Share

Bab 2 Mencurigakan

"Maaf, Nyonya. Tadi, saya dan Tuan ...."

"Kita lagi kerja sama, eh, maksudnya kita bekerja sama untuk merapikan dapur, iya gitu, Sayang."

Terlihat sekali ada kebohongan dalam wajah Mas Rama. Merapikan dapur malam-malam begini? Mencurigakan.

Langsung saja aku pergi meninggalkan kedua orang tersebut. Mas Rama adalah pria yang tidak pintar menyembunyikan kebohongan. Aku tahu jika dia sedang berbohong saat ini. Dan aku, aku juga tidak bisa menyembunyikan rasa kecewaku. Makanya, buru-buru aku pergi sebelum amarahku meledak-ledak di depan mereka. Apalagi, aku yang saat ini sedang mengendong putraku.

"Apa kataku, jangan meminta bantuanku jika sedang ada Melodi. Lihat, sekarang dia jadi marah kan?"

Mas Rama menggerutu memarahi Bi Mina, setelah aku keluar dari dapur. Namun, ucapan Mas Rama masih bisa aku dengar, karena aku melipir bersembunyi di balik tembok.

"Tadikan—"

"Sudah, jangan membantah! Ingat, kalau mau tinggal bersamaku, jangan bikin masalah," ucap Mas Rama lagi membuat pikiranku semakin berkelana.

Tidak ada lagi pembelaan dari Mina, begitu juga Mas Rama yang tak lagi mengeluarkan suaranya. Buru-buru aku pergi sebelum Mas Rama mempergokiku yang sedang menguping pembicaraan mereka.

Sampai di dalam kamar, aku simpan bayiku di ranjangnya. Aku naik ke atas kasurku dengan hati yang kesal.

Mana bisa Mas Rama melakukan itu padaku. Si Mina pembantu baru itu juga ngapain mau-maunya naik ke pundak Tuannya. Tidak sopan.

"Sayang, kamu marah, ya sama Mas?" Mas Rama datang dan duduk di sampingku.

"Menurutmu, aku harus tertawa melihat suamiku dengan wanita lain?"

"Sayang, Sayang. Hey, sini lihat, Mas." Mas Rama menggeser tubuhnya hingga berhadapan denganku. Mengambil tanganku lalu digenggamnya.

"Sayang, tadi aku hanya membantu Bi Mina memasang lampu dapur yang tiba-tiba padam. Karena tidak ada tangga, makanya Mas menyuruh Bi Mina yang badannya kecil, untuk naik ke pundak, Mas. Masa iya, sama Mina aja kamu cemburu, sih?"

"Coba kamu bandingkan sendiri, antara kamu dan Bi Mina. Apa pantas untuk kamu cemburui?" ujar Mas Rama lagi. Jarinya menyelipkan anak rambut yang menghalangi sebagian wajahku.

Jika dipikir ke sana, memang benar apa yang dikatakan Mas Rama. Bukannya aku menghina fisik orang lain, tapi emang kenyataannya Bi Mina tidak lebih cantik dariku.

Jika dilihat dari belakang, mungkin tidak akan ada yang menyangka jika wanita itu berusia di atas dua puluh tahunan. Fisiknya yang kecil dan mungil, membuat dia seperti anak kelas lima sekolah dasar. Tingginya pun, mungkin hanya sebatas pinggang Mas Rama.

Hal itu juga yang membuatku ragu dengan kinerja dia di sini. Namun, Mas Rama kekeh dan yakin, jika Bi Mina bisa membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.

"Mana mungkin aku tertarik pada manusia kurc**i seperti itu." Mas Rama kembali berucap karena aku yang masih diam tanpa merespon kata-katanya.

"Sudahlah, Mas. Aku lelah, aku mau tidur. Biar nanti bisa begadang jika Raka, tiba-tiba bangun dan minta ASI." Aku membaringkan tubuhku membelakangi Mas Rama. Menarik selimut menutupi sebagian tubuhku.

Mungkin yang dikatakan Mas Rama memang benar adanya. Dia hanya membantu Bi Mina saja tadi. Tapi kenapa juga caranya harus seperti itu?

Eh, tapi tadi kan Mas Rama sempat bilang, jika Bi Mina jangan membuat masalah, jika ingin tinggal bersama Mas Rama. Apa memang sebelumnya mereka sudah saling kenal?

Bisa jadi, wanita itu memang sengaja dibawa suamiku untuk menjadi pelampiasan dia selama aku nifas.

Astaga, benar-benar keterlaluan Mas Rama, jika dia memang menghadirkan wanita lain hanya untuk pelampiasan keinginannya.

Kucing jika sudah kelewat lapar, disodori ekor cicak pun pasti akan dimakan.

Tidak bisa dibiarkan. Aku harus kembali menanyakan itu pada Mas Rama.

"Loh, kok Mas Rama gak ada?"

Baru saja aku merem sebentar, Mas Rama sudah tidak ada ditempatnya tadi. Saat aku bangun, Mas Rama sudah tidak di sampingku lagi.

Apa tadi aku tidur, sampai-sampai Mas Rama pergi pun aku tidak tahu?

Namun, ke mana perginya Mas Rama? Aku harus mencarinya.

Aku turun dari tempat tidur. Membuka pintu dan keluar dari kamar. Semua ruangan sudah gelap, hanya kamarku dan teras rumah yang lampunya masih menyala.

Dari ruang tv aku melihat ada bayangan orang yang berjalan ke arah dapur. Aku mengikuti bayangan itu, dan memastikan jika itu memang benar bayangan suamiku. Dan ... itu memang Mas Rama suamiku.

"Dasar kucing garong, katanya tidak tertarik, tapi ternyata dilirik juga," gumamku sembari masih memperhatikan Mas Rama dari kejauhan.

Tidak salah lagi, jika dia pergi ke dapur, pasti selanjutnya Mas Rama akan pergi ke kamar Bi Mina yang memang berada tidak jauh dari sana.

Aku berjalan semakin mendekat, dan bersembunyi dibalik lemari kaca yang berisikan perabotan koleksiku. Dari sini aku bisa melihat keberadaan suamiku yang sedang mengambil air minum.

Mataku menyipit melihat Mas Rama yang memasukkan serbuk ke dalam gelas berisikan air minum. Hatiku bertanya-tanya, dengan apa yang sekiranya Mas Rama minum itu.

Jangan-jangan itu?

Dadaku semakin bertalu-talu saat Mas Rama berjalan semakin ke belakang dan berhenti di depan kamar Bi Mina.

Kurang ajar kamu, Mas!

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status