Olivia hancur saat melihat suaminya bermain api dengan orang yang dia kenal. Tidak hanya itu, bahkan mereka sudah lama menyembunyikan hubungan ini. Hartanya di kuras habis, tapi wanita itu tidak tinggal diam. Dia akan datang kembali sebagai karma bagi mereka.
View MoreMata Olivia berkaca ketika menatap pemandangan panas di hadapannya, seorang pria dengan tubuh polosnya bermain lincah di atas ranjang.
Bibirnya bergetar tak mampu menahan emosi yang bergemuruh di dalam dada. Dia melangkah mendekati kedua makhluk yang sedang menyatu sempurna.Detakan langkah Olivia membuat kedua insan tersebut menghentikan aktifitas penuh gelora tersebut, dan melempar pandangan ke arahnya."Apa ini Mas?" tanya Olivia dengan bibir bergetar."Apa matamu rabun?" Kenzo malah balik bertanya.Bahkan tak ada mimik wajah bersalah padanya, baginya semua hal ini tampak wajar dan tak perlu di ributkan.Dengan santainya Kenzo menuruni ranjang, dia segera membalut tubuh bagian bawahnya. Pusaka yang seharusnya sudah bersemayam di lembah hangat harus di tunda.Tampak raut wajah kecewa pada gadis yang sudah tergeletak polos dan pasrah di ranjang. Dia sudah sangat lama menantikan hal ini. Dan sekarang malah di rusak seenaknya oleh wanita kucel yang baru saja datang.Olivia melangkah mendekati Angel dan melambungkan tangannya ke udara, kurang sekian inci telapak tangan itu sudah mendarat tepat pada pipi mulus Angel.Kenzo segera mendorong Olivia dan membuatnya jatuh tersungkur di lantai, lutut dan sikunya memar. Namun tidak sedikitpun dia merasa kesakitan, perlahan Olivia bangkit dan hendak menyerang balik Kenzo.Dengan sekuat tenaga kepalan tangan Olivia mendarat bertubi-tubi pada dada bidang Kenzo. Namun tak ada reaksi, baginya itu hanya pijatan kecil yang tak bertenaga.Tangan kekar Kenzo mendorong kembali tubuh mungil Olivia yang menyebabkan dia terjatuh kembali.Tak ada belas kasihan sedikitpun pada mereka, Olivia tak menyangka kedua makhluk di hadapannya tega melakukan ini semua kepadanya.Angel adalah sahabatnya sejak kecil, Olivia sudah menganggapnya seperti seorang Kakak dan tak pernah sedikitpun punya pemikiran buruk."Sekarang Kamu sudah tau semua, jadi kau bisa memilih. Cerai atau tetap mempertahankan pernikahan menyiksa seperti ini," ucap Kenzo tersenyum sadis.Angel hanya menonton, tampak senyum kemenangan yang terlukis indah pada wajah tirusnya. Dia merasa sangat puas dengan pertunjukan ini.Siapa sangka dia dapat melihat kehancuran orang yang paling membuatnya iri, Olivia selalu mendapatkan kebahagiaan tanpa harus berkerja keras. Sedangkan dirinya? Berbagai cara sudah dia lakukan tetapi tak membuahkan hasil.Untung saja dia memiliki aset berharga, yaitu kecantikan serta tubuh yang begitu sempurna. Hanya sedikit godaan manja, suami mata keranjang seperti Kenzo akan mudah terjerat.Dia amat kegirangan saat ini, hatinya di penuhi bunga yang bermekaran. Bayangkan saja, hanya dengan sekali dayung beribu bahkan berjuta pulau terlampaui. Tidak sia-sia dirinya melakukan hal keji ini.Angel mendapatkan suami tampan dan perkasa, komplit dengan harta warisan yang tak akan habis sampai tujuh turunan."Aku tak akan pernah melupakan ini," ucap Olivia geram.Mendengar ucapan Olivia, Kenzo dan Angel tertawa terbahak. Memang apa yang akan di lakukan oleh wanita lemah sepertinya saat ini?Bila dulu Olivia selalu angkuh dan