Share

7. Undangan pesta

Mentari tersenyum ceria menyambut pagi. Ryu berlari tergesa karena waktu telah menunjukkan pukul 06.50. Ia memasuki gerbang SMU Pelita Jaya, sebuah sekolah elit dan bergengsi.

Sepuluh menit lagi, gerbang akan ditutup. Ia tidak boleh terkena sanksi keterlambatan lagi karena sebentar lagi akan naik ke kelas dua. Tinggal satu minggu lagi untuk menghadapi ujian semester akhir.

Ryu masuk kelas dengan napas memburu, tepat bel tanda masuk sekolah berbunyi.

"Olahraga pagi lagi?" sindir Bella sinis. Ryu hanya mengedipkan mata kirinya pada gadis cantik itu.

Bella menatapnya malas dan kembali fokus pada buku di depannya.

"Nih, buat lu," ujar Bella menyerahkan sebuah undangan bersampul ungu muda pada Ryu setelah bel istirahat berbunyi.

"Apa ini?"

"Undangan pernikahan gue," ketus Bella.

Ryu tertawa, gadis jutek di depannya ini tidak berubah sama sekali sejak mereka pertama bertemu saat kelas satu Sekolah Menengah Pertama dulu.

"Wah, dah seventeen lu. Congrat, ya."

"Lu ga lihat itu tanggal berapa? Emang ada orang ngucapin sebelum tanggalnya?" sahut Bella dengan mata melotot, menambah wajahnya semakin cantik menggemaskan.

"Ini party pasti tar yang datang ...."

"Halah, apaan sih? Cuek aja, ga usah minder kenapa?" jawab Bella karena tahu latar belakang Ryu.

Ryu menatapnya hangat. Ia tahu Bella adalah seorang gadis yang baik meski sangat cerewet. Tapi bukan itu yang ia pikirkan. Selama ini ia telah menahan lama untuk tidak membalas semua perbuatan Jason padanya. Selama tiga tahun mereka di sekolah yang sama saat SMP dulu, membuat Ryu merasa sedikit sakit hati pada pemuda itu. Entah apa salahnya, hingga Jason sangat membencinya. Bahkan sampai dulu satu sekolah menjuluki mereka 'si kembar yang tak akur.' Menurut banyak orang, ia dan Jason terlihat mempunyai wajah yang mirip, seperti kakak beradik.

Tentu saja ia tertawa karena nasib mereka sangat jauh berbeda.

"Kamu mikirin Jason?" Bella menatap Ryu, seakan tahu apa yang dipikirkan pemuda di depannya ini.

Ryu hanya tersenyum canggung. Ia sudah terbiasa dipermalukan. Namun kali ini, ia tidak ingin membuat pesta Bella rusak karena perseteruannya dengan Jason.

"Tar lihat-lihat ya, gue boleh keluar ga sama Abang gue," ujar Ryu tersenyum manis dan meninggalkan Bella sendiri di kelas.

***

Hotel mewah bintang empat sebagai tempat acara pesta ulangtahun seventene Bella.

Ryu yang memakai tuxedo hitam tampil sangat menawan malam itu. Beberapa gadis meliriknya takjub. Wajahnya yang tampan serta memiliki rahang yang kuat, membuat siapapun yang melihat akan terpesona. Ia melangkah masuk di antara para tamu undangan. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari keberadaan Bella. 

Bella yang sedang berbincang dengan temannya, terpesona pada tampilan Ryu malam itu saat sudut matanya tidak sengaja melihat pemuda itu tengah berdiri canggung di tengah ruangan.

"Kamu datang juga," sapa Bella tersenyum hangat. Gadis itu memakai gaun malam berwarna peach dengan belahan dada yang tidak begitu vulgar. Ia tampak cantik dan anggun.

"Ini buat kamu. Happy birtday, princess. Doa terbaik selalu buatmu," ucap tulus Ryu dengan menyerahkan sebuah kotak kecil untuk gadis itu.

Bella tersipu malu. Sekian tahun mereka berteman, baru disadarinya sekarang, Ryu sangat tampan sebenarnya.

"Makasih. Kamu ga usah canggung, nikmati malam ini sepuasnya." Bella menyentuh lembut bahu Ryu, lalu meninggalkannya untuk menyapa teman yang lain.

Pemuda itu kemudian keluar ruangan dan duduk di pinggir kolam renang, setelah sebelumnya sempat mengambil segelas minuman.

