"Ada apa ini!" teriak Bara yang baru saja keluar dari kamar berserta istri barunya."Mas, mereka siapa?" Keysa nampak kebingungan dengan kehadiran orang-orang asing di rumahnya. "Ma, Bara, mereka semua orang yang sama yang datang ke rumah ku dan mengambil semuanya. Mereka semua adalah orang-orang suruhan El," celetuk Tamara yang juga baru keluar dari kamarnya dan melihat orang-orang yang sama yang beberapa waktu lalu mendatangi rumah yang ia diami bersama dengan suaminya."Jadi, kalian ini orang-orang suruhan Ellena?" "Mas, ini nggak bisa kita biarkan. Ellena sudah keterlaluan sekali!" geram Keysa namun tidak di depan orangnya.Bara dan keluarganya tidak bisa mempertahankan apa yang mereka klaim adalah harta mereka karena yang sebenarnya adalah semuanya itu milik Ellena jauh sebelum mengenal Bara juga keluarganya.Kini mobil milik Ellena yang dipakai oleh Bara telah kembali pada pemiliknya yang asli.*"Bara kamu mau kemana pagi-pagi gini?" sapa Tamara pada adiknya."Aku mau ada uru
Bara segera pulang setelah mendapatkan kabar dari ibunya tentang kondisi yang dialami oleh istrinya.Widya berinisiatif untuk membawa menantunya itu pergi ke puskesmas terdekat. Sengaja mereka tidak membawa Keysa ke rumah sakit atau klinik karena keterbatasan biaya. Setelah Bara sampai di puskesmas yang di maksud oleh ibunya, Widya lantas menceriakan semuanya ada putranya."Bagaimana keadaan Keysa, Ma?" Bara yang langsung pergi ke kamar rawat istrinya karena mengkhawatirkan kondisi perempuannya tersebut."Istri kamu hamil, Bara." Raut bahagia menyelimuti keluarga tersebut."Akhirnya kamu akan jadi seorang ayah dan benar dugaan mama kalau si El itu memang mandul. Buktinya kamu baru menikah dengan Keysa. Keysa sudah isi saja."Keysa tersenyum kecut. Tanpa sepengetahuan ibu mertua dan juga suaminya. Diam-diam Keysa sengaja mengganti obat Ellena untuk penyubur kandungan dengan obat lain yang menyebabkan Ellena sulit untuk hamil."Benar juga ucapan mama." "Tapi, seandainya kamu punya an
"Bagaimana semuanya? Sudah beres pekerjaan kalian?" Ellena sedang menghubungi seseorang."Semua sudah beres, Nona. Mereka semua sudah keluar dari rumah itu.""Oke, setelah ini kalian cek. Aku akan melunasi upah kalian." El segera mengakhiri percakapannya.'Syukurlah semuanya sudah beres. Tapi kenapa aku merasa belum puas?' ucap El bermonolog.Tidak berselang lama. Ponsel milik El kembali berdering. El segera mengecek panggilan yang baru masuk tersebut."Ada kabar apa?" tanya El tanpa basa-basi karena mengetahui siapa orang yang sedang menghubunginya tersebut."Maaf, Nona ternyata rumah tersebut sudah berpindah tangan.""Apa? Jadi rumah tersebut bukan milik atas nama Bara atau Keysa?""Benar Nona. Ternyata rumah tersebut juga baru pindah kepemilikan.""Baiklah. Terimakasih atas informasinya."El dibuat kecewa dengan kabar yang baru saja ia dengar dari informannya.'Kurang ajar. Aku sudah kalah satu langkah dari mereka,' geram Ellena.El merasa gerakannya tidak secepat dulu karena masih
Perasaan El lebih lega karena di belakang mobil yang ia kemudikan ada mobil Abi yang membuntutinya. Sementara Bara yang berusaha untuk mengintainya sengaja dilecehkan oleh anak buah Abimanyu.Klakson mobil Abimanyu terdengar di kala mobil yang dikendarai oleh El telah masuk ke dalam halaman rumahnya. Pak Tarjo mengangguk ke arah pria tersebut sebagai balasannya."Non El tumben pulang telat." Bi Ira yang tidak lain adalah asisten rumah tangga di rumah tersebut segera menghampiri majikannya yang baru saja masuk ke dalam rumah. Perempuan paruh baya itu mengikuti majikannya yang berjalan ke arah kamarnya."Iya, Bi, maaf. Saya tadi lupa kasih kabar. Pasti bibi juga sudah menyiapkan makanan untuk El. Tadi ada sedikit masalah di jalan. Tadi ada yang membuntuti El, jadi El mencoba mengalihkan penguntit itu." El menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya itu."Tapi, Non El tidak apa-apa?" Bi Ira terlihat mengkhawatirkan kondisi dari majikannya.El menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke ar
Bara berkali-kali menghempaskan tangannya ke atas roda kemudi kendaraan miliknya. Pria tersebut nampak emosi bagaimana tidak salah satu sahabat baiknya terang-terangan mengatakan pada dirinya jika ia tidak sanggup untuk membantu Bara."Maaf, Bar. Tapi aku sangki karena rekam jejakmu di tempat sebelumnya sudah menjadi rahasia umum.""Maaf, Bar, Aku sibuk lain waktu saja kamu menghubungi aku.""Lagi kosong, Bar. Nggak ada posisi kosong di tempatku."Bara kesal karena harapannya untuk bisa kembali bekerja telah pupus."Dasar kacang lupa kulitnya! Kalian melupakan aku ketika kondisiku seperti saat ini!" Bara merutuki teman-temannya yang tidak bisa membantunya.Bara merasa emosi karena dirinya sudah tidak lagi dihargai oleh kawan-kawannya setelah apa yang sudah terjadi dan menimpa dirinya."Ini semua karena El. Pasti dia yang sudah menyebarkan keburukanku sehingga aku dibuat sulit untuk bisa mendapatkan pekerjaan." Bara kembali menyalahkan El atas kesalahan yang sudah ia perbuat sendiri."
