Share

Pembalasan sang Menantu Tertindas
Pembalasan sang Menantu Tertindas
Penulis: Vodka

Bab 1

“Kalau kamu punya permintaan, katakan saja, Yoga. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhinya.”

“Nggak ada.”

“Oke. Kalau begitu, aku akan mengantarmu. Lagian kita memang searah.”

Di depan kantor catatan sipil, Karina Atmaja yang baru saja menyelesaikan prosedur perceraian, menyalakan mobil BMS 741 miliknya.

Tubuhnya yang seksi terlihat makin mencolok dengan sepatu hak tinggi dan rok mininya yang ketat, membuat semua orang yang lewat berkali-kali menoleh ke arahnya.

“Nggak usah. Aku bawa mobil sendiri.” Yoga menunjuk mobil listriknya yang sudah tua.

Mobil listrik Yoga terlihat tua dan butut jika dibandingkan dengan BMS milik Karina.

Yoga menatap kedua mobil tersebut secara bergantian. “Jadi, kamu menceraikanku karena ini?”

Karina langsung mengerti maksud Yoga. “Ya. Tapi, bukan hanya itu saja.”

“Bukan hanya ini saja? Biar kutebak. Apa ini juga karena Tuan Muda Reza?” tanya Yoga.

Sekelumit kesedihan melintas di wajah Karina yang cantik, seakan-akan dia membenarkan ucapan Yoga.

Yoga tersenyum getir. “Selama lima tahun ini, nggak terhitung berapa jumlah nasi goreng di pagi hari dan sup di malam hari yang kubuatkan untukmu. Tapi, di dalam hatimu semuanya masih nggak sebanding dengan investasi yang diberikan Tuan Muda Reza, ‘kan?”

Karina sedikit kehilangan kontrol. “Yoga, kamu sama sekali nggak tahu apa yang kuinginkan! Apa kamu tahu betapa stresnya aku selama ini? Perusahaanku hampir bangkrut. Tapi, kamu sama sekali nggak bisa membantuku. Aku hanya ingin ada seorang pria yang membantuku meringankan tekanan, mengerti?”

Yoga mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya, dan mengisapnya dalam-dalam. “Ya. Yang satu adalah Presdir wanita kaya raya berstatus tinggi. Yang lainnya suami rumah tangga, yang nggak punya uang dan kemampuan. Dunia mereka berbeda. Sekalipun pria itu menjual diri, tetap saja nggak akan mampu memberikan apa yang diinginkan wanita itu.”

Karina, oh Karina. Apa kamu lupa, akulah orang yang dulu mengorbankan perusahaanku sendiri untuk menyelamatkan kariermu. Kalau nggak, kita pasti sudah bertukar tempat sekarang.

Karina mengendalikan emosinya dan mengeluarkan kartu ATM. “Aku akan pergi. Simpan kartu ATM ini. Di dalamnya ada 10 miliar. Kalau nggak cukup, kamu bisa memintanya lagi padaku.”

Yoga tidak menolak dan menerima kartu ATM tersebut. “Kalau uang ini bisa sedikit mengurangi rasa bersalahmu, aku menerimanya.”

Astaga! Karina menghela napas dengan perasaan campur aduk. Kemudian, dia masuk ke dalam mobil dan pergi.

Namun, baru beberapa meter berjalan, mobil tersebut tiba-tiba berhenti.

Wajah Karina yang dingin dan cantik menyembul dari jendela mobil. “Kelak, kurangilah merokok. Nggak baik untuk kesehatan.”

“Aku tahu.” Yoga menanggapinya dengan santai. Namun, dia tidak mematikan rokoknya dan malah mengisapnya dalam-dalam.

Sepertinya ini satu-satunya cara Yoga untuk melakukan perlawanan.

BMS tersebut makin menjauh.

Mata Yoga tampak berkaca-kaca.

Buhh!

Yoga langsung meludahkan rokoknya. “Sial*n, rokok murahan! Bikin air mataku keluar saja.”

