengan pelan. "Maaf, bisakah kamu geser kakimu sedikit? Ponselku jatuh, sebentar saja."

Orang itu tidak menjawab, tetapi kakinya yang panjang bergeser sebentar.

Janice segera jongkok karena tidak berani berlama-lama dan meraba lantai untuk mencari ponselnya. Namun, keadaan di dalam bioskop sangat gelap, tangannya akhirnya tidak sengaja menyentuh kaki orang itu. Dia tidak berani mengangkat kepala karena merasa canggung.

Namun, orang itu tiba-tiba menggerakkan kakinya dan mencondongkan tubuh ke arah Janice, lalu bertanya, "Perlu aku bantu mencarinya?"

Begitu mendengar suara itu, Janice langsung mengangkat kepalanya. Wajah orang terlihat samar karena keadaan di dalam bioskop gelap, tetapi sepasan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 619

    "Siapa yang ingin minum bekas kamu?" kata Janice, lalu sengaja mengeluarkan teh susu lainnya yang masih belum dibuka dan menggoyangkannya di depan Jason dengan maksud menantang.Tepat pada saat itu, layar menjadi terang sejenak, sehingga Janice melihat Jason sedang tersenyum. Dia langsung bertanya-tanya mengapa Jason tersenyum.Saat Janice meminum teh susu miliknya, pasangan di sampingnya berbisik."Film dan teh susu untuk pasangan, hari ini kamu senang, 'kan?""Senang, tapi film ini sangat menjijikkan. Bajingan mana yang sudah merekomendasi film ini untuk pasangan?"Saat mendengar teh susu pasangan, Janice secara refleks melihat gelas di tangannya dan tangan Jason. Pantas saja Jason tersenyum, ternyata ini adalah minuman untuk pasangan. Saat membeli kupon minuman di daring, dia hanya tahu minuman ini adalah menu terbaru dan tidak memperhatikan desain gelasnya. Dia segera meletakkan teh susunya.Jason tidak menonton film, melainkan menatap gelas dari teh susu itu. Dia mendekati Janice

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 620

    Saat Jason menggenggam pergelangan tangan pria itu dengan makin erat, pria itu langsung kesakitan sampai keringatnya mengalir dengan deras.Wanita itu tidak tega melihatnya segera berkata, "Maaf, tadi aku yang nggak sengaja menyenggol Nona ini."Jason menatap wanita itu dengan dingin. "Ternyata kamu bisa minta maaf?"Ekspresi wanita itu terlihat merasa bersalah karena dia tahu siapa yang sebenarnya bersalah. Namun, melihat Janice hanya seorang diri, dia pun membiarkan pacarnya menyalahkan Janice."Bukan minta maaf padaku, tapi ke ...."Jason berhenti sejenak saat melihat Janice mengernyitkan alis, lalu melanjutkan, "Minta maaf padanya."Wanita itu langsung menoleh ke Janice, lalu berkata dengan tulus, "Maafkan aku. Bisa tolong suruh pacarmu melepaskan pacarku?"Melihat banyak orang yang memperhatikan mereka dan khawatir akan menimbulkan masalah, Janice memperingatkan, "Bermain-main di tangga sangat berbahaya, kelak lebih berhati-hati saja."Begitu mendengar perkataan itu, ekspresi Jaso

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 621

    "Pak Jason, jangan pakai trik seperti ini lagi. Yang palsu tetap palsu, nggak akan pernah jadi asli. Aku sudah bukan anak kecil lagi," lanjut Janice, lalu langsung melempar bunga itu ke tempat sampah.Mendengar perkataan itu, Jason langsung tertegun.Sementara itu, Janice langsung berlari ke taksi. Setelah masuk ke dalam mobil dan melihat sosok Jason yang makin menjauh di luar jendela, dia mengalihkan pandangannya dengan tenang."Nona? Nona? Ada apa?"Saat mendengar suara sopir, pikiran Janice yang melayang baru fokus kembali.Sopir kembali bertanya, "Mau ke mana? Aku sudah tanya berkali-kali.""Maaf," kata Janice, lalu segera memberi tahu alamat tujuannya. Setelah itu, dia kembali melihat ke luar jendela dan melamun.Beberapa saat kemudian, sopir itu kembali berkata, "Nona, kenapa kamu linglung seperti ini? Ponselmu sudah berdering sejak tadi."Janice langsung melihat ponselnya dan ternyata telepon itu dari Landon."Janice, kamu sudah pulang?" tanya Landon."Masih di taksi."Setelah m

