Share

BAB 2 - Pembunuh

“Jadi … Pembunuhnya adalah Paman Sandres?” tanya Adam dengan tatapan kosong.

Sandres adalah pembunuh Ayah dan Ibunya? Tidak mungkin! Itu adalah lelucon paling konyol yang pernah dia dengar. Prajurit memberi tahunya jika pembunuh Kaisar dan Permaisuri telah menyerahkan dirinya. Aura membunuh yang dikeluarkan Adam tiba-tiba lenyap begitu saja saat mengetahui fakta mencengangkan ini.

“Penasihat! Apa kau tidak salah menangkap orang? Dia … Paman Sandres?!” teriak Adam. Dia frustasi, semua orang menatapnya dengan iba.

“Benar, Yang Mulia Putra Mahkota, pembunuhnya adalah Sandres Cesilio,” jelas Penasihat.

Sikap semua orang dapat dimengerti karena Sandres merupakan teman baik dari Kaisar. Sandres adalah salah seorang duke paling berpengaruh di kekaisaran. Kekayaannya yang menyumbang banyak pajak untuk istana berperan penting dalam perekonomian Vanrize.

“Paman! Apa yang kamu lakukan? Pasti mereka hanya salah paham, kan?” tanya Adam berusaha untuk percaya.

Amarahnya kini lenyap digantikan dengan putus asa. Mengapa justru orang yang paling dia percaya yang melakukannya? Ini tidak masuk akal, mengapa Paman Sandres membunuh Ayah dan Ibu? Pikir Adam.

“Tidak, Adam. Akulah pembunuhnya! Sikapmu yang tidak waspada sekalipun pada orang yang kau percaya membuatmu seperti ini. Kau terjebak, Adam!” ungkap Sandres.

“Tidak! Jangan berbohong! Untuk apa kau membunuh Ayah dan Ibu?” isak Adam, entah sudah berapa banyak air mata yang menetes hari ini.

Mengapa dunianya menjadi seperti ini? bukankah hari ini seharusnya menjadi hari paling bahagia untuknya? Mengapa semesta begitu kejamnya?

Sandres diam saja, dia tidak bisa menjawab. Sementara itu Penasihat menengahinya, walaupun memang hal ini tidak bisa dipercaya tetapi Sandres sendiri mengakui perbuatannya dan beberapa pelayan berkata Sandres pelakunya.

“Bawa semua pelayan dan masukkan mereka ke penjara. Untuk Sandres, apa yang harus kita lakukan sebagai hukumannya Yang Mulia Putra Mahkota? Sesuai dengan hukum kekaisaran, hukuman mati adalah-“

“DIAM! APA YANG KAU BICARAKAN PENASIHAT?! PAMAN SANDRES . . . DIA TIDAK MUNGKIN MEMBUNUH AYAH DAN IBU!” teriak Adam memotong perkataan Penasihat.

Penasihat terkejut dengan bentakan Adam, pemuda yang selalu tenang dan ceria kini berubah menjadi pemuda paling rapuh. Kenyataan menampar Adam dengan keras, hatinya terguncang, kepercayaan yang telah dia berikan sepenuhnya justru dikhianati.

“Adam, tidak bisakah kau percaya? Aku yang membunuhnya! Aku adalah pembunuh dari ayah dan ibumu, mengapa kamu justru melindungiku?” Sandres menangis, dia benar-benar harus mati hari ini. Tidak bisakah Adam memilih percaya saja padanya?

Adam terkejut, jauh dari dalam lubuk hatinya Adam tidak mau percaya. Namun, dia juga tidak diperkenankan melindungi pelaku, apalagi ini terkait pembunuhan ayah dan ibunya.

Menyerah karena Sandres bersikukuh jika dia adalah pembunuhnya. Adam pun menyerahkan semua tanggung jawab pada Penasihat. Dia memilih pergi meninggalkan penjara itu dengan langkah yang berat.

“Esok hari adalah eksekusimu, pertontonkan kepada rakyat siapa pembunuh Kaisar dan Permaisuri mereka!” Begitu perintah Penasihat, setelahnya dia pun pergi meninggalkan penjara.

“Tidak! Tunggu Tuan, kita tidak tahu menau mengenai ini. Mengapa kita dihukum juga?!” teriak pelayan yang akan dibawa ke dalam sel.

“Tuan! Kasihanilah kami!”

Teriakan memilukan dari kasta terendah tidak dipedulikan, Penasihat tidak bisa melakukan apa-apa di hadapan hukum. Malam yang kelam itu berakhir begitu saja. semua bangsawan yang tidak terlibat dalam insiden ini dipulangkan segera.

-

Keesokan harinya.

Semua rakyat berkumpul di ibu kota, berita kematian kaisar tersebar begitu cepat hingga para pengelana berbondong-bondong datang ke kekaisaran Vanrize untuk melihat bagaimana eksekusi si pembunuh Kaisar dan Permaisuri.

“Perhatian! Panglima Kekaisaran, Panglima Luwi dan Penasihat Kaisar, Penasihat Edward memasuki podium,” sambut prajurit mengiringi masuknya Edward dan Luwi sebagai wakil dari Adam selaku Putra Mahkota.

