Share

3. Bangkitnya Sang Raja Iblis

Aneh, pikir Gao Tian saat mendengar perkataan Xuanwu. Tetapi sekali lagi, dia masih ragu perjumpaannya dengan lelaki itu riil. Namun, dia berucap singkat.

“Baik, Tuan Xuanwu.”

Jawaban Gao Tian membuat Xuanwu kembali tersenyum sangat tipis. Selanjutnya, mereka melakukan apa yang diminta oleh lelaki dengan rambut panjang molek tertata dengan aksesoris cantik tersebut.

Keduanya bertukar piring. Lengan mereka telah terbelit satu sama lain. Sebelum saling menenggak darah, Xuanwu kembali berkata.

“Bersiaplah untuk menjadi yang terkuat, Gao Tian.”

“Terima kasih untuk bantuanmu, Tuan Xuanwu,” balas Gao Tian.

Bagai sudah saling tahu, dengan kompak Gao Tian dan Xuanwu menuangkan darah yang berada dalam piring mereka ke dalam mulut.

Sebetulnya apa yang mereka lakukan adalah budaya wajar bagi dua orang yang tidak memiliki hubungan apapun, ingin menjalin sumpah persaudaraan.

Xuanwu berujar dalam hati. “Anak bodoh. Dia mau melakukan apa saja demi menjadi kuat. Jika penyatuan ini gagal, dia bisa mati dan aku akan tetap tersegel. Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi.”

Baik Gao Tian dan Xuanwu meneguk darah mereka. Begitu tetesan darah dalam piring Guo Tian tiris, kesadarannya seolah tergugah.

Gao Tian yang tengah terbaring dalam gua terjaga. Seolah lupa bahwa sebelum ini tubuhnya meriang dan terasa ngilu, dia langsung bangkit.

“Apa aku bilang, aku hanya bermimpi,” katanya pada dirinya sendiri.

Draaak …!

Seketika itu, Gao Tian terkejut. Batu nisan yang berada di depan dia terpecah dengan sendirinya. Tak memahami apa yang terjadi, gua tempat dia berada terguncang. Bebatuan yang terdapat pada langit-langitnya mulai berjatuhan.

“Celaka, tidak mau juga aku mati di sini!” seru Gao Tian panik.

Dengan segera Guo Tian berlari keluar dari gua tersebut. Begitu dirinya berada di luar, mulut gua itu pun roboh dan tertutup.

“Fiuh …, untung saja. Jika tidak, aku—”

Bersyukur dia dapat keluar dari dalam gua itu, Gao Tian baru menyadari. Efek samping dari jurus yang dikerahkan oleh Liu Tong sudah tidak lagi ia rasakan. Badannya sudah prima seperti sedia kala.

“Ak-aku …, sudah pulih? Apakah …, jadi … aku bukan bermimpi? Semoga saja begitu dan Xuanwu akan menepati janjinya. Meskipun aku juga harus menurut pada dia. Tapi benarkah yang aku alami barusan nyata?” pikir Gao Tian seraya beranjak karena hujan telah berhenti.

Di tempat ia berada. Xuanwu telah kembali duduk di tahtanya. Dia memangku kaki. Tangannya menopang kepala, dengan jemari di sekitar bibir. Dia terkekeh.

“Huehehe … hehehe … hahahaha!” Xuanwu tertawa kemudian ia berkata-kata sendiri. “Tak kuduga. Aku sama sekali tidak menyangka. Gao Tian. Siapa kamu? Kau tetap hidup dan kini aku berada dalam dirimu.”

Merasa bersemangat, Xuan Wu bangkit dari tempat ia duduk. “Keinginanmu akan terkabulkan, Dik. Kau akan menjadi kuat dan aku, Xuanwu telah bebas. Wahai dunia persilatan, kalian akan tahu. Si Raja Iblis telah kembali … hahaha … hahahaha!”

Sementara itu. Setelah santap bersama di sebuah kedai dan menunggu hujan reda, Xiao Mei dan Liu Tong berjalan pulang.

Beberapa kali terlihat, Liu Tong mengibaskan tangan kanannya yang ia gunakan untuk melepaskan teknik Cakar Api Beracun.

“Apa yang terjadi dengan tanganmu, apa ada yang salah dengannya?” tanya Xiao Mei dingin.

“Tidak. Aku hanya …, mungkin, aku menggunakan teknikku dengan cara yang salah barusan. Sangking gemasnya aku pada pemuda lemah itu,” Liu Tong menjelaskan seraya tersenyum. Ia kembali menggerak-gerakkan jemarinya, memutar-mutar sendi pergelangan.

