Sepuluh menit lagi, gerbang akan ditutup. Ia tidak boleh terkena sanksi keterlambatan lagi karena sebentar lagi akan naik ke kelas dua. Tinggal satu minggu lagi untuk menghadapi ujian semester akhir.
Ryu masuk kelas dengan napas memburu, tepat bel tanda masuk sekolah berbunyi.
"Olahraga pagi lagi?" sindir Bella sinis. Ryu hanya mengedipkan mata kirinya pada gadis cantik itu.
Bella menatapnya malas dan kembali fokus pada buku di depannya."Nih, buat lu," ujar Bella menyerahkan sebuah undangan bersampul ungu muda pada Ryu setelah bel istirahat berbunyi.
"Apa ini?"
"Undangan pernikahan gue," ketus Bella.
Ryu tertawa, gadis jutek di depannya ini tidak berubah sama sekali sejak mereka pertama bertemu saat kelas satu Sekolah Menengah Pertama dulu.
"Wah, dah seventeen lu. Congrat, ya."
"Lu ga lihat itu tanggal berapa? Emang ada orang ngucapin sebelum tanggalnya?" sahut Bella dengan mata melotot, menambah wajahnya semakin cantik menggemaskan.
"Ini party pasti tar yang datang ...."
"Halah, apaan sih? Cuek aja, ga usah minder kenapa?" jawab Bella karena tahu latar belakang Ryu.
Ryu menatapnya hangat. Ia tahu Bella adalah seorang gadis yang baik meski sangat cerewet. Tapi bukan itu yang ia pikirkan. Selama ini ia telah menahan lama untuk tidak membalas semua perbuatan Jason padanya. Selama tiga tahun mereka di sekolah yang sama saat SMP dulu, membuat Ryu merasa sedikit sakit hati pada pemuda itu. Entah apa salahnya, hingga Jason sangat membencinya. Bahkan sampai dulu satu sekolah menjuluki mereka 'si kembar yang tak akur.' Menurut banyak orang, ia dan Jason terlihat mempunyai wajah yang mirip, seperti kakak beradik.
Tentu saja ia tertawa karena nasib mereka sangat jauh berbeda.
"Kamu mikirin Jason?" Bella menatap Ryu, seakan tahu apa yang dipikirkan pemuda di depannya ini.
Ryu hanya tersenyum canggung. Ia sudah terbiasa dipermalukan. Namun kali ini, ia tidak ingin membuat pesta Bella rusak karena perseteruannya dengan Jason.
"Tar lihat-lihat ya, gue boleh keluar ga sama Abang gue," ujar Ryu tersenyum manis dan meninggalkan Bella sendiri di kelas.
***Hotel mewah bintang empat sebagai tempat acara pesta ulangtahun seventene Bella.
Ryu yang memakai tuxedo hitam tampil sangat menawan malam itu. Beberapa gadis meliriknya takjub. Wajahnya yang tampan serta memiliki rahang yang kuat, membuat siapapun yang melihat akan terpesona. Ia melangkah masuk di antara para tamu undangan. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari keberadaan Bella.
Bella yang sedang berbincang dengan temannya, terpesona pada tampilan Ryu malam itu saat sudut matanya tidak sengaja melihat pemuda itu tengah berdiri canggung di tengah ruangan.
"Kamu datang juga," sapa Bella tersenyum hangat. Gadis itu memakai gaun malam berwarna peach dengan belahan dada yang tidak begitu vulgar. Ia tampak cantik dan anggun.
"Ini buat kamu. Happy birtday, princess. Doa terbaik selalu buatmu," ucap tulus Ryu dengan menyerahkan sebuah kotak kecil untuk gadis itu.
Bella tersipu malu. Sekian tahun mereka berteman, baru disadarinya sekarang, Ryu sangat tampan sebenarnya.
"Makasih. Kamu ga usah canggung, nikmati malam ini sepuasnya." Bella menyentuh lembut bahu Ryu, lalu meninggalkannya untuk menyapa teman yang lain.
Pemuda itu kemudian keluar ruangan dan duduk di pinggir kolam renang, setelah sebelumnya sempat mengambil segelas minuman.
Tidak berapa lama, acara di mulai. Disamping Bella tentu saja orang tuanya. Netra Ryu menyipit saat melihat orang tua Jason juga hadir dalam pesta itu. Ia ingat dengan ibu Jason, beberapa kali mereka bertemu, dan wanita cantik itu selalu bersikap baik juga lembut padanya. Berbanding terbalik dengan sikap Jason padanya selama ini.
Setelah acara potong kue seperti pesta biasanya berakhir, maka acara adalah bebas, dengan mengambil hidangan yang sudah di sediakan. Ryu hendak menuju toilet, ketika tanpa sengaja, ia menabrak seorang pemuda di koridor.