Tidak berapa lama, acara di mulai. Disamping Bella tentu saja orang tuanya. Netra Ryu menyipit saat melihat orang tua Jason juga hadir dalam pesta itu. Ia ingat dengan ibu Jason, beberapa kali mereka bertemu, dan wanita cantik itu selalu bersikap baik juga lembut padanya. Berbanding terbalik dengan sikap Jason padanya selama ini.

Setelah acara potong kue  seperti pesta biasanya berakhir, maka acara adalah bebas, dengan mengambil hidangan yang sudah di sediakan. Ryu hendak menuju toilet, ketika tanpa sengaja, ia menabrak seorang pemuda di koridor.

"Ah, shit! Jalan pake mata, bukan ...," umpat pemuda yang ditabraknya.

Ryu yang terkejut karena ternyata Jason yang telah ditabraknya, menghembuskan napas kesal. Ia sudah berusaha untuk menghindari makhluk sialan satu itu.

"Oh ... si gelandangan rupanya. Punya nyali juga buat datang ke pestanya Bella," sinis Jason seperti biasa.

Ryu tidak menanggapinya, ia hendak beranjak pergi, namun dengan sigap, Jason menyambar lengannya dengan kasar.

"Udah nabrak, ga mau tanggung jawab, lu!"

Ryu menghela napas kasar. "Gue ga mau berantem ma lu. Maaf, karena dah ga sengaja tadi."

"Udah. Gitu aja?" Ejek Jason.

"Enak sekali. Orang miskin aja belagu. Ga pantes lu, berada di tempat mewah ini," lanjut Jason tidak terima.

"Please, Jason. Ini pesta Bella, hargai sedikit dia. Kesampingkan masalah kita."

"Kalau gue ga mau? Lu mau apa?" sahut Jason dengan senyum miringnya.

"Terus mau lu apa?" tantang Ryu gemas.

Bug!

Tiba-tiba Jason memukul rahangnya dengan keras, hingga ia mundur beberapa langkah ke belakang. Ryu merasakan nyeri.

Ryu menatap tajam Jason. Ia bisa saja membalas pemuda itu, namun disadarinya semua orang pasti akan mendekat dan melihat perkelahian mereka, dan ia tidak mau membuat keributan pada pesta Bella.

Tanpa membalas sama sekali, Ryu beranjak pergi meninggalkan Jason. Namun sayang, pemuda itu mengejarnya dan menendang tubuh Ryu dari belakang hingga ia jatuh tertelungkup.

Ryu menggeram dengan tangan terkepal. Ia bangkit dan menatap murka pada Jason yang tersenyum mengejek serta merendahkan. Tanpa aba-aba, Ryu menerjang ke arah Jason hingga jatuh. Ia menindih tubuh pemuda itu dan memukulinya tanpa ampun. Dendamnya selama lebih dari tiga tahun membara. Cukup sudah selama ini ia direndahkan dan dihina oleh pemuda kaya itu. Amarahnya memuncak dan ia tidak dapat mengendalikannya.

"Hentikan!" Sebuah suara bariton seorang laki-laki di belakang mereka menghentikan tangan Ryu yang sedang memukuli wajah Jason.

Ryu hendak berdiri saat tiba-tiba ada yang menendang tubuhnya dengan kuat hingga ia jatuh terjengkang. Ia menoleh dan melihat seorang pria menatap murka kepadanya.

"Bangsat! Berani kamu pukuli anakku." Pria itu menendang tubuh Ryu tanpa ampun.

Beberapa orang datang ke tempat kejadian, namun tidak ada satupun yang bisa menolong Ryu.

"Dean! Apa-apaan ini, hentikan." Seorang wanita mencoba menarik dan menghentikan pria itu.

"Berandal itu menghajar anak kita. Apa kamu masih mau diam saja?" Pria itu terengah-engah mengatur napasnya yang memburu.

Wanita itu membantu Jason berdiri. "Bisa kita bicarakan baik-baik, tanpa harus memakai kekerasan." Kemudian ia juga membantu Ryu untuk berdiri.

"Kamu. Bukankah kamu teman Jason waktu SMP?" tanya Agatha saat melihat wajah Ryu.

Pemuda itu mengangguk canggung 

"Aku tidak terima. Akan kutuntut berandal itu." Dean menatap tajam pada Ryu.

Kerumunan orang semakin banyak hingga semakin menambah sesak koridor. Kemudian muncullah Bella dengan wajah sendu menatap Ryu dan Jason bergantian. Ia tahu perseteruan dua orang itu, namun ia tak menyangka jika di hari jadinya, ditengah pesta yang berlangsung, mereka akan berkelahi seperti itu.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Deonisio Puna
suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Jemi Pattiasina
suka ceritanya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status