Dia sendiri terheran-heran. Ketika dirinya melepaskan salah satu teknik andalannya tersebut, Liu Tong bisa merasakan. Badan Gao Tian seperti melindungi pemuda itu dari serangannya.

Begitu Cakar Api Beracun mendera tubuh Guo Tian, bagai ada pancaran kekuatan yang menyengat balik pada Liu Tong.  Sekarang, jari-jemari dan lengannya terasa pegal akibat pertahanan tubuh Gao Tian tersebut.

Selin itu, Liu Tong juga terheran-heran. Lawannya masih mampu berkata-kata. Malahan, Gao Tian dapat bangkit meskipun lemah. Biasanya, orang yang terkena Cakar Api Beracun akan langsung merasakan sekujur tubuhnya panas diiringi sesak napas.

Mereka tidak mampu bangkit berdiri karena tubuh mereka meriang diiringi pegal-pegal. Tetapi tadi, Gao Tian bahkan masih bisa melangkah pergi.

“Oh, ya, Liu Tong …,” ucap Xiao Mei yang berjalan agak di depan rekannya.

“Ada apa, putri cantikku?” jawab Liu Tong segera.

“Baru saja aku berniat mengatakan padamu. Tolong, berhentilah menyebutku dengan sebutan-sebutan manis itu. Kau dan Gao Tian sama saja. Kalian bukan siapa-siapa bagiku. Jadi, tidak usah memanggilku dengan julukan yang berlebihan.”

“Oh …, begitu. Ba-baiklah, Xiao Mei. Maaf, a-aku … hanya ingin menganggapmu istimewa.”

“Tidak perlu. Hanya orang yang aku anggap istimewa pulalah yang boleh memanggilku seperti yang dilakukan olehmu.”

Tidak ada yang tahu. Di balik paras cantik dan pembawaannya yang supel lagi ramah, sebetulnya Xiao Mei merupakan sosok yang angkuh. Bahkan Liu Tong yang sudah akrab dengan Xiao Mei tidak menyadari akan hal itu.

Xiao Mei kembali berkata, “Setelah kita pulang nanti, tidak usah kita bertemu lagi. Mulai lusa, aku akan berguru di Institut Bukit Elok. Agak jauh memang. Tapi ayahku kenal baik dengan guru besarnya. Tinggalkan aku dan tidak usah lagi kau menghubungi diriku.”

Mendengar perkataan Xiao Mei tersebut, Liu Tong hanya bisa menoleh ke arah perempuan muda di sebelahnya dengan lesu. Ia terkejut dengan sikap yang ditunjukkan si gadis bangsawan.

Dia sama sekali tidak menyangka Xiao Mei akan berkata seperti itu. Padahal, keduanya sudah berteman dengan baik. Malahan, Liu Tong menilai bahwa hubungan mereka sudah cukup dekat.

Dirinya rela bertarung dengan Gao Tian karena ia menganggap Xiao Mei semacam mengadu padanya bagaimana Gao Tian telah mengaku dirinya dan putri Su itu memiliki hubungan istimewa.

Tapi sekarang, Liu Tong dapat merasakan bagaimana Xiao Mei juga telah menghardik dia dari sisi gadis cantik jelita tersebut.

“B-ba-baiklah …, Xiao Mei,” ucap Liu Tong canggung dengan tertunduk. Xiao Mei melangkah mendahuluinya.

Lagi-lagi, Liu Tong menggerak-gerakkan jemarinya yang terasa pegal. Sia-sia sudah dia mengerahkan Cakar Api Beracun terhadap Guo Tian. Karena kini, dirinya sendiri bernasib serupa dengan anak itu.

“Gao Tian tidak memiliki kekuatan spiritual. Tetapi … mengapa dia mampu—, masa bodoh! Sekarang Xiao Mei juga sepertinya membenciku!” keluh Liu Tong dalam benaknya.

Kembali pada Gao Tian. Dia terus berjalan menuju ke markas sekte Tujuh Bintang Kejora. Kepalanya tidak terlalu memikirkan perjanjiannya dengan Xuanwu. Dia malah terus-terusan terkenang akan Xiao Mei yang tidak akan lagi berlatih di perguruannya.

Set!

Set!

Melamun karena memikirkan Xiao Mei, saat itu Gao Tian terkesiap tatkala muncul sosok-sosok yang mengelebat ke arahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status