Share

Hari pertama

Author: Mom Aish
last update Last Updated: 2024-05-26 20:13:54

Olivia baru saja membuka mata karena seberkas cahaya mentari pagi menyorot ke arahnya. Di saat yang bersamaan ponselnya berdering

Dengan malas dia meraih benda pipih yang berada tak jauh dari jangkauan. Matanya menyipit melihat siapa yang menghubunginya.

Kepalanya masih terasa berat, belum lagi pangkal tubuhnya yang masih sakit akibat kejadian tadi malam. Namun matanya terbuka lebar saat telinganya mendengar suara berat di ujung sambungan.

"Berani-beraninya kau pergi tanpa pamit!" ucap Nich menahan amarah.

"Maaf Tuan Nich, semalam saya mabuk berat. Saya takut akan mengganggu istirahat Anda," jawab Olivia terbata.

"Apa kau tau apa hukuman bagi karyawan yang datang tidak tepat waktu?" ucap Nich mengintimidasi.

Olivia segera melempar pandangan ke samping, melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul enam pagi. Masih jaug dari kata terlambat bukan?

"Bukankah ini masih pagi?" keluh Olivia.

Olivia menghela napas kasar saat Nich memutus sambungan sepihak. Wanita itu membanting ponselnya ke lantai. Matanya mulai berkaca.

Rasa amarah, kecewa dan sedih bercampur jadi satu. Jika dulu dia bisa memerintah sesuka hatinya. Tidak sekarang, dunia berputar begitu cepat.

Terdengar langkah cepat menuju kamarnya. Seorang wanita membuka pintu. Wajahnya terlhat cemas.

"Nona tidak apa-apa?' tanya Fika segera mengambil ponsel yang tergeletak di antai.

Fika memeluk wanita yang baru saja bangun tersebut. Dia juga wanita, jadi tau persis bagaiaman perasaan Olivia sekarang.

"Anton akan cari jalan lain. Pasti ada cara yang lebih masuk akal dari cara gila ini," lanjut Fika mengelus lembut rambut panjang Olivia.

Olivia memeluk erat wanita paruh baya yang pernah dia usir lima tahun lalu. Dia tidak menyangka wanita yang dia lukailah yang ada di sisinya di saat seperti ini.

"Jangan panggil aku Nona, tante. Maafkan aku ..." ucap Olivia di tengah tangisnya.

"Sstt ... sudah jangan di pikirkan. Semua akan baik-baik saja. Aku peraya Nona akan berhasil merebut semuanya kembali," jawab Fika melepas pelukannya dan menatap dalam manik mata yang mengeluarkan air mata tersebut.

"Jangan panggil aku Nona," Olivia menekan kalimatnya.

"Oke baiklah. Aku janji akan memamnggilmu Olivia. Mau bantu aku menyiapkan sarapan di bawah?" Fika elempar senyum teduh.

"Sepertinya itu ide bagus," jawab Olivia menghapus air matanya

Olivia bangkit dari kasurnya dan mulai mengayunkan kaki. Namun rasa sakit pada bagian tengah tubuhnya membuat dirinya menghentikan langkah.

"Kau baik-baik saja?" Fika segera bangkit dan memapah Olivia.

"Tidak apa, cuma sedikit lecet saja," jawab Olivia dengan wajah merah.

"Kau yakin?" Fika ragu untuk meninggalkan Olivia sendiri.

Olivia hanya menganggukkan kepalanya pelan. Meski ragu Fika melepaskan tangannya dan keluar dari kamar.

Wanita yang masih mengenakan piyama itu menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dia tidak menyangka pria ini lebih perkasa dari mantan suaminya, Kenzo.

Sepuluh menit berlalu. Fika terus menatap ujung anak tangga. Berharap kalau wanita di atas segera turun. wanita paruh baya ini sampai tidak fokus dengan menu yang dia masak pagi ini.

