Home / Fantasi / Pembalasan sang Kaisar Iblis / BAB 3 - Rapat Pengalihan Kekuasaan

Share

BAB 3 - Rapat Pengalihan Kekuasaan

Author: Jasminesuckle
last update Last Updated: 2022-10-16 10:02:09

“Bagaimana ini? Siapa yang dapat melanjutkan tahta kekaisaran?” tanya salah seorang Marquess yang menjadi salah satu perdana menteri istana.

“Jika pertanyaannya seperti itu tentu saja jawabannya adalah Yang Mulia Putra Mahkota,” jawab menteri yang lain.  

“Pertanyaannya adalah siapa yang akan mengisi kekosongan tahta kaisar sebelum Yang Mulia Putra Mahkota cukup umur dan layak untuk diangkat menjadi kaisar.”.

Sementara itu Adam yang masih berduka karena kematian Ayahanda dan Ibundanya harus terpaksa mengikuti rapat para manusia kapitalis ini. “Yang Mulia Putra Mahkota sudah cukup layak untuk diangkat menjadi kaisar!” jawab salah satu Viscount penjilat.

Mendengar dirinya disebut Adam mendongak dan seketika semua tatapan menuju kepadanya. Di umurnya yang sekarang Adam belum pernah mengikuti rapat secara langsung, dia tidak tahu harus melakukan apa. Hari-harinya dia gunakan untuk belajar pedang dan mempelajari teori untuk menjadi kaisar nantinya.

“I-itu . . . menurut Penasihat Edward bagaimana?” tanya Adam, dia benar-benar belum berpengalaman.

Penasihat Edward angkat suara, dia sudah menduga Adam tidak akan bisa tegas dalam pengangkatan Kaisar ini. “Para Bangsawan sekalian, pengalihan kekuasaan ini tentunya tidak bisa kita perdebatkan karena satu-satunya keturunan dari mendiang Yang Mulia Kaisar  dan Permaisuri hanya Yang Mulia Putra Mahkota. Saya paham kekhawatiran kalian semua, tetapi di sini Yang Mulia Putra Mahkota tidak sendirian, banyak para ahli istana yang akan membimbingnya menjadi Kaisar yang layak,” jelas Edward memberikan keputusannya.

Para bangsawan berdiskusi lagi terkait pendapat dari Penasihat Edward. Memang betul secara garis keturunan yang pantas meneruskan tahta kekaisaran ini adalah Adam. Pertimbangan yang ada membuat salah satu Menteri angkat suara, “Mohon izin Yang Mulia Putra Mahkota dan Penasihat Edward, saya paham betul akan peraturan dari kekaisaran ini terkait penerus kaisar. Saya sama sekali tidak meragukan Yang Mulia Putra Mahkota, hanya saja isu yang bertebaran terkait kematian mendiang Kaisar dan Permaisuri telah tersebar di seluruh penjuru. Hal itu menjadi bom waktu untuk Vanrize jika kita tidak memiliki kekuatan yang mumpuni. Jika Kaisar selanjutnya adalah Yang Mulia Putra Mahkota yang masih belum cukup umur, apakah Yang Mulia sanggup menanggung beban Vanrize yang sedang jatuh ini dan mewujudkan rasa aman pada rakyat yang kini merasa terancam?”

Pendapat yang logis dari Menteri istana membuat Adam merasa semakin tidak pantas. Dia tahu betul kemampuannya tidak ada apa-apanya, sikapnya dalam mengambil keputusan pun masih melibatkan emosi yang mana seorang pemimpin tidak diperbolehkan demikian.

“Apakah Ayahanda akan marah padaku? Apakah beliau akan malu mempunyai anak sepertiku?” seru Adam dalam hati.

“Betul apa yang dikatakan Menteri. Simpati rakyat pada Yang Mulia Putra Mahkota memang menguntungkan untuk saat ini, tetapi kita sebagai orang dewasa tidak berhak menaruh beban yang begitu besar pada Yang Mulia hanya karena dia penerus satu-satunya.”

Pendapat-pendapat yang bertentangan akan pendapat Edward bermunculan menjadi pendapat mayoritas di sana. Seruan persetujuan menggema dengan indah sampai membuat salah seorang tersenyum di sana.

Langkah kakinya kian pasti untuk memasuki ruang rapat setelah menghilang saat kematian Kaisar dan Permaisuri. Mendapat kabar meninggalnya kakaknya selaku Kaisar membuat Jean segera pulang untuk menjemput apa yang seharusnya jadi miliknya.