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 622

    Begitu teh susu itu dibuang ke tempat sampah, Jason keluar dari kamar tamu dan segera mengambil kantong itu. Dia melirik Rachel dengan tanpa ekspresi dan tatapan yang dingin, seolah-olah sedang menatap orang asing. Namun, dia tidak mengatakan apa pun, melainkan langsung membawa kantong itu ke kamar sambil memperingatkan dengan tenang, "Kamar tamu sudah siap, istirahatlah lebih awal."Rachel yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya pun mencengkeram meja dengan erat dan matanya langsung memerah. "Kenapa kamu nggak marah padaku? Aku bukan orang yang lemah. Kalau kamu nggak senang atau nggak nyaman, kamu boleh marah padaku."Dia tidak ingin Jason bersikap seolah-olah tidak merasakan apa pun. Dia merasa pernikahan ini hanya untuk menikah pada Jason dan Keluarga Karim saja, tetapi tidak pernah memiliki hati Jason. Dia menatap Jason dengan tatapan memohon, berharap Jason bisa bereaksi sedikit.Namun, Jason tetap tenang dan tatapannya kosong. "Jangan berpikir terlalu banyak, kesehatanmu l

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 623

    Janice merasa semua ini benar-benar seperti dongeng. Dia duduk bengong di depan layar laptop dan membaca isi email itu berkali-kali. Pada akhirnya, dia berhasil menemukan satu baris tambahan di bagian bawah email yang berkata satu-satunya syarat yang diminta adalah mendesain perhiasan baru yang memukau. Baginya, ini sebenarnya bukan tantangan yang sulit.Dia membalas email itu dengan semangat, tetapi tiba-tiba merasa ragu saat akan mengirimnya. Dia segera mengubah isi balasannya dan menanyakan alasan universitas itu membuat keputusan ini dengan sopan. Jika semua ini berhubungan dengan Jason, dia akan langsung menolak tawaran itu.Tidak disangka, pihak universitas malah membalas pertanyaan Janice dan berkata mereka sangat menyukai gaya desainnya. Dunia desain membutuhkan lebih banyak variasi, sehingga mereka membantunya memperjuangkan semua ini.Janice merasa sangat senang saat membaca balasan itu, tetapi dia tetap waspada. Setelah memastikan kembali detail wawancaranya dengan pihak uni

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 624

    Menyadari ada yang aneh dengan ekspresi Amanda, Janice bertanya dengan bingung, "Bu Amanda, ada apa?"Setelah berpikir sejenak, Amanda berkata, "Aku ingat dulu persyaratannya nggak seperti ini, tapi mungkin saja sekarang aturan pendaftarannya sudah berubah. Kamu sudah memastikan semuanya?""Sudah. Aku sudah mengonfirmasi salah satu universitas lewat email resmi dan satunya lagi lewat telepon," jawab Janice.Amanda bersandar di kursinya, lalu mengernyitkan alis karena terkejut. "Kamu sepertinya sangat terburu-buru pergi dari sini sampai segera memastikan semuanya."Janice segera menjelaskan, "Bu Amanda, aku bukannya ingin segera meninggalkan kantor ini, hanya ingin segera belajar lebih banyak."Amanda tersenyum dan menggelengkan kepala. "Ucapanmu ini hanya untuk menipu dirimu sendiri."Janice berkata dengan serius, "Bu Amanda, aku akan pergi ke sana bersama pacarku. Aku rasa ini adalah keputusan terbaik."Setelah tertegun sejenak, Amanda akhirnya mengerti. Dia langsung melambaikan tanga