Anton keluar kamar. Pria itu sudah siap dengan jas rapi dan aroma maskulin yang samerbak. Dia menautkan alis saat melihat istrinya menatap resah anak tangga.

"Apa ada yang tidak beres?" tanya Antom menepuk pundak Fika.

"Aku hanya kawatir dengan Nona Olivia. Apakah tidak ada cara lain untuk merebut hartanya kembali," ucap Fika penuh harap.

"Apakah Nona Oliv ..."

"Tidak, dia tetap teguh pendirian. Aku hanya merasa kasihan. Aku juga wanita dan jka aku berada di posisinya ... Aku pasti ..." Lidah Fika terasa kelu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Aku juga merasa begitu. Tapi dunia bisnis memang keras. Kalau tidak memangsa, kita akn di mangsa. Aku yakin Nona bisa melewati semua, meski terasa sulit," ucap Anton tersenyum tipis.

"Kenapa begitu serius?" tanya Olivia yang melangkah menuruni tangga.

Fika dan Anton segera memasang wajah cerah untukmenutupi kekhawatirann mereka. Fika menrik kursi, memberi tempat untuk sang Nona muda untuk sarapan.

Meski berulangkali Olivia menolak tapi Fika tetap memperlakukan layaknya seorang majikan. Peristiwa lima tahun lalu tidak sebanding semua pertolongan yang Papa Olivia berikan pada keluarga Anton.

"Terima kasih Tante. Oiya dimana dua malaikat kecilku?" tanya Olovia celingukan.

"Mereka sudah berangkat dengan bis sekolah. Ada pelajaran ekstra pagi ini," jawab Fika menjelaskan.

"Sayang sekali, padahal aku ingin menyapa mereka," Olivia memasang wajah sedih.

"Apa Tuan Nich sulit di takhlukkan?" ucap Anton kikuk.

Seketika memory panas malam tadi terulang di kepala Olivia. Jejeran otot dan pusaka itu ...

"Nona," panggil Anton saat melihat Olivia tiba-tiba melamun.

"Oh, tidak. Aku hanya membutuhkan waktu saja. Dia sama dengan pria lain tidak lebih," jawab Olivia singkat.

***

Sebuah mobil hitam berhenti di salah satu gedung pencakar langit. Gedung tersebut adalah salah satu perusahaan yang saat ini naik daun. Soejono Grup tempat dimana Olivia memulai misi merebut hartanya kembali.

Olivia membuka pintu. Terdengar helaan napas panjang. hatinya terus berdoa semoga hari ini tidak terlalu berat untuknya.

Anton menginjak pedal gas dan pergi. Sebenarnya dia khawatir, akan tetapi tiak ada cara lain selain ini.

Perusahaan Nicholas kali ini di puncak, banyak perusahaan yang ingin bekerja sama pada perusahaan tersebut. Tidak terecuali Kenzo, cepat atau lambat dia pasti akan kemari.

Olivia membulatkan tekad dan terus berbisik kalau dia bisa melewati malaikat maut yang akan dia temui. Kali ini da memilih setelan baju kantor yang sedikit tertutup. Celana dan jas dengan warna hitam.

Wanita itu mengayunkan langkah memasuki perusahaan tersebut. Beberapa karyawan berdecak kagum melihat kecantikan Olivia, selera bos mereka memang tidak pernah ecek-ecek.

Olivia masuk ke dalam lift dan segera mempercepat langkah menuju ruangan Nicholas. Jantungnya berdegup kencang. Entah apa yang dia hadapi setelah membuka pintu kaca di hadapannya.

"Selamat pagi Tuan Nicholas," ucap Olivia menyapa seong pria yang duduk di kursi besarnya.

Nicholas melempar pandangan pada jam dinding. Jam itu menujukkan pukul delapan tepat. Untuk karyawan biasa tidak akan ada sanksi yang di terrima. Tapi tidak dengan Olivia.

kali ini wanita malang ini benar-benarakan masuk ke dalam neraka yang menyiksa.

