Share

BAB 2 - Pembunuh

Author: Jasminesuckle
last update Huling Na-update: 2022-10-16 10:01:00

“Jadi … Pembunuhnya adalah Paman Sandres?” tanya Adam dengan tatapan kosong.

Sandres adalah pembunuh Ayah dan Ibunya? Tidak mungkin! Itu adalah lelucon paling konyol yang pernah dia dengar. Prajurit memberi tahunya jika pembunuh Kaisar dan Permaisuri telah menyerahkan dirinya. Aura membunuh yang dikeluarkan Adam tiba-tiba lenyap begitu saja saat mengetahui fakta mencengangkan ini.

“Penasihat! Apa kau tidak salah menangkap orang? Dia … Paman Sandres?!” teriak Adam. Dia frustasi, semua orang menatapnya dengan iba.

“Benar, Yang Mulia Putra Mahkota, pembunuhnya adalah Sandres Cesilio,” jelas Penasihat.

Sikap semua orang dapat dimengerti karena Sandres merupakan teman baik dari Kaisar. Sandres adalah salah seorang duke paling berpengaruh di kekaisaran. Kekayaannya yang menyumbang banyak pajak untuk istana berperan penting dalam perekonomian Vanrize.

“Paman! Apa yang kamu lakukan? Pasti mereka hanya salah paham, kan?” tanya Adam berusaha untuk percaya.

Amarahnya kini lenyap digantikan dengan putus asa. Mengapa justru orang yang paling dia percaya yang melakukannya? Ini tidak masuk akal, mengapa Paman Sandres membunuh Ayah dan Ibu? Pikir Adam.

“Tidak, Adam. Akulah pembunuhnya! Sikapmu yang tidak waspada sekalipun pada orang yang kau percaya membuatmu seperti ini. Kau terjebak, Adam!” ungkap Sandres.

“Tidak! Jangan berbohong! Untuk apa kau membunuh Ayah dan Ibu?” isak Adam, entah sudah berapa banyak air mata yang menetes hari ini.

Mengapa dunianya menjadi seperti ini? bukankah hari ini seharusnya menjadi hari paling bahagia untuknya? Mengapa semesta begitu kejamnya?

Sandres diam saja, dia tidak bisa menjawab. Sementara itu Penasihat menengahinya, walaupun memang hal ini tidak bisa dipercaya tetapi Sandres sendiri mengakui perbuatannya dan beberapa pelayan berkata Sandres pelakunya.

“Bawa semua pelayan dan masukkan mereka ke penjara. Untuk Sandres, apa yang harus kita lakukan sebagai hukumannya Yang Mulia Putra Mahkota? Sesuai dengan hukum kekaisaran, hukuman mati adalah-“

“DIAM! APA YANG KAU BICARAKAN PENASIHAT?! PAMAN SANDRES . . . DIA TIDAK MUNGKIN MEMBUNUH AYAH DAN IBU!” teriak Adam memotong perkataan Penasihat.

Penasihat terkejut dengan bentakan Adam, pemuda yang selalu tenang dan ceria kini berubah menjadi pemuda paling rapuh. Kenyataan menampar Adam dengan keras, hatinya terguncang, kepercayaan yang telah dia berikan sepenuhnya justru dikhianati.

“Adam, tidak bisakah kau percaya? Aku yang membunuhnya! Aku adalah pembunuh dari ayah dan ibumu, mengapa kamu justru melindungiku?” Sandres menangis, dia benar-benar harus mati hari ini. Tidak bisakah Adam memilih percaya saja padanya?

Adam terkejut, jauh dari dalam lubuk hatinya Adam tidak mau percaya. Namun, dia juga tidak diperkenankan melindungi pelaku, apalagi ini terkait pembunuhan ayah dan ibunya.

Menyerah karena Sandres bersikukuh jika dia adalah pembunuhnya. Adam pun menyerahkan semua tanggung jawab pada Penasihat. Dia memilih pergi meninggalkan penjara itu dengan langkah yang berat.

“Esok hari adalah eksekusimu, pertontonkan kepada rakyat siapa pembunuh Kaisar dan Permaisuri mereka!” Begitu perintah Penasihat, setelahnya dia pun pergi meninggalkan penjara.

“Tidak! Tunggu Tuan, kita tidak tahu menau mengenai ini. Mengapa kita dihukum juga?!” teriak pelayan yang akan dibawa ke dalam sel.

“Tuan! Kasihanilah kami!”