Dia sudah berhenti minum selama bertahun-tahun. Namun, tiba-tiba saja Yoga merasakan keinginan yang begitu kuat untuk kembali minum.

Mabuk bisa menghilangkan semua kesedihan.

Namun, begitu mengeluarkan ponselnya, Yoga menyadari jika dirinya bahkan tidak punya teman yang bisa diajak mabuk bersama.

Ya. Selama bertahun-tahun, Yoga sudah mencurahkan seluruh energinya untuk wanita ini dan dia sudah lama kehilangan teman-temannya.

“Seorang pria miskin, apa benar-benar nggak layak mendapatkan hak asasi manusia?” Yoga menggerutu, kemudian menelepon ke luar negeri. “Paman Dipa, tolong cari tahu berapa banyak kekayaan yang sudah kukumpulkan di luar negeri dalam beberapa tahun terakhir.”

“Tuan Muda, kekayaan Anda di luar negeri nggak bisa disebutkan dengan angka. Singkatnya, Anda sangat kaya hingga bisa menandingi sebuah negara,” kata Paman Dipa.

“Dalam waktu seminggu, pindahkan semua asetku ke dalam negeri,” kata Yoga.

“Saya mengerti,” jawab Paman Dipa.

Selama lima tahun menikah, Yoga hanya bermalas-malasan di rumah dan tidak bekerja. Namun, semua itu tidak berarti jika dia tidak punya pekerjaan.

Pada waktu itu, Karina memberikan uang sebesar dua miliar untuk biaya hidup kepada Yoga. Yoga memasukkan semua uang tersebut ke pasar saham, dengan nama akun ‘Raja Agoy yang Perkasa’.

Pada tahun 2019, pasar saham jatuh. Yoga melakukan terobosan dengan menciptakan perdagangan saham sendiri dan menghasilkan banyak uang. Dunia saham menjadi gempar karenanya.

Pada tahun 2020, terjadi krisis keuangan global. Yoga menciptakan metode perdagangan saham, dengan menjual saham pada harga termurah dan menghidupkan kembali pasar ekonomi global.

Pada tahun 2021, terjadi inflasi global …

Tahun 2022 …

Hanya dalam waktu singkat, nama ‘Raja Agoy yang Perkasa’ terkenal di seluruh dunia.

Bukan hanya itu saja. Yoga merekrut Raja Kegelapan, sang penguasa dunia hitam. Dia juga mempekerjakan pasukan bayaran dunia hitam. Mereka adalah para pembunuh yang siap membantu Yoga.

Pada waktu senggang, Yoga mempelajari sendiri ‘Kumpulan Resep Pengobatan’ yang merupakan warisan keluarganya. Dia menggunakan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya tersebut untuk mendirikan kerajaan medis dan pengobatan nomor satu di dunia.

Yoga begitu bersemangat menghimpun kekuatan hanya demi membalas dendam.

Setiap malam, Yoga selalu mengalami mimpi buruk tentang tragedi kehancuran keluarganya. Mimpi buruk tersebut muncul berulang kali di benaknya …

Yoga menatap sekeliling dan mencibir, “Mata-mata kalian memang mengawasiku sepanjang waktu. Tapi, kalian nggak tahu kalau aku sudah menghimpun kekuatan di luar negeri. Begitu Raja Agoy yang Perkasa kembali, pasti akan terjadi pertumpahan darah!”

Lantaran emosinya yang memuncak, Yoga tanpa sengaja menghancurkan ponselnya sendiri.

Di sisi lain, Karina yang mengendarai mobilnya dengan kencang, tertarik pada jendela berita yang muncul di ponselnya.

“Berita besar! Dewa dunia bisnis barat, Raja Agoy yang Perkasa, bersiap menuju Daruna dan memindahkan semua asetnya …”

Seketika itu juga, adrenalin Karina langsung melonjak tajam. Dia merasa sangat terkejut juga antusias.