Setelahnya, seorang tersangka pembunuhan Kaisar dan Permaisuri keluar dengan dicekal oleh prajurit kekaisaran. Dengan kalung besi di tangan, leher, dan kakinya, dia melangkah dengan terseok. Ditempatkannya kepala Sandres di tempat eksekusi.

“Perhatian! Telah ditangkap pembunuh dari Kaisar dan Permaisuri kita yang agung. Dia adalah mahluk paling hina di kekaisaran Vanrize, kematiannya hari ini merupakan peringatan bagi siapa saja yang memberontak kekaisaran Vanrize. Dia adalah Sandress Cesilio, Duke Cesilio memiliki dendam tersembunyi pada Kaisar dan Permaisuri, itu adalah motif pembunuhannya. sesuai hukum Vanrize yang berlaku, Sandres akan dihukum mati dengan seluruh keluarganya!” jelas Luwi, panglima kekaisaran.  

Para rakyat saling berbisik, ada yang melontarkan makian, mempertanyakan ke mana perginya putra mahkota pada eksekusi penting ini.

“Putra Mahkota pasti sangat terpukul mengetahui jika yang membunuh orang tuanya adalah orang yang dia anggap sebagai Pamannya sendiri. Menghadiri eksekusi pasti menjadi hal yang paling berat untuknya,” ucap salah satu rakyat.

Para prajurit keluar membawa beberapa anggota keluarga Duke Cesilio. Suara ricuh rakyat meramaikan suasana. Tangisan dari istri Duke Cesilio, umpatan-umpatan anak-anak Cesilio membuat amarah rakyat naik.

“Sialan, apakah Duke Cesilio hanya berpura-pura baik selama ini?”

“Aku bersyukur karena melihat keluarganya yang lain dihukum, tetapi Duke Cesilio . . . apa mungkin dia membunuh Kaisar yang merupakan temannya sendiri?”

“Tidak peduli walaupun Kaisar sangat baik padanya, manusia hina seperti mereka tidak pernah merasa cukup dan berakhir menusuk dari belakang!”

“Bunuh mereka cepat! Mendiang Kaisar dan Permaisuri tidak akan tenang selama pembunuh itu masih hidup!”

“Aku merasa jijik dengan para bangsawan!”

“Betapa mirisnya nasib Putra Mahkota.”

“Tunggu, disaat genting begini ke mana perginya Jean dan para keluarganya?”

Teng!

Lonceng pengumuman berbunyi keras memberhentikan para rakyat yang bergunjing sedari tadi. Acara eksekusi pun dimulai.

“Ayah! Dasar Ayah sialan! Bagaimana kau bisa melakukan perbuatan bodoh itu?”

“Mengapa kau melibatkan kami?!”

“Sandres! Apa yang kamu lakukan!”

Makian dari anggota keluarga Sandres tak membuat seorang Duke Cesilio gentar untuk membalasnya. Dia kali ini pasrah akan kematian. Walaupun dalam hati dia sama sekali tidak menginginkan kematian yang seperti sudah direncanakan ini.

“Lihatlah semuanya! Ini adalah contoh dari apa yang akan kalian dapatkan jika memberontak kekaisaran!” ucap Luwi, panglima kaisar.  

“Aku sudah berjanji pada Matahari Kekaisaran, Yang Mulia Putra Mahkota untuk memenggal langsung pembunuh Kaisar dan Permaisuri. Di sini atas nama Kekaisaran Vanrize, aku akan menanggung beban Yang Mulia Putra Mahkota,” lanjutnya.  

Simpati rakyat kian melunjak karena mengetahui fakta jika Duke Cesilio adalah orang yang paling dekat dengan Adam. Dia adalah orang yang mengajari Adam Teknik berpedang secara pribadi. Sulit dipercaya dia juga orang yang menjadikan Adam yatim piatu.

“Luwi … mengapa bukan Adam yang membunuhku?” tanya Sandres.

“Yang Mulia Putra Mahkota tidak pantas mengotori tangannya untuk mahluk hina sepertimu,” jawab Luwi. Panglima itu mencoba untuk netral walau jujur dia pun tidak bisa menerima fakta jika Sandres adalah pembunuhnya. Namun, karena beban Adam terlalu berat untuk anak seusianya, maka dengan senang hati Luwi akan membantu memikulnya.

“Benar … tolong katakan pada Adam, baca surat yang telah aku berikan padanya,” ucap Sandres sebelum bilah pedang tajam menyentuh lehernya tanpa jeda.

Suara kepala yang terjatuh dengan bibir tersenyum menjadi bukti kematian Duke Sandres Cesilio.

Suara berisik dari luar istana membuat Adam gelisah. Dia tidak bisa menghentikan eksekusi tersebut. Adam sangat yakin jika Sandres bukanlah pelakunya dan itu terbukti Ketika Sandres mengirim pelayan untuk memberikan surat padanya.

“Sial! Mengapa aku baru berani membukanya sekarang?!” sesalnya.

Surat tersebut berisi tulisan dengan bercakan darah yang bertuliskan, “Kematianku tidak dapat dihentikan, biarlah aku mati Adam. Namun, satu hal yang perlu kamu tahu. Pembunuh orang tuamu masih berkeliaran di luar sana. Waspadalah pada orang terdekatmu, Adam! Maaf, aku tidak bisa melindungimu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status