"Ah, shit! Jalan pake mata, bukan ...," umpat pemuda yang ditabraknya.
Ryu yang terkejut karena ternyata Jason yang telah ditabraknya, menghembuskan napas kesal. Ia sudah berusaha untuk menghindari makhluk sialan satu itu.
"Oh ... si gelandangan rupanya. Punya nyali juga buat datang ke pestanya Bella," sinis Jason seperti biasa.
Ryu tidak menanggapinya, ia hendak beranjak pergi, namun dengan sigap, Jason menyambar lengannya dengan kasar.
"Udah nabrak, ga mau tanggung jawab, lu!"
Ryu menghela napas kasar. "Gue ga mau berantem ma lu. Maaf, karena dah ga sengaja tadi."
"Udah. Gitu aja?" Ejek Jason.
"Enak sekali. Orang miskin aja belagu. Ga pantes lu, berada di tempat mewah ini," lanjut Jason tidak terima."Please, Jason. Ini pesta Bella, hargai sedikit dia. Kesampingkan masalah kita."
"Kalau gue ga mau? Lu mau apa?" sahut Jason dengan senyum miringnya.
"Terus mau lu apa?" tantang Ryu gemas.
Bug!
Tiba-tiba Jason memukul rahangnya dengan keras, hingga ia mundur beberapa langkah ke belakang. Ryu merasakan nyeri.
Ryu menatap tajam Jason. Ia bisa saja membalas pemuda itu, namun disadarinya semua orang pasti akan mendekat dan melihat perkelahian mereka, dan ia tidak mau membuat keributan pada pesta Bella.
Tanpa membalas sama sekali, Ryu beranjak pergi meninggalkan Jason. Namun sayang, pemuda itu mengejarnya dan menendang tubuh Ryu dari belakang hingga ia jatuh tertelungkup.
Ryu menggeram dengan tangan terkepal. Ia bangkit dan menatap murka pada Jason yang tersenyum mengejek serta merendahkan. Tanpa aba-aba, Ryu menerjang ke arah Jason hingga jatuh. Ia menindih tubuh pemuda itu dan memukulinya tanpa ampun. Dendamnya selama lebih dari tiga tahun membara. Cukup sudah selama ini ia direndahkan dan dihina oleh pemuda kaya itu. Amarahnya memuncak dan ia tidak dapat mengendalikannya.
"Hentikan!" Sebuah suara bariton seorang laki-laki di belakang mereka menghentikan tangan Ryu yang sedang memukuli wajah Jason.
Ryu hendak berdiri saat tiba-tiba ada yang menendang tubuhnya dengan kuat hingga ia jatuh terjengkang. Ia menoleh dan melihat seorang pria menatap murka kepadanya.
"Bangsat! Berani kamu pukuli anakku." Pria itu menendang tubuh Ryu tanpa ampun.
Beberapa orang datang ke tempat kejadian, namun tidak ada satupun yang bisa menolong Ryu.
"Dean! Apa-apaan ini, hentikan." Seorang wanita mencoba menarik dan menghentikan pria itu.
"Berandal itu menghajar anak kita. Apa kamu masih mau diam saja?" Pria itu terengah-engah mengatur napasnya yang memburu.
Wanita itu membantu Jason berdiri. "Bisa kita bicarakan baik-baik, tanpa harus memakai kekerasan." Kemudian ia juga membantu Ryu untuk berdiri.
"Kamu. Bukankah kamu teman Jason waktu SMP?" tanya Agatha saat melihat wajah Ryu.
Pemuda itu mengangguk canggung"Aku tidak terima. Akan kutuntut berandal itu." Dean menatap tajam pada Ryu.
Kerumunan orang semakin banyak hingga semakin menambah sesak koridor. Kemudian muncullah Bella dengan wajah sendu menatap Ryu dan Jason bergantian. Ia tahu perseteruan dua orang itu, namun ia tak menyangka jika di hari jadinya, ditengah pesta yang berlangsung, mereka akan berkelahi seperti itu.