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 625

    "Ya," jawab Janice sambil menganggukkan kepala.Setelah melakukan akupunktur pada Janice, dokter itu langsung pergi merawat pasien lainnya.Sementara itu, Arya yang duduk di samping terus bertanya pada Janice.Setelah menjawab beberapa pertanyaan, Janice menatap Arya dan bertanya, "Kamu pasti sengaja datang untuk menungguku, 'kan? Ada masalah apa?"Arya terdiam sejenak, lalu berkata dengan ekspresi kesulitan, "Dia sudah tahu."Saat mendengar perkataan itu, Janice sama sekali tidak terkejut. Jason mengetahui semuanya tentang kehidupan dan pekerjaannya, dia tidak mungkin bisa menyembunyikan hal ini terlalu lama. Dia awalnya ingin menyembunyikan hal ini sampai dia pergi ke luar negeri. Pada saat itu, Jason juga akan menikah, seharusnya tidak akan peduli dengan hal ini lagi.Namun, Janice tidak menyangka Jason akan mengetahui hal ini begitu cepat. Dia juga tidak mengerti mengapa Jason begitu obsesif. Dia menghela napas, lalu bertanya, "Jadi?""Dia berharap kamu tetap tinggal di sini," kata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 626

    Splash!Janice disiram dengan seember air es dari atas kepalanya, membuatnya terbangun karena kaget.Begitu membuka mulut untuk berteriak, angin yang dingin langsung menerpanya hingga tubuhnya menggigil hebat. Saat itu, dia baru menyadari bahwa dirinya berada di bawah jembatan.Saat tubuhnya hampir roboh, rambutnya tiba-tiba ditarik dari belakang. Dia dipaksa untuk mendongak. Seketika, Janice melihat jelas orang di belakangnya.Saat menatap wajah yang familier tetapi juga terasa asing itu, Janice sungguh terkejut. Itu adalah salah satu pengawal Jason. Dia tidak tahu nama pria itu, tetapi sudah sering melihatnya.Pengawal itu menatapnya dengan dingin. "Maaf, Bu Janice. Aku hanya menjalani tugasku."Angin dingin masuk ke hidung dan mulut Janice, membuatnya tidak bisa mengeluarkan suara. Jantungnya berdegup kencang seakan-akan ingin meloncat keluar dari dadanya.Detik berikutnya, seseorang mendorongnya hingga terjatuh ke tanah. Tangannya yang terluka ditahan di tepi sungai.Pengawal itu b

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 757

    "Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 756

    Setelah bertemu dengan pemilik penginapan, Janice mengatakan bahwa dia ingin menginap dulu di penginapan tersebut.Pemiliknya tampak ketakutan karena insiden bunuh diri wanita sebelumnya. Melihat Janice datang sendirian, tatapannya pada Janice terlihat aneh. Bukan karena nafsu, melainkan karena takut Janice mati di penginapannya tanpa ada yang tahu.Pemilik penginapan pun berbaik hati mengajak Janice tinggal di properti lain miliknya yang tidak dekat dengan pantai.Saat memberikan kunci, dia bahkan menasihati, "Kamu masih muda dan cantik, harus bisa move on. Di dunia ini masih banyak pria."Janice sudah berkali-kali menjelaskan bahwa dia tidak ada niat bunuh diri, tetapi si pemilik tetap tak percaya.Keesokan harinya, setelah Janice menandatangani kontrak sewa, dia baru percaya bahwa Janice memang serius menyewa tempat itu. Dia bahkan bersikap sopan dan mengajak Janice sarapan bersama.Setelah sarapan, Janice mulai menjelajah layaknya seorang turis. Saat waktu di luar negeri sudah sama

