Share

Bomerang

Penulis: Mom Aish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-09 18:43:05

Olivia duduk di tepi ranjang king size empuk. Saat ini dia berada di salah satu kamar hotel megah bintang lima. Jantungnya berdegup kencang.

Meskipun sudah pernah melakukanya, tetap saja dia belum siap melakukannya lagi. Apalagi dia adalah orang baru yang baru saja dia temui tadi.

"Ayolah Olivia, semua akan baik-baik saja. Kau hanya perlu mengerang dan berbaring." Olivia terus menyemangati dirinya sendiri.

Telapak tangannya basah karena cemas. Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Hanya menunggu beberapa detik lagi pasti pria itu akan datang.

Terdengar suara langkah kaki dari luar. Perlahan pintu terbuka, seorang pria yang dia temui tadi datang dalam kondisi mabuk.

Olivia masih terpaku, otaknya tidak bisa berpikir tentang apa yang harus di lakukan saat ini. Nich melangkah mendekat dan tersenyum remeh.

"Awas saja kau Chelsea, aku tidak akan pernah melepaskanmu bila wanita tidak bisa bermain di ranjang," ucap Nich duduk di sofa tepat berhadapan dengan Olivia.

"Apakah Chelsea tidak menjelaskan semuanya padamu?" Nich menatap tajam Olivia.

"Su-dah Tuan." Olivia masih menundukkan kepala dan mencengkram selimut putih bersih di sampingnya.

Nich bangkit dari sofa dan melangkah mendekat. Pria itu mengangkat wajah cantik di hadapannya. Sedetik mata tajam itu membantu. Mata di hadapannya begitu indah dan teduh.

Berbeda dengan beberapa pasang mata yang pernah dia lihat sebelumnya. Begitu menenangkan. Wajah pria itu mulai memerah dan reflek membuang wajahnya.

"Kau bisa keluar. Aku sedang tidak menginginkannya malam ini," ucap Nich lirih.

Mendengar ini Olivia segera bangkit dari kasur dan segera bergegas pergi. Namun sebuah ingatan membuat dia menghentikan langkahnya.

Wanita itu terdiam di depan pintu dan membalik badan. Dirinya tidak bisa mundur sekarang. Sudah terlanjur basah, tidak ada jalan lain.

'Jangan pernah menolaknya, kalau kau tidak mendapatkannya malam ini. Kau akan kehilangan kesempatan selamanya!' ucapan Chelsea terngiang di telinganya.

Dengan menahan rasa takut. Dia melangkah mendekati Nich dan memeluknya dari belakang. Sebisa mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya.

"Pergilah, aku tidak bisa melakukan sekarang." Nich mengulang perkataannya.

"Aku bisa membuatmu melakukannya malam ini," ucap Olivia berbisik.

Wanita itu menutup matanya, dia membayangkan bagaimana sang suami berkhianat bersama sahabatnya. Kalau suaminya bisa melakukan hal ini, kenapa tidak padanya?

Mendengar ucapan Olivia, Nich memutar badan. Dia mendekap pinggang ramping Olivia. Dua pasang mata saling bertatapan.

"Katakan sekali lagi, aku sangat menyukainya." Nich menekan pinggul Olivia agar lebih menempel.

"Aku akan membuatmu menari di atas ranjang malam ini. Membawamu terbang dan menikmati indahnya langit malam," ucap Olivia mengalungkan dua tangan di bahu Nich.

Nich menyambar bibir tipis merona di hadapannya. Tangannya sedikit mengangkat tubuh mungil di depannya dan melangkah sedikit demi sedikit menuju kasur.

Pria dewasa ini sudah tidak bisa menahan pesona Olivia. Dia menghempaskan tubuh wanita itu di atas kasur dan perlahan melepaskan satu persatu lain yang membalut tubuhnya.

'Kalau kau bisa melakukannya, aku juga bisa Kenzo. Jangan pikir aku hanya bisa menerima semua perbuatanmu tanpa membalas,'

Tubuh polos Nich sudah terpampang nyata di hadapan Olivia. Perlahan wanita itu menutup mata dan mulai pasrah dengan apa yang terjadi di menit berikutnya.

Nich mulai menghujaninya dengan kecupan brutal. Lenguhan mulai terdengar dari bibir pria yang terbingkai kumis tipis tersebut.

Perlahan Olivia juga larut akan kehangatan malam ini. Sebuah kehangatan yang tidak pernah di berikan Kenzo tiga bulan terakhir dia lupakan malam ini.

****

"Apakah semua aman?" ucap Fika khawatir melihat suaminya cemas.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Nona mudanya belum pulang. Sejuta pemikiran burik terlintas di kepala pria berumur empat puluh tahun itu.

Dia sudah menganggap Nonanya seperti adiknya sendiri. Dirinya tidak bisa tetap diam bila terjadi sesuatu pada sang Nona.

Tidak bisa menahan semua kecemasan ini, Anton segera menyambar kunci mobil dan melangkah keluar. Namun langkahnya terhenti saat membiak pintu rumah.

"Nona Olivia?" mata Anton dan Fika membulat sempurna.