12 tahun kemudian, Februari 2019.Seorang anak perempuan berusia sekitar sembilan tahun menangis terisak di taman.Seorang wanita cantik dan anggun berlari menghampirinya dengan cemas."Qinan kenapa, Nak?" Dia memeluk bocah perempuan itu."Kak Sena sama Abang Abel, sembunyikan sandal aku, Ma," jawabnya terisak. Wanita itu terlihat kesal dan marah mendengar perkataan putrinya."Abel … Sena … keluar kalian sekarang juga. Mama hitung sampai lima, kalau ga keluar, mama hukum. Satu … dua ….""Piss, Ma!" seru kedua anak itu keluar dari rerimbu
Ryu menatapnya tak percaya. "Jadi kamu Sita kecil yang itu?" Dia beringsut bangun dan duduk berhadapan dengan istrinya.Angel mengangguk."Waktu itu, seperti biasa aku datang ke rumahmu. Tapi tempat itu sudah dibongkar dan kata orang kamu di penjara. Aku tidak tahu maksudnya. Dan sejak itu, aku mencarimu tapi … yah, kamu seperti menghilang ditelan bumi," ujar Ryu kecewa.Kemudian Angel menceritakan semuanya, bagaimana dia bisa masuk penjara anak dan akhirnya kabur, hingga ditemukan oleh Lingga. Ryu mengerutkan keningnya prihatin."Untung kamu segera menyadari kalo itu aku, jadi kamu ga jadi bunuh aku. Coba kalo nggak, tinggal nama aja aku," ujar Ryu membuat Angel merasa bersalah dan memeluknya erat, "maaf …," bisiknya menyesal."Tapi, ini mungkin jalan buat kamu juga untuk berhenti menjadi pembunuh bayaran. Dan juga Ayah … ahh pria sok kuat itu kini harus tidur di tempat para pesakitan yang dingin." Wajah Ryu
Suasana kediaman Saloka masih diselimuti duka dan malamnya digelar sebuah tahlil bersama untuk mendiang Dean dan Jason.Tuan Dirga--Kakak tertua Tuan Yoga, yang juga Ayah Jefri datang bersama istri dan putra mendiang Jefri.Pria tua dengan rambut yang kesemuanya memutih itu memeluk adiknya yang duduk di atas kursi roda dengan sendu."Maafkan semua kesalahan Jason dan Dean, Mas …," lirihnya pada Kakaknya."Aku sudah memaafkan mereka sejak dulu. Bagaimanapun juga, kamu adalah adikku dan saudara satu-satunya yang masih aku punya," ucap Tuan Dirga getir.Pria tua itu juga memeluk Andre dan Ryu bergantian. Dia mengerti perasaan ponakan dan cucunya itu. Tapi tidak dengan Bobby, putra tertua Jefri. Wajahnya masih menyiratkan amarah karena kematian tragis Papinya."Harusnya mereka membusuk dalam penjara lebih dulu, baru mampus!" ketusnya berapi-api dan membuat orang-orang tersentak."Jaga mulutmu, Bobby. Opa m
Mendung kelabu di pagi hari, menciptakan suasana sendu mengiris kalbu. Membuat suasana duka semakin terasa pilu.Dua peti mati berjejer di ruang tamu keluarga Saloka. Banyak tamu yang datang melayat adalah para relasi Tuan Prayoga dan juga Andre.Mereka banyak mengenang kebaikan sang Tuan rumah selama ini, karena itu mereka datang untuk melayat.Tuan Andre dan Ryu terlihat menyalami para tamu yang datang untuk melayat.Para pelayan sibuk menghidangkan makanan ringan untuk para tamu.Tiba-tiba terdengar teriakan pilu dari dalam rumah. Ryu dan Andre yang terkejut segera masuk dan melihat Agatha yang menangis histeris berlari menuju peti jenasah Jason.
Dengan langkah gontai, Ryu keluar dari kantor polisi dengan dikawal oleh Dodi. Dia masuk ke dalam mobil dengan lemas."Kita ke rumah sakit, sekarang," perintahnya pada Engga dengan suara parau.Pria berperawakan kecil itu segera melajukan kendaraan roda empat nya menuju rumah sakit tempat dua jenasah Dean dan Jason berada.Percakapannya dengan sang Ayah sangat membuatnya terpukul. Pria itu ingin menyelamatkan sang Mama dari hukuman penjara.Sekarang, Ryu merasa lebih dilema lagi. Dia harus merelakan sang Ayah di penjara untuk kebaikan sang Mama.Mama yang telah menyelamatkannya dari timah panas adiknya.
Lingga dan Dean masih bergumul dalam perkelahian. Ryu menatap Jason tajam dan murka.Pria itu hendak menyerang Jason yang terlihat ketakutan saat tiba-tiba ….Dor!Senjata api Dean berbunyi lagi membuat semua terhenyak. "Ayah!" teriak Ryu melihat Ayahnya terkapar. Angel menutup mulutnya tak percaya.Tapi, tiba-tiba Lingga berdiri dengan wajah pucat dan sendu. Dia menatap Dean yang terkapar bersimbah darah.Jason yang sadar bahwa Papinya yang tertembak menjerit dan memeluk sang Papi."Papi … papi … bertahanlah.""Ini … akhir dari … papi … nak …." Dean mulai tersengal dan menangis. "Aga … tha …." Tangannya ingin menggapai mantan istrinya yang masih tak sadarkan diri. "Aku … minta maaf … aku … mencintaimu … dari dulu … hi-hingga … sekarang …." Dean memuntahkan darah dari mulutnya membuat Jason semakin panik.