Raja Agoy yang Perkasa adalah idola sekaligus panutan Karina.

Bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa adalah hal yang paling diinginkan Karina sepanjang hidupnya.

Karina tidak menyangka jika tiba-tiba saja Raja Agoy yang Perkasa bersiap menuju Daruna. Dia menjadi begitu antusias hingga kehilangan kendali.

Diinn, diinn, diinn!

Sebuah truk besar yang melaju ke arahnya membunyikan klakson secara beruntun. Barulah Karina tersadar dari rasa terkejutnya.

Dia pun buru-buru menginjak rem.

Namun, semuanya sudah terlambat.

Braakkk!

Setelah terdengar suara benturan yang begitu keras, Karina langsung tidak sadarkan diri.

Tanpa ragu-ragu lagi, Yoga bergegas pergi ke rumah sakit begitu mendengar berita kecelakaan yang dialami Karina.

Perceraian itu sudah tidak penting lagi baginya.

Sekarang, hanya terpikir satu hal di benak Yoga. Dia harus menyelamatkan Karina!

Begitu tiba di rumah sakit, Yoga melihat ibu mertuanya, Ambar Pambudi, sedang menangis di lobi rumah sakit.

“Aku minta tolong pada kalian semua. Putriku mengalami kecelakaan dan membutuhkan darah golongan B. Stok darah di rumah sakit habis. Siapa di antara kalian yang memiliki golongan darah B? Tolong selamatkan putriku …”

Tanpa berpikir panjang, Yoga langsung melangkah maju. “Ayo cepat, golongan darahku B! Cepat ambil darahku untuk menyelamatkannya!”

Ambar begitu gembira saat melihat Yoga. Dia buru-buru menarik Yoga ke ruang donor darah. “Perawat, cepat ambil darahnya untuk menyelamatkan putriku.”

Lantaran menyangkut nyawa manusia, perawat itu langsung mengambil tindakan. “Maaf, berapa banyak darah yang ingin Anda sumbangkan?”

Tanpa sadar, Ambar berkata, “Ambil saja sebanyak-banyaknya. Cepat, jangan lama-lama!”

Perawat itu tidak tahan lagi. “Gimana sih, kok diambil sebanyak-banyaknya? Bagaimana kalau orang ini mati kehabisan darah nanti?”

“Lakukan saja apa yang dia inginkan,” kata Yoga dengan sungguh-sungguh.

“Apa kamu sudah nggak mau hidup lagi?” tanya perawat tersebut.

Ambar langsung memarahinya, “Nggak usah banyak omong. Cepat ambil darahnya! Kalau bukan karena keluargaku, dia pasti sudah mati kelaparan sejak dulu. Nyawanya itu milik keluargaku. Apa salahnya mengambil darahnya?”

Meskipun Ambar tidak pernah bersikap baik kepadanya, mendengar Ambar berkata seperti itu, tetap saja Yoga merasa kesal dibuatnya.

Namun, karena sekarang Yoga begitu ingin menyelamatkan Karina, dia tidak mau repot-repot untuk meladeni Ambar.

“Cepat ambil darahnya!”

200 ml … 400 ml … 800 ml …

“Jangan berhenti! Darahnya masih belum cukup. Cepat lanjutkan!” kata Ambar.

Perawat itu ketakutan. “Jumlah maksimal darah yang bisa disumbangkan manusia hanya sebanyak 400 ml. Dia sudah menyumbang dua kali lipatnya. Pria ini benar-benar akan mati …”

“Pergi! Biar aku saja yang melakukannya!” bentak Ambar.

Akhirnya, setelah darahnya diambil 1.000 ml, Yoga tidak bisa lagi bertahan dan jatuh pingsan.

“Dasar nggak berguna!” Ambar menjadi marah dan memaki dengan keras.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tuah Dahagi
Jantan Bacul Stupid frog Ngapa perlu dibantu Janda mu itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status