Sepertinya kekhawatiran tidak sepenuhnya salah. Penampilan Olivia saat ini tidak baik-baik saja. make up yang menghiasi wajah cantik itu sudah acak-acakan. Tidak hanya itu, rambut panjang yang tertata rapi sebelum berangkat, sekarang sudah seperti desa yang baru saja terkena angin topan.

"Nona, kau baik-baik saja?" tanya Fika segera memeluk Olivia dan menuntunnya ke dalam.

Olivia duduk di sofa. Matanya masih menatap kosong ke depan. Fika dan Anton semakin khawatir melihat keadaannya.

"Bagaiman kalau istirahat dulu, saya antar ke kamar yuk!" ucap Fika menuntun wanita yang batu saja pulang itu.

Fika membuka pintu kamar dan menuntun Olivia duduk di ranjang. Wanita itu masuk ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat. Saat dia kembali, Olivia berhamburan memeluknya.

"Kenapa sakit sekali Tante, kenapa Kenzo bisa melakukannya dengan mudah sementara aku tidak," pecah tangis Olivia.

"Tenanglah Nona, semua akan baik-baik saja. Setelah rencana balas dendam ini kau bisa pergi dan tidak melayaninya lagi. Anton akan mengurus semuanya." Fika melepaskan pelukan dan menatap lembut.

"Kau bisa bersih-bersih dan istirahat. Anton akan meminta cuti untukmu nanti,"

Fika menepuk pundak Olivia dan melangkah pergi. Sedang Olivia perlahan mengayunkan langkah menuju kamar mandi.

Dia memutar kran. Air hangat keluar dan menghujani tubuh wanita tersebut. Olivia duduk di bawah shower dan membiarkan tetesan air itu membasuh tubuh yang lengket karena bekas keringat.

Ingatannya kembali saat dimana dirinya menyatu dengan pria yang bahkan dia tidak kenal sebelumnya. Sekarang dia dan Kenzo sama-sama bejatnya.

Sementara itu di tempat berbeda, tepat di hotel bintang lima. Seorang pria baru saja sadar dari tidurnya. Dia memijat keningnya, kepalanya terasa berat.

Pria itu bangun dari kasur dan melihat seluruh ruangan. Semuanya berserakan tidak pada tempatnya, seperti telah terjadi peperangan besar.

'Gadis itu!?'

Nich segera meraih ponsel dan menghubungi salah satu bodyguardnya. Taj selang beberapa lama seorang dengan jas formal datang.

"Dimana jalang itu?"

"Dia sudah keluar satu jam yang lalu Tuan?"

"Berani-beraninya dia meninggalkanku seperti ini,"

"Apakah anda ingin saya menjemput dan membawanya kemari Tuan?"

"Tidak perlu, suruh dia datang lebih awal besok. Ada hadia yang tertinggal," ucap Nich tersenyum penuh arti.

"Baik Tuan,"

Bodyguard tersebut keluar dari kamar. Nich meraih botol anggur merah dan menyesapnya.

'Aku tidak akan membiarkan hidupmu bahagia, Olivia.'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   TAMAT

    Malam itu, Olivia duduk di ruang makan besar rumahnya, ditemani nyala lilin yang menerangi meja dengan cahaya hangat. Suasana di ruangan terasa begitu damai, namun ada sesuatu di matanya yang tampak tidak tenang. Di depannya, Dante sedang menuangkan anggur merah ke dalam gelas mereka berdua, senyumnya hangat seperti biasanya.“Sudah cukup lama sejak terakhir kali kita makan malam bersama,” kata Dante sambil menatap Olivia lembut.Olivia mengangguk, tersenyum kecil. “Ya, aku sibuk dengan Leon, dan kau dengan proyek besar itu.”Dante tertawa kecil. “Tapi malam ini tidak ada pekerjaan, tidak ada gangguan. Hanya kita berdua.”---Makan malam dimulai dengan hidangan pasta dan salad segar. Dante, seperti biasa, mulai bercerita tentang kegiatannya. Namun kali ini, dia lebih banyak membicarakan Leon—tentang betapa lucunya bocah itu saat mencoba berbicara dan berjalan.“Kau tahu,” kata Dante sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, “Leon sepertinya punya bakat untuk jadi pemimpin. Dia punya tata

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Merahasiakan identitas

    Nicholas duduk di sebuah kafe kecil di tengah kota pegunungan, menikmati secangkir kopi hitam sambil menatap jendela. Bisnis membawanya ke kota ini, tempat yang tidak pernah ia duga akan memutarbalikkan hidupnya. Dia mencoba menikmati momen tenang setelah serangkaian rapat panjang, tapi pikirannya terus melayang pada masa lalu—terutama pada Olivia.Di sudut lain kafe, seorang anak kecil berlari-lari membawa balon warna-warni, diikuti oleh suara lembut seorang wanita yang memanggilnya. “Leon, hati-hati! Jangan terlalu jauh!”Nicholas mengangkat pandangannya, menatap sekilas ke arah suara itu. Namun yang menarik perhatiannya bukan wanita itu, melainkan anak laki-laki kecil dengan rambut hitam dan mata cokelat pekat—mata yang sangat mirip dengannya.---Leon berlari ke arah meja Nicholas, balonnya tersangkut di kursi. Nicholas tersenyum kecil, membantu melepaskan balon itu."Balonmu hampir hilang, Nak," katanya sambil menyerahkannya kembali.Leon menatap Nicholas dengan mata besar dan po