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 755

    Pada suatu liburan musim panas, Ivy tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas. Kebetulan saat itu Janice jatuh sakit parah. Pengobatannya menghabiskan banyak uang.Ivy menangis sepanjang malam. Sebelum fajar menyingsing, dia sudah menggandeng Janice berdiri di pinggir jalan tol menunggu kendaraan.Dia bahkan bersumpah tak akan membiarkan siapa pun menemukan mereka. Namun, setelah kabur seminggu, lokasi mereka terdeteksi karena tempat penginapan.Zachary pun menjemput mereka pulang. Kalau diingat sekarang, Janice ingin tertawa.Saat sedang tenggelam dalam kenangan, sebuah bus besar berhenti di depannya. Katanya ada pemeriksaan sebelum masuk tol, tetapi orang-orang di sekitar sudah naik dan memasukkan barang ke dalam bagasi.Janice sendiri tak punya tujuan tertentu. Yang penting bisa membawanya keluar dari Kota Pakisa.Dia menarik masker dan ikut naik ke dalam bus. Setelah membayar, dia memilih tempat duduk kosong secara acak.Tak disangka, penumpang dalam bus itu cukup ramai meskipun ha

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 754

    Rachel mencengkeram baju Jason seolah-olah menggenggam cahaya terakhir dalam hidupnya. Sampai akhirnya, Jason perlahan menunduk dan mendekatinya.Air mata berlinang di wajah Rachel, seberkas harapan terpancar dari tatapannya. Rachel yakin, Jason tidak akan meninggalkannya begitu saja.Namun, detik berikutnya, hatinya seakan-akan tenggelam ke dalam danau es.Jason menggenggam tangannya, melepaskannya satu per satu. Suaranya datar, dingin seperti es. "Aku akan menemanimu sampai akhir. Hanya itu. Itu adalah utangku padamu."Rachel menatap tangannya yang terlepas perlahan. Air matanya jatuh makin deras. Dia tak sanggup menerima. Benar-benar tak sanggup.Karena tahu hidupnya tidak akan lama lagi, dia makin terobsesi pada apa yang benar-benar dia inginkan. Sekarang, satu-satunya yang dia pedulikan hanyalah Jason.Mau itu egois, mau itu obsesi, dia hanya ingin Jason tetap bersamanya. Dengan tidak rela, Rachel kembali menarik Jason dan akhirnya mengucapkan alasan sebenarnya kenapa Jason bersed

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 753

    Sebelum dia sempat berbicara, lengannya sudah lebih dulu dicengkeram erat oleh pria itu. Dengan suara benturan keras, sepanci sup hangat yang baru saja matang langsung tumpah.Tatapan Jason tajam, jemarinya menegang, matanya merah, auranya penuh kemarahan dan niat membunuh. "Kenapa kamu harus mencarinya?"Rachel mendongak dengan kesakitan, menatap pria yang mengerikan itu dengan air mata mengalir. "Jarang sekali aku melihatmu sepanik ini. Kamu marah? Kalau marah, lampiaskan saja padaku!"Melihat air matanya, Jason seperti melihat kutukan yang memaksanya melepaskan cengkeramannya. Namun, Rachel malah menangis semakin keras. Dia melangkah pelan, ingin mendekatinya.Jason justru mundur dua langkah, menghindari sentuhannya. Mata hitam legamnya redup, seperti tenggelam dalam kabut yang hening, memandang Rachel seperti menatap laut tanpa gelombang.Rachel terisak-isak. "Kamu bahkan nggak mau marah padaku? Kenapa kamu rela melakukan apa saja demi dia?""Kakakku bantu Janice cari apartemen, la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 752

    Di bandara, Landon mengulurkan tangan untuk mengambil koper Janice. "Janice, aku minta maaf. Aku benar-benar nggak tahu Rachel bisa sebodoh itu.""Nggak apa-apa, toh aku juga akan pergi. Malah harus terima kasih karena kamu sudah menyiapkan semuanya untuk keberangkatanku secepat ini."Tatapan Janice tenang, tetapi dari sudut matanya, dia terus melirik ke arah luar bandara.Landon tahu dia masih belum rela pergi. Mungkin belum rela meninggalkan tempat di mana dia tumbuh, atau keluarga, atau mungkin seseorang.Landon mencoba menenangkan, "Mau telepon dulu sebentar buat pamitan?"Janice mengalihkan pandangan dan menggeleng. "Nggak usah. Ibuku itu cengeng, sekali nangis nggak bisa berhenti. Aku nggak sanggup dengarnya."Meskipun begitu, suara Janice terdengar serak dan menahan tangis. Bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal pada ibunya pun tidak bisa, mana mungkin dia bisa merelakan semudah itu?Setelah Janice menenangkan diri, Landon berkata dengan lembut, "Ayo, aku sudah minta Zion siap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 751