Teriakan memilukan dari kasta terendah tidak dipedulikan, Penasihat tidak bisa melakukan apa-apa di hadapan hukum. Malam yang kelam itu berakhir begitu saja. semua bangsawan yang tidak terlibat dalam insiden ini dipulangkan segera.

-

Keesokan harinya.

Semua rakyat berkumpul di ibu kota, berita kematian kaisar tersebar begitu cepat hingga para pengelana berbondong-bondong datang ke kekaisaran Vanrize untuk melihat bagaimana eksekusi si pembunuh Kaisar dan Permaisuri.

“Perhatian! Panglima Kekaisaran, Panglima Luwi dan Penasihat Kaisar, Penasihat Edward memasuki podium,” sambut prajurit mengiringi masuknya Edward dan Luwi sebagai wakil dari Adam selaku Putra Mahkota.

Setelahnya, seorang tersangka pembunuhan Kaisar dan Permaisuri keluar dengan dicekal oleh prajurit kekaisaran. Dengan kalung besi di tangan, leher, dan kakinya, dia melangkah dengan terseok. Ditempatkannya kepala Sandres di tempat eksekusi.

“Perhatian! Telah ditangkap pembunuh dari Kaisar dan Permaisuri kita yang agung. Dia adalah mahluk paling hina di kekaisaran Vanrize, kematiannya hari ini merupakan peringatan bagi siapa saja yang memberontak kekaisaran Vanrize. Dia adalah Sandress Cesilio, Duke Cesilio memiliki dendam tersembunyi pada Kaisar dan Permaisuri, itu adalah motif pembunuhannya. sesuai hukum Vanrize yang berlaku, Sandres akan dihukum mati dengan seluruh keluarganya!” jelas Luwi, panglima kekaisaran.  

Para rakyat saling berbisik, ada yang melontarkan makian, mempertanyakan ke mana perginya putra mahkota pada eksekusi penting ini.

“Putra Mahkota pasti sangat terpukul mengetahui jika yang membunuh orang tuanya adalah orang yang dia anggap sebagai Pamannya sendiri. Menghadiri eksekusi pasti menjadi hal yang paling berat untuknya,” ucap salah satu rakyat.

Para prajurit keluar membawa beberapa anggota keluarga Duke Cesilio. Suara ricuh rakyat meramaikan suasana. Tangisan dari istri Duke Cesilio, umpatan-umpatan anak-anak Cesilio membuat amarah rakyat naik.

“Sialan, apakah Duke Cesilio hanya berpura-pura baik selama ini?”

“Aku bersyukur karena melihat keluarganya yang lain dihukum, tetapi Duke Cesilio . . . apa mungkin dia membunuh Kaisar yang merupakan temannya sendiri?”

“Tidak peduli walaupun Kaisar sangat baik padanya, manusia hina seperti mereka tidak pernah merasa cukup dan berakhir menusuk dari belakang!”

“Bunuh mereka cepat! Mendiang Kaisar dan Permaisuri tidak akan tenang selama pembunuh itu masih hidup!”

“Aku merasa jijik dengan para bangsawan!”

“Betapa mirisnya nasib Putra Mahkota.”

“Tunggu, disaat genting begini ke mana perginya Jean dan para keluarganya?”

Teng!

Lonceng pengumuman berbunyi keras memberhentikan para rakyat yang bergunjing sedari tadi. Acara eksekusi pun dimulai.

“Ayah! Dasar Ayah sialan! Bagaimana kau bisa melakukan perbuatan bodoh itu?”

“Mengapa kau melibatkan kami?!”

“Sandres! Apa yang kamu lakukan!”

Makian dari anggota keluarga Sandres tak membuat seorang Duke Cesilio gentar untuk membalasnya. Dia kali ini pasrah akan kematian. Walaupun dalam hati dia sama sekali tidak menginginkan kematian yang seperti sudah direncanakan ini.

“Lihatlah semuanya! Ini adalah contoh dari apa yang akan kalian dapatkan jika memberontak kekaisaran!” ucap Luwi, panglima kaisar.  

“Aku sudah berjanji pada Matahari Kekaisaran, Yang Mulia Putra Mahkota untuk memenggal langsung pembunuh Kaisar dan Permaisuri. Di sini atas nama Kekaisaran Vanrize, aku akan menanggung beban Yang Mulia Putra Mahkota,” lanjutnya.  