“Aku bersedia menanggung beban berat demi menggantikan Adam menjadi pemimpin Kekaisaran!” Suara Jean yang tiba-tiba muncul membuat ruangan rapat hening seketika.

Semua mata memandangi asal suara yang dengan arogannya datang tanpa diminta. Sepasang mata tajam dari banyaknya faksi Kaisar sebelumnya menyalang dengan ganas, tetapi yang diduga sebagai pelaku dari pembunuhan keji itu tak gentar. Dia tahu, dia akan menjadi yang paling berkuasa di sini.

“Paman ...,” gumam Adam merasa lega melihat Pamannya datang bagai penyelemat.

“Apa maksud Anda Tuan Jean. Anda, ingin menggantikan Yang Mulia Putra Mahkota sebagai pemimpin kekaisaran? Omong kosong macam apa ini?” tukas Duke Ellian dengan lantang.

Semua orang di sana terdiam melihat kekuatan besar saling bertentangan. Duke Ellian, pemilik kekuatan militer terbesar di kekaisaran Vanrize yang mana merupakan sahabat dekat Yurize tentu saja menentang kemunculan Jean untuk menjadi Kaisar.

Sementara itu Jean tersenyum dengan tenang. Dia berjalan menuju tempat duduk kosong yang harusnya diduduki kaisar.

“Kelancangan apa yang Anda lakukan Tuan Jean? Tidak diperkenankan seseorang yang bukan Kaisar menduduki kursi beliau-“ Cerrish yang menyerukan pendapatnya dicegat oleh Adam.

“S-sudahlah Cerrish, lagi pula Paman kan Kakak Ayahanda. Perginya Ayahanda membuat Paman otomatis menggantikannya, bukan?” seru Adam yang membuat banyak mata menatapnya tak percaya.

Jika Adam yang ingin mereka bela justru berada dalam genggaman Jean, mereka bisa apa? Permainan ini sudah dimenangkan oleh Jean sejak awal.

“Keponakanku Adam memang sangat pintar,” kata Jean.

“Semuanya dengarkan aku. Aku ingin menebus kesalahanku karena tidak bisa mencegah pembunuhan Kaisar dan Permaisuri. Aku merasa malu, sebagai kakaknya dan anggota keluarga kekaisaran, aku justru tidak ada di samping kalian semua saat kejadian berlangsung,” kata Jean menjelaskan penyesalannya.

Semua orang di sana tentu tidak percaya pada apa yang Jean katakan, kecuali Adam.

“Namun, kini aku akan menggunakan penyesalan itu untuk membaktikan diriku di kekaisaran ini!”

Adam merasakan hatinya tersentuh pada setiap kata yang Jean ucap. Dia tahu betul bagaimana pamannya itu merutuki dirinya karena tidak bisa melindungi Ayahanda.

“Benarkah begitu, Tuan Jean? Bukankah saat-saat ini yang Anda tunggu sepanjang hidup Anda? Menduduki kursi Kaisar dengan cara paling keji, membunuh adik Anda sendiri,” ujar salah satu menteri dengan emosi yang membara.

“Menteri! Tolong jaga perkataanmu itu, kamu sedang berbicara dengan anggota keluarga kekaisaran. Apa kamu diangkat menjadi menteri dengan perilaku seperti itu?” Adam naik pitam, suara yang sebelumnya dia redam kini meluap.

Para faksi Yurize justru merasa kecewa, mengapa saat berdebat mengenai dirinya Adam justru melimpahkannya pada Penasihat Edward, tapi saat mengenai Jean dia justru menjadi orang garda terdepan.

“Adam, tenanglah,” titah Jean memberikan senyum tenang pada Adam.

“Menteri, atas dasar apa Anda menuduh saya demikian? Apakah Anda memiliki bukti?” tanya Jean dengan nada dingin menusuk tepat pada jantung Menteri.

Rasanya Menteri itu tahu mengapa banyak orang takut pada sosok Jean, dulu dia jarang membuat tingkah, langkahnya kali ini mengejutkan satu kekaisaran. Siapa sangka Jean akan melakukan pembunuhan pada adiknya sendiri? Walaupun sebenarnya, gosip Jean sebagai dalang adalah sebuah konspirasi. Bagaimana Jean membunuh Kaisar dan Permaisuri tanpa mengotori tangannya masih menjadi sebuah misteri.