menyombongkan semua harta beserta kekuasaannya, lalu apa yang di banggakan saat ini?Hidupnya akan hancur dalam hitungan detik, karena Kenzo sudah merubah semua aset kekayaan Olivia padanya.Dengan santai Kenzo duduk kembali di ranjang dan menatap rendah Olivia yang masih duduk di lantai, kakinya lumayan sakit akibat memar.Olivia perlahan bangkit dan melawan rasa sakitnya, rasa sakit pada lutut dan sikunya saat ini tak sebanding dengan perih batinnya.Dia menatap Kenzo dengan amarah yang membara dan mengacungkan jari telunjuk tepat di wajah suaminya."Kalian akan menerima konsekuensinya!" ancam Olivia.Kenzo dan Angel saling pandang, mereka hanya tersenyum kecil dan menautkan kecupan sesaat. Tak ada rasa gentar sedikitpun pada keduanya."Aku akui dulu kau memang hebat, tapi sekarang dunia terbalik. Roda hidup berjalan, begitupun dengan hidupmu." ucap Kenzo yang beranjak dari kasur dan mengambil sebuah tas kecil di nakas.Dia melewati Olivia begitu saja, kemudian berdiri kembali di hadapan sang istri dengan arogan."Aku harap kau tidak menemui ajalmu saat membaca ini semua," ucap Kenzo melempar beberapa kertas ke udara dan membuatnya berhamburan.Mata Olivia terbelalak ketik melihat secarik surat yang bertandatangan kan dirinya, dia segera berjongkok dan meraih selembar kertas tersebut.Matanya kian memanas saat membaca barisan huruf, di sana menyatakan bahwa semua harta kekayaannya telah jatuh ke tangan Kenzo, sang suami atas permintaannya sendiri.Bagai petir di siang bolong, Olivia berusaha keluar dari mimpi buruk. Dia melempar lembaran tersebut ke wajah Kenzo.Di tak mudah percaya begitu saja. Bahkan pengacaranya tidak mungkin berkhianat seperti ini padanya.Otaknya mencoba berpikir keras, mengingat kapan terakhir kalinya dia tanda tangan. Namun bukannya malah menemukan jawaban, dia malah mendapati jawaban pada suara pintu yang terbuka di belakangnya."Nyonya Olivia disini?" tanya Anton, pengacara pribadinya.Dengan tubuh kaku yang sulit di gerakkan, Olivia memutar tubuhnya dan menatap ke arah pria paruh baya yang baru saja datang di hadapannya.Dari sorot mata Olivia sudah tergambar jelas, apa pertanyaan yang memenuhi otaknya. Seolah tau apa jawaban yang sudah di tunggu Olivia, sang pengacara segera membuka mulutnya."Saya tidak tau mengapa Nyonya melakukan ini, tapi saya tidak bisa melakukan hal lain. Semua surat dan tanda tangan itu sah secara hukum." ucap Anton dengan pandangan menunduk, terlihat jelas betapa dirinya amat kecewa.Otak Olivia mendadak membeku, dunianya terasa berhenti berputar. Dia tak percaya dengan apa yang dia dengar."Jelaskan padanya bahwa dia sendiri yang memilih untuk tanda tangan!" Kenzo melempar pandangan pada Anton."Kau ingat saat kita memesan tiket liburan Sayang, di saat itulah kau menyerahkan semuanya padaku," ucap Kenzo tersenyum penuh kemenangan melihat kehancuran Olivia."Sudahlah terima nasibmu, kau harus menerima karma atas semua perilaku buruk mu padaku. Jadi tenanglah sahabat baikku, mungkin sudah saatnya kita bertukar posisi." Angel semakin terkekeh.Anton menatap kedua makhluk tidak tau malu itu dengan tatapan sinis, dia melangkah mendekati Olivia dan menuntunnya untuk keluar dari kamar ini. Pasti semua tidak mudah bagi Nyonya mudanya."Aku akan mengurus surat perceraian secepatnya agar kau bisa mencari pria kaya yang akan menerimamu dengan senang