Simpati rakyat kian melunjak karena mengetahui fakta jika Duke Cesilio adalah orang yang paling dekat dengan Adam. Dia adalah orang yang mengajari Adam Teknik berpedang secara pribadi. Sulit dipercaya dia juga orang yang menjadikan Adam yatim piatu.

“Luwi … mengapa bukan Adam yang membunuhku?” tanya Sandres.

“Yang Mulia Putra Mahkota tidak pantas mengotori tangannya untuk mahluk hina sepertimu,” jawab Luwi. Panglima itu mencoba untuk netral walau jujur dia pun tidak bisa menerima fakta jika Sandres adalah pembunuhnya. Namun, karena beban Adam terlalu berat untuk anak seusianya, maka dengan senang hati Luwi akan membantu memikulnya.

“Benar … tolong katakan pada Adam, baca surat yang telah aku berikan padanya,” ucap Sandres sebelum bilah pedang tajam menyentuh lehernya tanpa jeda.

Suara kepala yang terjatuh dengan bibir tersenyum menjadi bukti kematian Duke Sandres Cesilio.

Suara berisik dari luar istana membuat Adam gelisah. Dia tidak bisa menghentikan eksekusi tersebut. Adam sangat yakin jika Sandres bukanlah pelakunya dan itu terbukti Ketika Sandres mengirim pelayan untuk memberikan surat padanya.

“Sial! Mengapa aku baru berani membukanya sekarang?!” sesalnya.

Surat tersebut berisi tulisan dengan bercakan darah yang bertuliskan, “Kematianku tidak dapat dihentikan, biarlah aku mati Adam. Namun, satu hal yang perlu kamu tahu. Pembunuh orang tuamu masih berkeliaran di luar sana. Waspadalah pada orang terdekatmu, Adam! Maaf, aku tidak bisa melindungimu.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 32 - Faksi Adam

    Penyambutan Adam dari kembalinya dia dari Denara disambut dengan baik oleh para rakyat, Adam membagikan buruannya pada para rakyat. Daging-daging berkualitas dan bahan pangan melimpah yang dia dapatkan dari Denara membuat rakyat memuja-mujanya.“Terima kasih, Yang Mulia!”“Dimuliakanlah dirimu!”“Hidup Kaisar masa depan!”“Segala keberuntungan memihakmu Yang Mulia!”Seruan-seruan terima kasih rakyat menggema di sepanjang jalan kembalinya Adam menuju istana. Dia nampak senang karena pembagian kecil itu bermakna besar pada mereka yang membutuhkan. Mengingat di masa lalu, para rakyat yang berada di pusat kekaisaran justru tidak mendapatkan hidup yang Sejahtera karena kekejaman bangsawan.Adam telah sampai di istana setelah menyapa para rakyatnya. Segera dia disambut dengan Jean yang menampilkan senyum cerahnya.“Bagaimana perburuanmu Adam? Aku sempat heran mengapa kamu pergi jauh-jauh ke Denara hanya untuk berburu, tetapi sepertinya tujuanmu tercapai. Apakah ada hal bahagia di sana?” tan

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 31 - Susan Teryad

    Jilid : Masa kini Adam Di langit Vanrize yang cerah, Adam memandang hamparan taman megah yang tampaknya miliknya, tetapi ia tahu dengan pasti bahwa milik itu adalah milik Kaisar Jean yang masih menduduki posisi dengan sah. Meskipun kekuasaan Adam tumbuh, ia tahu ia masih jauh dari cukup kuat untuk menggulingkan Jean dalam waktu dekat. Namun, ada kesempatan yang harus dimanfaatkannya dengan bijak. “Aku tidak boleh tergesa-gesa, kesempatan memutar waktu ini tidak akan datang dua kali. Kontrak yang aku jalani dengan Iblis itu pun entah akan menguntungkanku sampai kapan,” gumam Adam pada dirinya sendiri. Dia berusaha bangkit dari kegagalan dan kebodohannya di masa lalu. Saat ini, Adam tidak akan melonggarkan sedikitpun kewaspadaannya. Bersama dengan orang-orang kepercayaannya nanti, Adam akan memimpin Kekaisaran ini lebih baik dari siapa pun. “Selamat pagi, Yang Mulia,” sapa Cerrish di ambang pintu kamar Adam. Adam tersenyum pada pengawalnya. "Selamat pagi, Cerrish! Kamu nampak segar h