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Kehidupan baru

    Di sebuah rumah tersembunyi di pegunungan yang jauh dari hiruk-pikuk kota, Olivia terbaring di ranjang kayu besar dengan wajah yang pucat namun penuh tekad. Hari itu tiba lebih cepat dari yang dia bayangkan. Kontraksi yang semakin kuat membuat tubuhnya lelah, tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal: anak yang sedang dia bawa ke dunia ini.Dante berdiri di luar kamar, gelisah dan cemas. Para tenaga medis yang dia datangkan dari kota terus keluar-masuk ruangan, memberikan laporan bahwa proses persalinan ini memerlukan waktu. Olivia tetap tenang, meski rasa sakit tak pernah berhenti.---Olivia menggenggam erat tepi tempat tidurnya, memejamkan mata untuk menahan nyeri yang datang dalam gelombang. Seorang dokter duduk di sisinya, membimbingnya dengan suara lembut. "Olivia, kau kuat. Tarik napas dalam, lalu dorong. Kau hampir sampai."Air mata membasahi pipinya, tetapi bukan hanya karena rasa sakit. Ada kebahagiaan yang perlahan tumbuh di hatinya. Setiap dorongan membawa dia lebih de

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Malam mencekam

    Jeritan kecil keluar dari bibir Olivia saat Angel menarik rambutnya dengan kasar, memaksanya duduk di kursi kayu yang dingin. Ruangan itu gelap dan curam hanya diterangi oleh lampu redup di langit-langit. Di sudut ruangan Max berdiri sampai tersenyum sinis melihat Angel yang tampak menikmati setiap momen."Setelah sekian lama, akhirnya kau ada di tanganku, Olivia. "ujar Angel dengan nada penuh kebencian. "Kau tahu berapa banyak yang telah kau rampas dariku? Aku akan memastikan kau menyesal."Olivia menatap Angel dengan penuh ketakutan, tetapi ia tidak menunjukkan kelemahan. "jika ini yang kau mau, lakukan saja titik tapi aku tidak pernah merebut apapun darimu." katanya dengan suara gemetar tetapi tetap tegas.Angel mendekat , melambaikan tangan untuk menampar Olivia. Tetapi tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat dari luar. Suara berat dari sepatu boot yang memenuhi lorong membuat semua orang terdiam.Max segera memberi isyarat kepada anak buahnya untuk bersiap. "siapapun itu,

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Situasi mencekam

    Malam itu gelap dan sunyi, hanya suara angin dan desiran dedaunan yang terdengar di tengah hutan lebat. Rumah persembunyian Olivia yang biasanya aman. Kini menjadi target serangan berbahaya. Max dan Angel memimpin kelompok kecil bersenjata yang bergerak perlahan melalui bayangan pohon, memanfaatkan setiap celah dalam penjagaan ketat."Pastikan kalian tidak membuat suara, "bisik Max pada anak buahnya dia tahu bahwa satu langkah salah akan membawa kehancuran. Angel, di sisinya menatap rumah yang sama terlihat di kejauhan dengan mata penuh kebencian.Olivia sedang membaca buku di ruang tamu sambil meminum teh hangat. Perutnya yang semakin membesar membuatnya cepat lelah, tetapi ia berusaha tetap tenang. Dante telah memastikan semuanya aman, namun rasa cemas tetap menghantui hatinya.Tiba-tiba, seorang penjaga masuk ke ruangan dengan wajah tegang "Nona Olivia, kami mendeteksi gerakan mencurigakan di perimeter luar. Harap anda tetap di dalam."Jantung Olivia berdegup kencang. Dia tahu apa

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Menyerang

    Pagi itu, ruang rapat di salah satu gedung pencakar langit kota dipenuhi aura tegang. Nicholas Ganesha, CEO sekaligus mantan pemimpin dunia hitam, duduk di ujung meja panjang dengan sikap tenang namun berwibawa. Setelan jas hitamnya yang sempurna mempertegas wibawa yang memancar darinya. Tidak ada tanda-tanda pria yang mabuk dan meratapi masa lalu di bar beberapa malam lalu. Dante, yang juga hadir dalam rapat tersebut, memperhatikan perubahan total pada Nicholas. Di hadapannya kini berdiri sosok pria yang dingin dan tak tersentuh, jauh dari pria emosional yang ia temui di bar. "Jadi, Nicholas," kata salah satu peserta rapat, mencoba memulai diskusi, "bagaimana pendapat Anda tentang akuisisi ini?" Nicholas menganggukkan kepala dengan tenang, mengambil beberapa dokumen di hadapannya. Dengan nada datar namun tegas, ia berkata, "Angka-angka ini tidak sesuai dengan target kami. Jika kalian tidak bisa menyesuaikan margin keuntungan menjadi minimal 30 persen, maka kerja sama ini tidak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status