Ditanya bukti, menteri itu duduk terdiam. Dia tidak bisa berkata nyalang karena memang bukti tersebut tidak ada.

“Apakah kualitas menteri kita menurun? Bagaimana seorang menteri melayangkan tuduhan hanya berdasarkan pada konspirasi tidak berdasar?” tanya Jean yang sialnya tidak bisa dibantah oleh banyak orang di sana.

Jean menang telak.

“Baiklah, jika sudah seperti ini, kita pakai cara tercepat. Kita adakan pemungutan suara rahasia, dilakukan saat ini juga. Gallan, tolong bagikan kertasnya,” usul Jean.

Gallan, asisten Jean memberikan kertas dan pena pada setiap orang yang hadir di sana.

“Silakan tulis 1 jika kalian setuju pengangkatanku menjadi Kaisar. Tulislah X jika kalian tidak setuju.”

Semua orang di sana segera menuliskan pendapat mereka. Melihat bagaimana rapat berjalan dengan sengit menyuarakan penolakan terhadap Jean, bukankah cara ini justru akan merugikan Jean?

“Pengangkatannya sebagai Kaisar? Itu mustahil.” Setidaknya itu yang terpikirkan oleh Cerrish, Duke Ellian, dan Penasihat Edward.

Namun, siapa sangka yang mereka kira mustahil justru sebaliknya.

“Baik, saya akan menunjukkan hasilnya,” ujar Gallan ketika pemungutan suara tersebut berakhir.

Setiap kertas ditunjukkan pada publik, jadi tidak akan terindikasi adanya kecurangan dari pihak Jean.

“Hasil pemungutan suara, berjumlah 3 menolak pengangkatan Tuan Jean sebagai Kaisar, 7 setuju.”

“TIDAK MUNGKIN!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 32 - Faksi Adam

    Penyambutan Adam dari kembalinya dia dari Denara disambut dengan baik oleh para rakyat, Adam membagikan buruannya pada para rakyat. Daging-daging berkualitas dan bahan pangan melimpah yang dia dapatkan dari Denara membuat rakyat memuja-mujanya.“Terima kasih, Yang Mulia!”“Dimuliakanlah dirimu!”“Hidup Kaisar masa depan!”“Segala keberuntungan memihakmu Yang Mulia!”Seruan-seruan terima kasih rakyat menggema di sepanjang jalan kembalinya Adam menuju istana. Dia nampak senang karena pembagian kecil itu bermakna besar pada mereka yang membutuhkan. Mengingat di masa lalu, para rakyat yang berada di pusat kekaisaran justru tidak mendapatkan hidup yang Sejahtera karena kekejaman bangsawan.Adam telah sampai di istana setelah menyapa para rakyatnya. Segera dia disambut dengan Jean yang menampilkan senyum cerahnya.“Bagaimana perburuanmu Adam? Aku sempat heran mengapa kamu pergi jauh-jauh ke Denara hanya untuk berburu, tetapi sepertinya tujuanmu tercapai. Apakah ada hal bahagia di sana?” tan

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 31 - Susan Teryad

    Jilid : Masa kini Adam Di langit Vanrize yang cerah, Adam memandang hamparan taman megah yang tampaknya miliknya, tetapi ia tahu dengan pasti bahwa milik itu adalah milik Kaisar Jean yang masih menduduki posisi dengan sah. Meskipun kekuasaan Adam tumbuh, ia tahu ia masih jauh dari cukup kuat untuk menggulingkan Jean dalam waktu dekat. Namun, ada kesempatan yang harus dimanfaatkannya dengan bijak. “Aku tidak boleh tergesa-gesa, kesempatan memutar waktu ini tidak akan datang dua kali. Kontrak yang aku jalani dengan Iblis itu pun entah akan menguntungkanku sampai kapan,” gumam Adam pada dirinya sendiri. Dia berusaha bangkit dari kegagalan dan kebodohannya di masa lalu. Saat ini, Adam tidak akan melonggarkan sedikitpun kewaspadaannya. Bersama dengan orang-orang kepercayaannya nanti, Adam akan memimpin Kekaisaran ini lebih baik dari siapa pun. “Selamat pagi, Yang Mulia,” sapa Cerrish di ambang pintu kamar Adam. Adam tersenyum pada pengawalnya. "Selamat pagi, Cerrish! Kamu nampak segar h