hati," kekeh Kenzo mengejek."Dan itu semua kalau ada, melihat sikap sombong dan banyak hati yang terluka akibat lidahmu itu ... sepertinya kehidupanmu akan membutuhkan banyak perjuangan," sahut Angel yang perlahan beranjak dari kasur dan memeluk mesra Kenzo.Mendengar semua ucapan ini marah Anton tak terkendali, dia segera berbalik badan dan menunjuk kedua nya"Aku berjanji, hidup kalian tak akan tenang!" ucap Anton tegas.Olivia hanya terdiam, dia tidak tau apa yang harus dia perbuat.'Apakah aku harus hancur seperti ini, secepat ini?''Tidak, aku tak akan membiarkan mereka hidup dengan hartaku,'Malam itu, Olivia duduk di ruang makan besar rumahnya, ditemani nyala lilin yang menerangi meja dengan cahaya hangat. Suasana di ruangan terasa begitu damai, namun ada sesuatu di matanya yang tampak tidak tenang. Di depannya, Dante sedang menuangkan anggur merah ke dalam gelas mereka berdua, senyumnya hangat seperti biasanya.“Sudah cukup lama sejak terakhir kali kita makan malam bersama,” kata Dante sambil menatap Olivia lembut.Olivia mengangguk, tersenyum kecil. “Ya, aku sibuk dengan Leon, dan kau dengan proyek besar itu.”Dante tertawa kecil. “Tapi malam ini tidak ada pekerjaan, tidak ada gangguan. Hanya kita berdua.”---Makan malam dimulai dengan hidangan pasta dan salad segar. Dante, seperti biasa, mulai bercerita tentang kegiatannya. Namun kali ini, dia lebih banyak membicarakan Leon—tentang betapa lucunya bocah itu saat mencoba berbicara dan berjalan.“Kau tahu,” kata Dante sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, “Leon sepertinya punya bakat untuk jadi pemimpin. Dia punya tata
Nicholas duduk di sebuah kafe kecil di tengah kota pegunungan, menikmati secangkir kopi hitam sambil menatap jendela. Bisnis membawanya ke kota ini, tempat yang tidak pernah ia duga akan memutarbalikkan hidupnya. Dia mencoba menikmati momen tenang setelah serangkaian rapat panjang, tapi pikirannya terus melayang pada masa lalu—terutama pada Olivia.Di sudut lain kafe, seorang anak kecil berlari-lari membawa balon warna-warni, diikuti oleh suara lembut seorang wanita yang memanggilnya. “Leon, hati-hati! Jangan terlalu jauh!”Nicholas mengangkat pandangannya, menatap sekilas ke arah suara itu. Namun yang menarik perhatiannya bukan wanita itu, melainkan anak laki-laki kecil dengan rambut hitam dan mata cokelat pekat—mata yang sangat mirip dengannya.---Leon berlari ke arah meja Nicholas, balonnya tersangkut di kursi. Nicholas tersenyum kecil, membantu melepaskan balon itu."Balonmu hampir hilang, Nak," katanya sambil menyerahkannya kembali.Leon menatap Nicholas dengan mata besar dan po
Di sebuah rumah tersembunyi di pegunungan yang jauh dari hiruk-pikuk kota, Olivia terbaring di ranjang kayu besar dengan wajah yang pucat namun penuh tekad. Hari itu tiba lebih cepat dari yang dia bayangkan. Kontraksi yang semakin kuat membuat tubuhnya lelah, tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal: anak yang sedang dia bawa ke dunia ini.Dante berdiri di luar kamar, gelisah dan cemas. Para tenaga medis yang dia datangkan dari kota terus keluar-masuk ruangan, memberikan laporan bahwa proses persalinan ini memerlukan waktu. Olivia tetap tenang, meski rasa sakit tak pernah berhenti.---Olivia menggenggam erat tepi tempat tidurnya, memejamkan mata untuk menahan nyeri yang datang dalam gelombang. Seorang dokter duduk di sisinya, membimbingnya dengan suara lembut. "Olivia, kau kuat. Tarik napas dalam, lalu dorong. Kau hampir sampai."Air mata membasahi pipinya, tetapi bukan hanya karena rasa sakit. Ada kebahagiaan yang perlahan tumbuh di hatinya. Setiap dorongan membawa dia lebih de