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 30

    Adam terduduk sendiri di ruang gelap, matahari yang menyinari kamar yang seharusnya indah ini sekarang hanya memberikan bayangan kepada penghuni ruangan yang penuh dengan keputusasaan. Buih-buih air mata mengisi matanya, mengingatkannya pada momen-momen pahit yang terus-menerus terulang dalam ingatannya.Dia adalah Pangeran Adam Adrellina Van, sang Putra Mahkota. Dahulu, hidupnya diwarnai dengan kemewahan dan kehormatan. Tapi sekarang, dia terjebak dalam kekacauan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Rakyatnya telah memberontak, dan mereka menyalahkan Adam sebagai dalang di balik pemberontakan di wilayah utara.Adam terisak pelan, mencoba menelan pil pahit ketidakadilan yang menghantamnya. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Bagaimana dia, yang pernah dicintai oleh rakyatnya, bisa berakhir sebagai pihak yang dicaci maki dan ditolak begitu keras?Kembali ke saat dia didemo oleh seluruh rakyat, itu adalah momen yang tak terlupakan. Mereka menghina dan mencemoohnya, melemparkan kata-k

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 29

    Dalam kegelapan malam, di luar gerbang istana Vanrize, Adam bersiap untuk pertempuran besar yang akan menentukan nasib Vanrize. Dia berdiri bersama Zenon dan pasukan iblisnya, yang siap untuk membantunya melawan pasukan Jean yang kuat.Adam melihat ke arah Zenon dan berkata, "Waktunya kita memulai ini. Kita harus merebut kembali istana dan mengakhiri pemerintahan tirani Jean."Zenon mengangguk dan menggerakkan tangannya. Dengan cepat, pasukan iblisnya meluncur ke dalam kegelapan, menuju pasukan Jean yang berjaga di sekitar istana. Mereka muncul secara tiba-tiba, menyerang dari segala arah, dan pertempuran pun pecah.Suara teriakan, benturan senjata, dan hujan panah mengisi udara saat dua kekuatan bertempur dengan sengit. Adam memimpin pasukannya, pedangnya berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia merobek masuk ke dalam barisan pasukan Jean, berjuang dengan penuh semangat dan tekad."Demi Vanrize yang bebas!" teriak Adam, menginspirasi pasukannya.Zenon, dengan kekuatan iblisnya, membawa

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 28

    Dalam kegelapan hutan yang penuh misteri, Adam dan para pengikutnya bersembunyi, merencanakan serangan besar-besaran untuk merebut kembali tahta yang sah dari tangan Jean. Mereka tahu bahwa hanya dengan tindakan tegas dan keberanian mereka dapat menghentikan tirani Jean dan mengembalikan keadilan ke Vanrize yang terhimpit oleh kekuasaannya.Kegelapan malam memenuhi hutan, hanya diterangi oleh gemerlap api unggun kecil yang mereka nyalakan untuk memasak dan memanaskan diri. Adam duduk di antara para pengikutnya, wajahnya yang penuh tekad memancarkan keyakinan."Kita harus bertindak cepat," ujar Adam dengan tegas. "Jean semakin kuat dengan setiap hari yang berlalu, dan kita tidak bisa membiarkan tiran ini terus merajalela di tahta yang seharusnya menjadi milik kita."Para pengikutnya yang tersisa mengangguk setuju. Mereka telah melewati banyak rintangan dan risiko, dan semangat mereka tidak pernah pudar."Kami telah berhasil meyakinkan banyak bangsawan untuk bergabung dalam perjuangan k

  • Pembalasan sang Kaisar Iblis   BAB 27

    Dalam persembunyian mereka di hutan yang gelap, Adam dan para pendukung terakhirnya merencanakan langkah selanjutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat dan bijaksana, karena Jean tidak akan tinggal diam.Adam, dengan rasa tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, memimpin pertemuan ini. "Kita memiliki bukti bahwa surat perintah suksesi kekaisaran yang digunakan oleh Jean adalah palsu. Kita harus membawanya kepada bangsawan-bangsawan yang masih memiliki keraguan terhadap pemerintahannya."Mereka merencanakan untuk melakukan perjalanan diam-diam ke beberapa kota di Vanrize untuk bertemu dengan bangsawan-bangsawan yang setia kepada Adam dan yang menolak tunduk pada Jean. Mereka akan membawa bukti tentang surat perintah palsu tersebut dan mencoba meyakinkan mereka untuk bergabung dalam perjuangan mereka.Selama perjalanan mereka, mereka harus tetap waspada terhadap mata-mata Jean yang mungkin mengintai di setiap sudut. Mereka bergerak dengan hati-hati, me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status