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 30

    Adam terduduk sendiri di ruang gelap, matahari yang menyinari kamar yang seharusnya indah ini sekarang hanya memberikan bayangan kepada penghuni ruangan yang penuh dengan keputusasaan. Buih-buih air mata mengisi matanya, mengingatkannya pada momen-momen pahit yang terus-menerus terulang dalam ingatannya.Dia adalah Pangeran Adam Adrellina Van, sang Putra Mahkota. Dahulu, hidupnya diwarnai dengan kemewahan dan kehormatan. Tapi sekarang, dia terjebak dalam kekacauan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Rakyatnya telah memberontak, dan mereka menyalahkan Adam sebagai dalang di balik pemberontakan di wilayah utara.Adam terisak pelan, mencoba menelan pil pahit ketidakadilan yang menghantamnya. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Bagaimana dia, yang pernah dicintai oleh rakyatnya, bisa berakhir sebagai pihak yang dicaci maki dan ditolak begitu keras?Kembali ke saat dia didemo oleh seluruh rakyat, itu adalah momen yang tak terlupakan. Mereka menghina dan mencemoohnya, melemparkan kata-k

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 29

    Dalam kegelapan malam, di luar gerbang istana Vanrize, Adam bersiap untuk pertempuran besar yang akan menentukan nasib Vanrize. Dia berdiri bersama Zenon dan pasukan iblisnya, yang siap untuk membantunya melawan pasukan Jean yang kuat.Adam melihat ke arah Zenon dan berkata, "Waktunya kita memulai ini. Kita harus merebut kembali istana dan mengakhiri pemerintahan tirani Jean."Zenon mengangguk dan menggerakkan tangannya. Dengan cepat, pasukan iblisnya meluncur ke dalam kegelapan, menuju pasukan Jean yang berjaga di sekitar istana. Mereka muncul secara tiba-tiba, menyerang dari segala arah, dan pertempuran pun pecah.Suara teriakan, benturan senjata, dan hujan panah mengisi udara saat dua kekuatan bertempur dengan sengit. Adam memimpin pasukannya, pedangnya berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia merobek masuk ke dalam barisan pasukan Jean, berjuang dengan penuh semangat dan tekad."Demi Vanrize yang bebas!" teriak Adam, menginspirasi pasukannya.Zenon, dengan kekuatan iblisnya, membawa

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 28

    Dalam kegelapan hutan yang penuh misteri, Adam dan para pengikutnya bersembunyi, merencanakan serangan besar-besaran untuk merebut kembali tahta yang sah dari tangan Jean. Mereka tahu bahwa hanya dengan tindakan tegas dan keberanian mereka dapat menghentikan tirani Jean dan mengembalikan keadilan ke Vanrize yang terhimpit oleh kekuasaannya.Kegelapan malam memenuhi hutan, hanya diterangi oleh gemerlap api unggun kecil yang mereka nyalakan untuk memasak dan memanaskan diri. Adam duduk di antara para pengikutnya, wajahnya yang penuh tekad memancarkan keyakinan."Kita harus bertindak cepat," ujar Adam dengan tegas. "Jean semakin kuat dengan setiap hari yang berlalu, dan kita tidak bisa membiarkan tiran ini terus merajalela di tahta yang seharusnya menjadi milik kita."Para pengikutnya yang tersisa mengangguk setuju. Mereka telah melewati banyak rintangan dan risiko, dan semangat mereka tidak pernah pudar."Kami telah berhasil meyakinkan banyak bangsawan untuk bergabung dalam perjuangan k

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 27

    Dalam persembunyian mereka di hutan yang gelap, Adam dan para pendukung terakhirnya merencanakan langkah selanjutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat dan bijaksana, karena Jean tidak akan tinggal diam.Adam, dengan rasa tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, memimpin pertemuan ini. "Kita memiliki bukti bahwa surat perintah suksesi kekaisaran yang digunakan oleh Jean adalah palsu. Kita harus membawanya kepada bangsawan-bangsawan yang masih memiliki keraguan terhadap pemerintahannya."Mereka merencanakan untuk melakukan perjalanan diam-diam ke beberapa kota di Vanrize untuk bertemu dengan bangsawan-bangsawan yang setia kepada Adam dan yang menolak tunduk pada Jean. Mereka akan membawa bukti tentang surat perintah palsu tersebut dan mencoba meyakinkan mereka untuk bergabung dalam perjuangan mereka.Selama perjalanan mereka, mereka harus tetap waspada terhadap mata-mata Jean yang mungkin mengintai di setiap sudut. Mereka bergerak dengan hati-hati, me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status