LOGINDalam sekejap, Janice teringat dengan obat saraf itu. Jika Yosep masih ingin menyingkirkan satu orang lagi selain Jason, berarti yang tersisa hanya Verica.Begitu mendapatkan surat wasiat dan langsung menyingkirkan Jason, Yosep pasti akan langsung dicurigai. Namun, jika Verica lumpuh dan dia yang sebagai menantu merawat Leah dan mengambil alih bisnis Keluarga Azhara, itu justru terlalu masuk akal.Janice berpikir pantas saja Jason berkata menarik saat mendengar efek obat itu, ternyata begitu. Yosep sama sekali tidak bodoh, hanya berniat mempelajari alurnya dengan matang sebelum menyingkirkan Verica. Memikirkan itu, dia pun tertawa.Verica mengernyitkan alisnya. "Apa yang kamu tertawakan?"Janice bertanya balik, "Bu Verica, apa Yosep juga tahu kamu datang mencariku?""Apa maksudmu?" tanya Verica."Dia nggak menentang dan malah memujimu berpikir matang, 'kan?" tanya Janice lagi, tanpa menunggu jawaban dari Verica.Melihat Verica akhirnya terdiam sepenuhnya, Janice berpikir sepertinya teb
Orang yang duduk di samping Janice ternyata adalah Verica yang seharusnya berada di bandara pribadi Keluarga Karim.Janice secara refleks menoleh ke arah Vega yang sedang bermain ayunan.Verica mengikuti arah pandangan Janice dan ikut melihat ke sana. Seolah-olah sedang mengobrol, dia berkata dengan santai, "Anak ini cantik sekali, mirip kamu dan juga Pak Jason. Pantas saja Pak Jason nggak mau melepaskanmu."Janice menatap Verica dengan waspada. "Bu Verica, apa yang kamu inginkan?""Tenang saja. Kalau aku benar-benar mau macam-macam, kamu rasa kalian tiga wanita ini bisa lolos? Orang-orangku ada di sekitar sini," kata Verica sambil menatap Janice dan mengernyitkan alisnya.Janice langsung melihat ke sekelilingnya dan memang benar ada beberapa pengawal yang sedang mengawasi mereka. Dengan kemampuan para pengawal itu, mereka mungkin akan langsung ditangkap begitu mereka berteriak minta tolong. Dia menggenggam ponselnya dengan erat dan memaksakan dirinya untuk tetap tenang."Bu Verica, ya
Louise tertegun sejenak. "Aku pikirkan lagi nanti. Sekarang lebih baik menemani Vega kontrol ulang dulu. Arya sudah menunggu.""Ya," jawab Janice.Begitu masuk ke rumah sakit, Janice langsung membuka ponselnya. Melihat titik kecil yang terus bergerak di layar, dia merasa agak tenang. Jason pasti tidak tahu dia sudah lama mengganti kancing di mantel Jason. Target Yosep selama ini adalah Jason, sehingga dia khawatir Yosep akan menggunakan obat saraf itu pada Jason.Namun, saat menundukkan kepala dan memperbesar peta di layar, ekspresi Aura terlihat bingung. Mereka ini sebenarnya ingin pergi ke mana?"Janice, kamu lagi lihat apa? Liftnya sudah datang," kata Louise."Baik, aku datang," balas Janice sambil menggandeng Vega masuk ke dalam lift.....Setibanya di lantai atas.Begitu melihat Janice, Louise, dan Vega, Arya langsung mendekat. "Pemeriksaannya masih yang itu-itu saja, aku sudah atur semuanya."Arya melirik Vega. "Vega pasti nggak takut, 'kan?""Tentu saja, aku ini sangat berani,"
Tentu tidak mungkin mereka menyiapkan obat itu untuk dipakai sendiri. Jadi, Yosep dan Senia seharusnya masih punya satu orang lagi yang ingin mereka singkirkan.Janice menoleh pada Jason dengan penasaran. "Kira-kira siapa ya?"Jason tampak memikirkan sesuatu, lalu mengejek sambil tersenyum tipis, "Cukup menarik.""Ada apa?" tanya Janice."Nggak ada apa-apa. Tunggu saja, pertunjukan baru mau dimulai."Selesai berkata begitu, Jason kembali fokus pada telepon. "Pak Seto, menurutku mereka akan segera bergerak.""Baik, aku akan memperhatikan situasinya. Kalian juga hati-hati," pesan Seto."Ya." Jason menutup telepon.Janice merasa sedikit gelisah. Entah kenapa, dia selalu merasa masalah ini tidak sesederhana itu. "Jason, aku agak takut. Yosep sudah nekat. Apa dia akan melakukan sesuatu lagi diam-diam?"Yosep tidak mewarisi kebijaksanaan Anwar, tetapi kelicikannya menurun 100%. Sekarang, apa lagi yang tidak berani dia lakukan?Jason berujar, "Saat ini kita nggak boleh bereaksi berlebihan, na
"Tatanan Keluarga Karim itu rumit. Kalau aku mengungkap identitasmu terlalu cepat, itu juga nggak menguntungkan untukmu," jelas Anwar."Alasan! Semua itu alasan! Kenapa kakak-kakakku boleh? Pada akhirnya, yang paling kamu pedulikan tetap dirimu sendiri. Kamu takut perselingkuhanmu terungkap. Kalau bukan karena ingin menekan Jason, kamu nggak akan mengakuiku sebagai anggota keluarga!"Anwar berkata, "Nggak. Kalau nggak, gimana mungkin aku memberimu pendidikan sebagai calon pewaris?"Yosep menatapnya dengan tajam. "Kalau begitu, apa salahnya Ayah menyerahkan semua padaku? Atau Ayah masih lebih memihak Jason dan ingin membuangku?"Anwar tidak menjawab.Yosep berkata, "Berarti tebakanku benar. Ayah sudah lama memiliki bukti kalau aku dijebak Keluarga Azhara, tapi Ayah hanya diam, membiarkanku dimanfaatkan mereka. Dulu Ayah menyuruhku menculik si kembar hanya untuk meninggalkan bukti. Itu semua demi mendapat kepercayaan Keluarga Azhara, 'kan?"Anwar menahan rasa sakit, tidak bisa mengucapka
"Kalian yakin mau mengadangku?" Jason menatap para pengawal itu dengan dingin.Mereka semua adalah orang kepercayaan Anwar dan pada saat yang sama sangat takut pada Jason.Saat mereka ragu, pintu ruang kerja terbuka. Yosep keluar dari dalam. Dia mengangkat tangan untuk menghalangi Jason. "Kak, Ayah bilang dia lelah dan nggak ingin menerima tamu.""Tamu?" Jason balik bertanya."Ayah memang bilang begitu. Aku hanya menyampaikan saja. Kalau ada yang ingin dikatakan, biar aku yang sampaikan.""Yosep, masih ingat apa yang pernah aku bilang padamu?" Jason bertanya dengan sangat tenang."Apa?" Yosep jelas tidak ingat.Mata hitam Jason begitu dalam, seolah-olah tak ada secercah cahaya yang bisa masuk. "Coba pikir yang benar."Setelah berkata begitu, Jason berbalik dan pergi. Saat itu juga, dia langsung melihat Janice yang bersembunyi di sudut. Hanya dari itu saja, Janice tahu Jason pasti melihat dengan jelas niat buruk Yosep atau mungkin Jason memang sengaja.Mengikuti Jason keluar dari rumah,