"Kau telat lima belas menit." Tatapan Nicholas baga peluru yang menancap di dada Olivia, sekeika membuat sesak pernapasan.

"Tapi Tuan," ucap Olivia.

"Seorang sekertaris harus datang sebelum atasannya. Tapi apa yang kau perbuat? Kau membiarkanku menunggumu disini!? Dan ini terjadi pada hari pertama kau bekerja," sahut Nicholas.

"Maaf Tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi," jawab Olivia menundukkan kepala.

"Buka bajumu sekarang!" ucap Nicholas tegas.

"Apa?" mata OLivia mebulat sempurna.

"Apa kau tuli!?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   TAMAT

    Malam itu, Olivia duduk di ruang makan besar rumahnya, ditemani nyala lilin yang menerangi meja dengan cahaya hangat. Suasana di ruangan terasa begitu damai, namun ada sesuatu di matanya yang tampak tidak tenang. Di depannya, Dante sedang menuangkan anggur merah ke dalam gelas mereka berdua, senyumnya hangat seperti biasanya.“Sudah cukup lama sejak terakhir kali kita makan malam bersama,” kata Dante sambil menatap Olivia lembut.Olivia mengangguk, tersenyum kecil. “Ya, aku sibuk dengan Leon, dan kau dengan proyek besar itu.”Dante tertawa kecil. “Tapi malam ini tidak ada pekerjaan, tidak ada gangguan. Hanya kita berdua.”---Makan malam dimulai dengan hidangan pasta dan salad segar. Dante, seperti biasa, mulai bercerita tentang kegiatannya. Namun kali ini, dia lebih banyak membicarakan Leon—tentang betapa lucunya bocah itu saat mencoba berbicara dan berjalan.“Kau tahu,” kata Dante sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, “Leon sepertinya punya bakat untuk jadi pemimpin. Dia punya tata

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Merahasiakan identitas

    Nicholas duduk di sebuah kafe kecil di tengah kota pegunungan, menikmati secangkir kopi hitam sambil menatap jendela. Bisnis membawanya ke kota ini, tempat yang tidak pernah ia duga akan memutarbalikkan hidupnya. Dia mencoba menikmati momen tenang setelah serangkaian rapat panjang, tapi pikirannya terus melayang pada masa lalu—terutama pada Olivia.Di sudut lain kafe, seorang anak kecil berlari-lari membawa balon warna-warni, diikuti oleh suara lembut seorang wanita yang memanggilnya. “Leon, hati-hati! Jangan terlalu jauh!”Nicholas mengangkat pandangannya, menatap sekilas ke arah suara itu. Namun yang menarik perhatiannya bukan wanita itu, melainkan anak laki-laki kecil dengan rambut hitam dan mata cokelat pekat—mata yang sangat mirip dengannya.---Leon berlari ke arah meja Nicholas, balonnya tersangkut di kursi. Nicholas tersenyum kecil, membantu melepaskan balon itu."Balonmu hampir hilang, Nak," katanya sambil menyerahkannya kembali.Leon menatap Nicholas dengan mata besar dan po

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Kehidupan baru

    Di sebuah rumah tersembunyi di pegunungan yang jauh dari hiruk-pikuk kota, Olivia terbaring di ranjang kayu besar dengan wajah yang pucat namun penuh tekad. Hari itu tiba lebih cepat dari yang dia bayangkan. Kontraksi yang semakin kuat membuat tubuhnya lelah, tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal: anak yang sedang dia bawa ke dunia ini.Dante berdiri di luar kamar, gelisah dan cemas. Para tenaga medis yang dia datangkan dari kota terus keluar-masuk ruangan, memberikan laporan bahwa proses persalinan ini memerlukan waktu. Olivia tetap tenang, meski rasa sakit tak pernah berhenti.---Olivia menggenggam erat tepi tempat tidurnya, memejamkan mata untuk menahan nyeri yang datang dalam gelombang. Seorang dokter duduk di sisinya, membimbingnya dengan suara lembut. "Olivia, kau kuat. Tarik napas dalam, lalu dorong. Kau hampir sampai."Air mata membasahi pipinya, tetapi bukan hanya karena rasa sakit. Ada kebahagiaan yang perlahan tumbuh di hatinya. Setiap dorongan membawa dia lebih de