    "Awalnya aku berniat membawa semua ini masuk ke liang kubur, nggak akan pernah kukatakan. Tapi tadi, waktu kamu bicara ke anak kecil itu, aku seperti baru terbangun dari mimpi.""Aku tersesat begitu lama, sampai lupa kalau dulu aku menolong dia bukan karena mengharapkan balasan, tapi karena aku benar-benar mencintainya."Rachel tersenyum, tampak bahagia dan penuh rasa puas. Dia menopang wajahnya dengan kedua tangan, seperti gadis remaja yang baru jatuh cinta pada Jason."Kamu tahu nggak? Sebenarnya dia nggak secuek itu. Dia suka bantu orang, kadang senyumannya juga luar biasa manis. Dia cuma nggak suka banyak bicara.""Hm." Janice mengangguk. Dia tahu.Rachel tersenyum getir. "Tentu kamu tahu. Kalian sudah kenal lama. Jadi, Janice, bisakah kamu jangan rebut dia dariku? Aku benar-benar nggak bisa melepaskan dia."Janice menatap Rachel dan menjelaskan pelan, "Kalian itu suami istri, nggak ada yang bisa rebut dia darimu.""Bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin kamu ...." Senyuman Rac

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 750

    Janice terkejut mendengar suara Rachel. Gelas sudah menempel di bibirnya. Dia tidak tahu harus meminumnya atau tidak.Rachel melanjutkan, "Pura-pura minum, lalu taruh pelan-pelan."Janice tidak memahami maksudnya, tetapi tetap menurut. Dia berpura-pura mengangkat kepalanya seperti sedang minum, lalu perlahan meletakkan kembali gelas itu ke meja.Dengan suara pelan, Janice bertanya, "Kenapa?"Rachel tersenyum getir. "Karena di dalam jus itu ada obat penggugur kandungan."Tangan Janice yang menggenggam gelas langsung mengencang, hampir ingin melemparkannya. Akan tetapi, dia tidak bisa menebak maksud Rachel sekarang, jadi tidak berani bertindak sembarangan.Rachel tetap berbicara seperti sedang mengobrol santai, "Tenang saja. Dosisnya nggak cukup buat langsung bikin kamu keguguran. Paling cuma bikin tanda-tanda awal, kayak nyeri perut sedikit."Mendengar Rachel mengucapkan kata-kata itu dengan tenang, bulu kuduk Janice berdiri. Dia pun merasa panik. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa R

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 749

    Saat itu juga, pegawai toko kue memecah keheningan yang canggung dan berat di antara mereka."Kak, jus dan red velvet cheesecake-nya, silakan dinikmati.""Terima kasih."Janice menunduk, lalu mulai mengaduk jusnya perlahan dengan sendok panjang, memutar-mutar potongan buah di dalamnya.Rachel menatap makanan di depannya sekilas. Dengan nada seperti menginterogasi, dia bertanya, "Anak itu ... anak siapa?"Kling! Suara nyaring terdengar saat sendok di tangan Janice menabrak dinding gelas. Namun, dia sama sekali tidak berhenti, tetap lanjut mengaduk, seperti tidak terjadi apa-apa.Dari luar, Janice tampak tenang. Di mata Rachel, itu justru terlihat seperti upaya menyembunyikan sesuatu.Wajah Rachel yang pucat menjadi merah karena emosi. Dengan geram, dia berucap, "Jadi, kamu memang hamil."Dada Janice naik turun. Dia tidak tahu bagaimana Rachel bisa tahu tentang kehamilannya. Yang dia tahu sekarang adalah kalaupun Rachel membawa hasil USG dengan namanya tertulis di situ, dia tetap harus t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status