Janice mengeluarkan secangkir kopi dari tasnya dan meletakkannya di meja resepsionis.Setelah tertegun sejenak, resepsionis itu meremas tasnya dan berkata, "Maaf, mereka bilang kamu ....""Nggak masalah," sela Janice langsung agar resepsionis itu jangan berbicara terlalu banyak di depan banyak orang. Ada grup di antara rekan kerja kantor adalah hal yang sangat wajar, semua orang juga ingin mendapat dukungan dari yang lainnya.Saat masuk ke lift, Janice menggunakan kakinya untuk menahan pintu dan menatap ke arah Leah dan Kayla beserta rombongannya di luar. "Nona Leah, aku sudah mengatur semua data yang kamu minta dan mengunggahnya ke email kerja kita. Kalau mau cetak, nanti aku akan letakkan di meja ruang rapat sebelum rapatnya dimulai. Masih ada hal lain?"Leah mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. "Nggak ada lagi. Terima kasih atas kerja kerasmu.""Sama-sama. Aku pergi bagikan kopinya pada semua dulu ya," kata Janice. Jika Leah sopan, dia juga akan sopan terhadap Leah. Siapa sih yang
Setelah tertegun sejenak, Janice tersadar kembali. Apakah Leah bermaksud memintanya mengurus semua orang di perusahaan? Dia pun tersenyum dan berkata, "Kamu nggak sempat membeli kopi sendiri karena datang begitu pagi ya?"Sampai harus menunggu Janice membelikan makan?Setelah tertegun sejenak, resepsionis itu menyindir, "Kalau kamu nggak mau beli, kenapa setuju? Kita semua ini rekan kerja, tapi kamu ini sudah diajak kerja sama. Pantas saja dulu kamu dipecat."Janice tidak marah, malahan tertawa. "Aku mau tanya, apa kamu punya bukti aku setuju beli kopi untukmu? Kamu cari saja siapa yang setuju.""Kamu ...." Resepsionis itu langsung terbata-bata.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara keributan di pintu. Ternyata, Leah dan beberapa rekan kerja yang cerewet masuk, bahkan Kayla yang paling benci dengan Janice juga berada di antara mereka.Setelah melirik tangan Janice, Kayla tersenyum sinis dan berkata, "Janice, kenapa kamu makin lamban? Tugas kecil membeli kopi saja nggak bisa?"Yang l
Jason langsung menarik Janice ke bawah tubuhnya dan berkata dengan suara serak, "Aku tahu makan apa."Saat Janice tertegun, Jason memanfaatkan kesempatan itu untuk mencium Janice. Setelah puas, dia baru melepaskan Janice.Setelah melihat jam, Janice berkata dengan kesal, "Sial. Sekarang pesanannya sudah harus antre puluhan gelas, mana mungkin bisa sampai tepat waktu. Semua ini salahmu."Saat mengatakan itu, Janice mendorong Jason di sampingnya yang pura-pura tidur.Jason membuka sedikit matanya. "Langsung ke kantor saja. Sebelum jam sembilan nanti ada orang yang mengantarnya untukmu.""Siapa yang antar?" tanya Janice sambil menatap Jason."Aku ada rapat jam setengah sepuluh, ngggak sempat," kata Jason."Aku juga nggak bilang itu kamu," balas Janice langsung, lalu keluar dari kamar tanpa menoleh sedikit pun untuk pergi mencari putrinya.Jason hanya tersenyum saat melihat ekspresi Janice yang kesal, lalu meraih ponselnya di samping tempat tidur.....Setelah sarapan, Janice sengaja menyi
"Teknik bela diri?" tanya Jason. Melihat lengan dan kaki Janice yang ramping, dia langsung berpikir dia bisa mengalahkan Janice dengan mudah hanya dengan satu tangan.Melihat tatapan Jason yang penuh dengan senyuman, Janice langsung menyadarinya. Dia bangkit dan berkata, "Kenapa? Meremehkanku? Saat di penginapan, aku sendiri bisa memindahkan banyak barang."Jason langsung menjawab, "Terlalu lelah. Bagaimana kalau aku buatkan jam tangan khusus untukmu juga?""Nggak berguna. Mereka sudah tahu aku suka pasang pelacak di tubuh sejak dulu, sekarang mereka pasti langsung periksa apa ada barang mencurigakan di tubuhku begitu melihatku. Kalau mau menyerangku diam-diam, mungkin seluruh tubuhku harus digeledah dulu," kata Janice.Mendengar perkataan itu, Jason berpikir bukankah itu malah lebih berbahaya. Dia pun menyipitkan matanya dan berkata, "Aku akan suruh pengawal mengikutimu diam-diam.""Bukan begitu maksudku, aku hanya merasa lebih baik mengandalkan diri sendiri daripada orang lain," kata
Ini adalah hal yang langsung diketahui Jason sejak dia pertama kali bertemu dengan Janice.Melihat tatapan Jason di sampingnya yang begitu panas, Janice mendorong Jason dengan canggung. "Pergi ke sana, aku lapar sekali.""Aku bantu kamu," kata Jason sambil mengambil mangkuk di tangan Janice dan terus mengocok telur.Setelah menuang sedikit air dingin ke dalam panci, Janice mengalihkan pandangannya setelah melirik Jason yang mengocok telur dengan santai. "Jason, kocok lebih kuat. Kalau nggak, telurnya mana mungkin bisa hancur."Jason menyipitkan matanya dan menatap Janice. Ternyata, sekarang Janice sudah pandai mengejeknya juga. "Janice, telurnya hancur atau nggak, harus dicoba dulu baru tahu."Janice langsung merebut mangkuk dari tangan Jason dengan wajah yang memerah, lalu menuangkan semuanya ke dalam panci.Saat melihat mi dengan telur dan sayuran di dalam panci, Jason berkata dengan samar-samar, "Lumayan, mau coba?"Leher Janice juga langsung memerah karena dia seharusnya tidak meng
Di River Bay.Begitu Janice masuk, Vega langsung berlari ke pelukannya.Louise pun bangkit dari sofa. "Pak Jason, Janice, karena kalian sudah pulang, aku pulang dulu ya. Vega sudah mandi. Dia sudah sangat ngantuk, tapi dia tetap mau tunggu kalian pulang."Setelah mengatakan itu, Louise mengelus kepala Vega.Janice melihat jam. "Louise, hari ini terima kasih ya, kamu sudah tunggu kami begitu lama.""Nggak apa-apa. Aku pergi dulu ya," balas Louise. Setelah berpamitan dengan Vega, dia langsung pergi.Saat Jason mendekat, Janice menyingkir dan menggandeng tangan Vega ke kamar anak-anak.Vega adalah anak yang cerdik. Melihat keadaan keduanya, dia sempat menoleh dan mengedipkan mata pada Jason sebelum masuk ke kamar. Setelah dia berbaring di tempat tidur di kamar anak-anak dan Janice menepuk tubuhnya dengan lembut, dia memiringkan kepalanya dan pipinya bertumpu di tangannya. "Mama, dia buat kamu marah ya?"Janice tidak menjawab.Vega tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berkata dengan serius,