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Malam mencekam

    Jeritan kecil keluar dari bibir Olivia saat Angel menarik rambutnya dengan kasar, memaksanya duduk di kursi kayu yang dingin. Ruangan itu gelap dan curam hanya diterangi oleh lampu redup di langit-langit. Di sudut ruangan Max berdiri sampai tersenyum sinis melihat Angel yang tampak menikmati setiap momen."Setelah sekian lama, akhirnya kau ada di tanganku, Olivia. "ujar Angel dengan nada penuh kebencian. "Kau tahu berapa banyak yang telah kau rampas dariku? Aku akan memastikan kau menyesal."Olivia menatap Angel dengan penuh ketakutan, tetapi ia tidak menunjukkan kelemahan. "jika ini yang kau mau, lakukan saja titik tapi aku tidak pernah merebut apapun darimu." katanya dengan suara gemetar tetapi tetap tegas.Angel mendekat , melambaikan tangan untuk menampar Olivia. Tetapi tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat dari luar. Suara berat dari sepatu boot yang memenuhi lorong membuat semua orang terdiam.Max segera memberi isyarat kepada anak buahnya untuk bersiap. "siapapun itu,

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Situasi mencekam

    Malam itu gelap dan sunyi, hanya suara angin dan desiran dedaunan yang terdengar di tengah hutan lebat. Rumah persembunyian Olivia yang biasanya aman. Kini menjadi target serangan berbahaya. Max dan Angel memimpin kelompok kecil bersenjata yang bergerak perlahan melalui bayangan pohon, memanfaatkan setiap celah dalam penjagaan ketat."Pastikan kalian tidak membuat suara, "bisik Max pada anak buahnya dia tahu bahwa satu langkah salah akan membawa kehancuran. Angel, di sisinya menatap rumah yang sama terlihat di kejauhan dengan mata penuh kebencian.Olivia sedang membaca buku di ruang tamu sambil meminum teh hangat. Perutnya yang semakin membesar membuatnya cepat lelah, tetapi ia berusaha tetap tenang. Dante telah memastikan semuanya aman, namun rasa cemas tetap menghantui hatinya.Tiba-tiba, seorang penjaga masuk ke ruangan dengan wajah tegang "Nona Olivia, kami mendeteksi gerakan mencurigakan di perimeter luar. Harap anda tetap di dalam."Jantung Olivia berdegup kencang. Dia tahu apa

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Menyerang

    Pagi itu, ruang rapat di salah satu gedung pencakar langit kota dipenuhi aura tegang. Nicholas Ganesha, CEO sekaligus mantan pemimpin dunia hitam, duduk di ujung meja panjang dengan sikap tenang namun berwibawa. Setelan jas hitamnya yang sempurna mempertegas wibawa yang memancar darinya. Tidak ada tanda-tanda pria yang mabuk dan meratapi masa lalu di bar beberapa malam lalu. Dante, yang juga hadir dalam rapat tersebut, memperhatikan perubahan total pada Nicholas. Di hadapannya kini berdiri sosok pria yang dingin dan tak tersentuh, jauh dari pria emosional yang ia temui di bar. "Jadi, Nicholas," kata salah satu peserta rapat, mencoba memulai diskusi, "bagaimana pendapat Anda tentang akuisisi ini?" Nicholas menganggukkan kepala dengan tenang, mengambil beberapa dokumen di hadapannya. Dengan nada datar namun tegas, ia berkata, "Angka-angka ini tidak sesuai dengan target kami. Jika kalian tidak bisa menyesuaikan margin keuntungan menjadi minimal 30 persen, maka kerja sama ini tidak a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status