Jeritan kecil keluar dari bibir Olivia saat Angel menarik rambutnya dengan kasar, memaksanya duduk di kursi kayu yang dingin. Ruangan itu gelap dan curam hanya diterangi oleh lampu redup di langit-langit. Di sudut ruangan Max berdiri sampai tersenyum sinis melihat Angel yang tampak menikmati setiap momen."Setelah sekian lama, akhirnya kau ada di tanganku, Olivia. "ujar Angel dengan nada penuh kebencian. "Kau tahu berapa banyak yang telah kau rampas dariku? Aku akan memastikan kau menyesal."Olivia menatap Angel dengan penuh ketakutan, tetapi ia tidak menunjukkan kelemahan. "jika ini yang kau mau, lakukan saja titik tapi aku tidak pernah merebut apapun darimu." katanya dengan suara gemetar tetapi tetap tegas.Angel mendekat , melambaikan tangan untuk menampar Olivia. Tetapi tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat dari luar. Suara berat dari sepatu boot yang memenuhi lorong membuat semua orang terdiam.Max segera memberi isyarat kepada anak buahnya untuk bersiap. "siapapun itu,
Malam itu gelap dan sunyi, hanya suara angin dan desiran dedaunan yang terdengar di tengah hutan lebat. Rumah persembunyian Olivia yang biasanya aman. Kini menjadi target serangan berbahaya. Max dan Angel memimpin kelompok kecil bersenjata yang bergerak perlahan melalui bayangan pohon, memanfaatkan setiap celah dalam penjagaan ketat."Pastikan kalian tidak membuat suara, "bisik Max pada anak buahnya dia tahu bahwa satu langkah salah akan membawa kehancuran. Angel, di sisinya menatap rumah yang sama terlihat di kejauhan dengan mata penuh kebencian.Olivia sedang membaca buku di ruang tamu sambil meminum teh hangat. Perutnya yang semakin membesar membuatnya cepat lelah, tetapi ia berusaha tetap tenang. Dante telah memastikan semuanya aman, namun rasa cemas tetap menghantui hatinya.Tiba-tiba, seorang penjaga masuk ke ruangan dengan wajah tegang "Nona Olivia, kami mendeteksi gerakan mencurigakan di perimeter luar. Harap anda tetap di dalam."Jantung Olivia berdegup kencang. Dia tahu apa
Pagi itu, ruang rapat di salah satu gedung pencakar langit kota dipenuhi aura tegang. Nicholas Ganesha, CEO sekaligus mantan pemimpin dunia hitam, duduk di ujung meja panjang dengan sikap tenang namun berwibawa. Setelan jas hitamnya yang sempurna mempertegas wibawa yang memancar darinya. Tidak ada tanda-tanda pria yang mabuk dan meratapi masa lalu di bar beberapa malam lalu. Dante, yang juga hadir dalam rapat tersebut, memperhatikan perubahan total pada Nicholas. Di hadapannya kini berdiri sosok pria yang dingin dan tak tersentuh, jauh dari pria emosional yang ia temui di bar. "Jadi, Nicholas," kata salah satu peserta rapat, mencoba memulai diskusi, "bagaimana pendapat Anda tentang akuisisi ini?" Nicholas menganggukkan kepala dengan tenang, mengambil beberapa dokumen di hadapannya. Dengan nada datar namun tegas, ia berkata, "Angka-angka ini tidak sesuai dengan target kami. Jika kalian tidak bisa menyesuaikan margin keuntungan menjadi minimal 30 persen, maka kerja sama ini tidak a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments