Share

Bab 54. Satu Nama

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-15 19:05:15

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pelan namun tegas terdengar di depan pintu kontrakan yang sebulan lalu Samuel mengantar Arsila pulang.

Hari ini, Samuel berdiri di depan pintu dengan nafas sedikit memburu. Di tangannya tergenggam map cokelat berisi dokumen-dokumen penting—bukti nyata perjuangannya selama sebulan terakhir.

Setelah pertemuan terakhir dengan Arsila, hatinya tak pernah tenang. Dia sibuk mengumpulkan data, menyusun strategi, dan kini, ia datang... dengan satu tujuan: membantu Arsila merebut kembali yang menjadi haknya.

“Arsila...” panggil Samuel pelan.

Namun tak ada jawaban.

Beberapa kali Samuel memanggil Arsila, tetap tidak ada jawaban. Kontrakan itu sepertinya terlalu hening.

"Arsila, kamu di dalam?"

Yang menjawab justru seorang ibu-ibu paruh baya yang keluar dari pintu sebelah, membawa sapu lidi di tangannya. Perempuan itu menatap Samuel dari atas hingga bawah, penuh curiga.

“Cari siapa, Mas?” tanyanya heran.

“Saya cari Arsila, Bu.” jawab Samuel sambil mendekat sopan.

"Arsil
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 60. Ancaman untuk Samuel

    “Samuel, kau sudah parah sepertinya,” gumam Sassy sambil menempelkan tangannya di kening Samuel, seolah dia mengatakan kalau Samuel sedang sakit.“Aku gak gila, Sassy. Arsila memang keluarga Jusman, dia adalah pewaris sah dan satu-satunya Jusman Group. Hanya saja sekarang, sedang ada sedikit masalah di Jusman Group,” jawab Samuel santai.“Kau bahkan tahu semua itu?” tanya Sassy lagi.“Iya.”Suasana ruang makan keluarga Nugraha berubah seketika. Lampu gantung yang sebelumnya menyinari meja makan dengan hangat, kini terasa seperti sorotan tajam yang menyilaukan. Diam membekukan udara. Ketegangan menggantikan keakraban. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar, berdetak seperti penanda waktu yang akan segera memecah segalanya.“Apa?! Dia dari keluarga Jusman?” Mutia menatap Samuel, wajahnya menyiratkan keterkejutan dan penolakan dalam satu waktu. Beberapa detik dia hanya terdiam, seolah pikirannya sedang menafsirkan kembali kata-kata anaknya yang baru saja diucapkan.“Iya, Mom.”Deni

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 59. Samuel Berterus Terang

    “Samuel, keluarga Diva ingin kita mengadakan pertemuan keluarga segera,” ujar Mutia membuka pembicaraan malam itu.“Untuk apa?” tanya Samuel cuek.“Untuk apa lagi? Ya tentunya untuk membahas rencana pernikahan kamu dengan Diva lah!” jawab Mutia tegas.Malam itu, ruang makan keluarga Nugraha terasa lebih panas daripada biasanya. Padahal, lampu kristal gantung masih memancarkan cahaya keemasan yang lembut, dan AC menyala seperti biasa. Tapi bukan suhu ruangan yang membuat semua terasa menyesakkan—melainkan suasana yang mendadak tegang setelah Mutia mengutarakan tujuan mereka berkumpul mala mini."Aku gak mau dijodohkan, Mom. Aku bukan anak kecil!" seru Samuel, suaranya keras, namun tetap menahan diri agar tidak terlalu membentak.“Kenapa sih selalu saja sibuk untuk urusan pernikahan. Bisa gak biarkan aku menentukan jalan hidupku sendiri, Mom? Menikah bukan hanya menyatukan lelaki dan perempuan, tapi perasaan. Aku hanya ingin menikah tanpa adanya perpisahan lagi,” sambung Samuel dengan te

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 58. Tidak Pernah Berhenti

    “Leo, ke ruangan saya,” panggil Samuel melalui intercom kepada sang sekretaris.“Siap, pak.”Langit mendung sore itu seakan mencerminkan kegelisahan dalam hati Samuel. Duduk di kursi kerjanya yang megah, dia menatap kosong ke arah jendela kaca yang menampilkan pemandangan kota. Namun, yang dia lihat bukan gedung-gedung tinggi atau mobil-mobil lalu lalang, melainkan bayangan wajah seseorang yang sejak enam bulan lalu menghilang tanpa jejak—Arsila.Pintu diketuk dua kali, lalu terbuka. Leo masuk dengan raut serius.“Ada apa, Pak?” tanya Leo sedikit bingung, karena saat ini jam kerja sudah berakhir. Biasanya Samuel tidak pernah memanggilnya diluar jam kerja.“Leo, apa masih belum ada kabar dari orang-orang yang kamu utus itu? Bagaimana perkembangan pencarian mereka, sudah sampai mana?” tanya Samuel, matanya langsung menatap pria itu dalam-dalam.Bukan soal bisnis yang ingin dibahas kali ini, melainkan pencarian yang diam-diam telah menjadi obsesi. Pencarian seorang wanita yang pernah—dan

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 57. Jujur

    Arsila duduk di pinggir tempat tidur, memandangi Juang yang sedang terlelap di bantal kecilnya. Bayi mungil itu baru berusia beberapa minggu, tapi dunia seolah telah berubah total sejak kehadirannya. Tangis kecilnya, tawa dalam tidurnya, dan genggaman jemari mungilnya membuat semua luka dalam hati Arsila terasa lebih ringan—walau belum benar-benar sembuh.“Jagoannya Mama, kamu sangat mirip dengannya,” bisik Arsila tersenyum menatap sang anak.Di sudut ruangan, Bu Liana menyetrika baju-baju bayi sambil bersenandung pelan. Malam sudah larut, tapi bagi wanita paruh baya itu, lelah tidak pernah menjadi alasan untuk berhenti memberi cinta. Dia merasa hidupnya kini benar-benar berwarna dengan kehadiran Juang, rumah yang selama ini sepi, kini ramai dengan tangis Juang.“Bu, maaf. Aku jadi merepotkan Ibu,” ujar Arsila pelan. Suaranya serak, seperti menahan sesuatu yang telah lama terpendam. Dia menatap Bu Liana dengan sorot mata penuh rasa bersalah. Wanita itu terlalu baik padanya. Melebihi s

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 56. Buah Hati

    Lima bulan kemudian... "Auu, sakit..." lirih Arsila tiba-tiba terbangun sambil memegang perutnya. Udara malam menggantung dingin di langit kota kecil itu. Jarum jam sudah melampaui angka dua belas ketika suara lirih terdengar dari dalam kamar Aersila yang gelap. “Ibu...” desah Arsila lemah, tubuhnya menggeliat pelan. Tapi rasa nyeri yang datang tiba-tiba membuatnya tak sanggup untuk bangkit. Dia memanggil bu Liana, berharap wanita paruh baya itu mendengarnya. “Bu...” panggilnya lagi, kali ini disertai dengan air mata yang menetes dari sudut matanya. Arsila memegang perutnya yang membesar, merasakan sakit yang menusuk hingga ke punggung. Dan saat itu juga, dia merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengalir dari tubuhnya. Tak butuh waktu lama, suara langkah tergesa terdengar dari luar kamar. Pintu terbuka dengan cepat, dan tampak Bu Liana berdiri di sana, wajahnya panik. Arsila memang dilarang oleh Bu Liana mengunci pintu kamarnya, takut kejadian seperti ini. Jadi, Bu Liana mu

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 55. Harapan Samuel

    "Arsila, kamu kuat?" tanya Bu Liana."Iya, Bu.""Atau kita ke dokter aja, ya?""Gak usah, Bu. Kan biasa seperti ini," jawab Arsila lemah.Pagi masih begitu muda ketika suara muntah terdengar dari kamar mandi di belakang rumah Bu Liana. Di ruang dapur kecil yang hangat oleh aroma teh melati dan roti bakar, Bu Liana menghentikan aktivitasnya dan segera melangkah cepat ke arah kamar mandi, khawatir dengan kondisi Arsila.“Arsila, kamu istirahat saja kalau nggak kuat. Muntah di kamar aja gapapa,” ujar Bu Liana dengan suara penuh kekhawatiran. Wanita paruh baya itu berdiri di ambang pintu sambil membawa segelas air putih dan sepotong roti."Iya, Bu."Arsila kembali ke kamarnya dibantu oleh Bu Liana. Tubuhnya terasa sangat lemas.Arsila duduk lemah di tepi ranjang, tangannya mengelus perut yang mulai menonjol. Nafasnya masih terengah, namun dia berusaha tersenyum."Hari ini kamu gak usah kerja aja. Di rumah aja, istirahat," ujar Bu Liana sambil mengoleskan minyak kayu putih di tengkuk Ars

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status