Bara buru-buru pulang ke rumahnya usai mendapatkan kabar tentang ibunya dari sang istri.[Mas, kamu ada di mana?][Buruan kamu pulang, Mas. Kondisi mama lagi gawat. Aku nggak bisa berbuat banyak.]Bara segera memutar arah kendaraannya dan segera melaju ke arah jalan pulang ke rumahnya.Isi kepala Bara dipenuhi berbagai macam pertanyaan. Bagaimana mungkin kondisi ibunya tiba-tiba drop. Apa ada hubungannya dengan pagi saat dirinya membangunkan sang ibu tetapi tidak mendapatkan respon.Bara memacu kendaraan mobilnya dengan kecepatan penuh. Pria tersebut hampir saja membuat celaka pengguna jalan yang lain."Kalian punya mata nggak sih!" umpat Bara karena mobilnya hampir saja menyerempet gerobak bakso kaki lima."Baru punya mobil sudah sombong. Situ yang nggak punya mata. Ini jalan umum bukan jalan nenek moyang kamu. Seenaknya saja ugal-ugalan di tempat umum!" penjual bakso yang dikata-katain oleh Bara balik membalas.Bara yang sudah diliputi oleh amarah segera turun dari mobilnya. Tidak b
"Mas kamu masih ada uang?" tanya Keysa pada suaminya. Perempuan yang sudah hampir dua bulan berhasil menggantikan posisi Ellena dalam statusnya bersama dengan Bara. Keysa menghampiri sang suami yang nampak sedang memikirkan sesuatu entah apa yang dirinya juga tidak tahu yang ada dalam isi kepala pria tersebut.Bara menoleh ke arah Keysa. "Aku masih ada simpanan tetapi tidak banyak."Mendengar jawaban yang keluar dari mulut suaminya itu. Keysa menghembuskan napasnya berat seolah ada kekecewaan dan rasa yang entah untuk dirasakan oleh hatinya. "Bagaimana dengan biaya perawatan mama, Mas? Sedangkan mama sudah hampir satu Minggu dirawat di rumah sakit dan kita mengambil kelas yang VIP yang tentu saja biaya nya sangat berbeda dengan kelas biasa." Keysa mengutarakan isi hatinya."Entah lah, Key. Aku sendiri juga sudah pusing. Aku sudah ngelamar kerja ke sana kemari tapi tidak ada yang mau menerimaku atas rekam jejak ku di tempat yang sebelumnya.""Aku juga sudah menduganya. El tidak akan mu
Seperti hari-hari sebelumnya, rutinitas Bara disibukkan dengan mengantarkan paket-paket milik para konsumen yang lebih memilih untuk berbelanja secara online. Laki-laki tersebut sudah terbiasa untuk bangun lebih awal dari pada kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Bahkan sering dan semenjak sang istri sering mengeluh kepadanya karena beratnya pekerjaan rumah yang harus dikerjakan perempuan bergelar istrinya itu.Usai membatu sang istri merapikan rumah serta mencuci pakaian kotor penghuni rumah tersebut sebuah pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah ia sentuh seumur hidupnya. Bara bersiap untuk pergi mengais rezeki demi menghidupi istri, ibu , serta calon buah hati yang masih berada dalam kandungan sang istri.Sementara Bara bersiap untuk pergi bekerja. Sang istri, Keysa sibuk berkutat dengan pekerjaan dapur. Meskipun bantuan sudah turun dari tangan suaminya tidak lantas Keysa bisa menerima keadaan mereka saat ini dengan begitu saja terlebih setelah ia kepo dengan dunia yang saat ini dij