Share

Part- 06 Kesaktian Cinta

Part – 06 KESAKTIAN CINTA

Lala harus menghadapi laki-laki yang cukup aneh menurutnya. Bagaimana mungkin dalam raga yang sudah setua itu bisa-bisanya salah transfer. Apa penglihatannya sudah kabur tidak bisa membedakan angka empat dan angka lima?

Bukankah seharusnya Glenn menekan angka empat untuk digit terakhir nomer rekening kakasihnya? Mengapa pula malah menekan angka lima sehingga uang tersebut masuk ke rekening Lala dengan sukses.

Lala sungguh tidak mengerti mengapa ada manusia seceroboh itu, dan akibat kecerobohannya itu membuat Lala harus terlibat dalam urusan asmaranya.

Lala memijit pelipisnya.

Saat ini Lala sudah seperti obat nyamuk penjaga dua sejoli itu pacaran. Siapa lagi kalau bukan Glenn dan Sabila. Ternyata selain tidak sopan Glenn juga menyebalkan.

Lala terjebak dalam situasi yang sulit bahkan dirinya merasa mual di depan menu yang sebenarnya sangat lezat, itu semua gara-gara bualan Glenn pada Sabila yang mau tidak mau terpaksa harus ikut mendengarkan.

“Sial,” ucapnya dalam hati sambil terus mengaduk menu di depannya.

Inikah kesaktian cinta.

Glenn yang dipikir arogan dan kasar bisa berubah bak dewa cinta dengan rayuannya yang tidak masuk akal. Celakanya Lala harus mendengar semua itu.

Berkali-kali Lala mencoba mengalihkan pandangan pada suasana kafe tetap saja telinganya menangkap pembicaraan mereka.

“Hmm sekarang baru percaya ‘kan, Sayang, bahwa kekasihmu ini lelaki yang paling setia, jangankan selingkuh melirik cewek lain pun rasanya malas. Janji deh kalau ada cewek cakep tutup mata nggak bakal lihat,” ucap Glenn sambil menatap Sabilla begitu dalam.

Sementara Lala mendadak mual dan ingin memuntahkan makanan yang sedang dikunyahnya. Sekali lagi Lala menyesal sudah mendengarkan semua ucapan Glenn.

Sabila terdiam tak segera menjawab, mencoba mencerna apa yang keluar dari mulut laki-laki di depannya itu.

Maniknya menatap Glenn. “Hmmmm ... kalau memang itu semua benar, kenapa bisa ada deretan mantan ya?” ucap Sabila dalam nada heran.

Glenn menciptakan senyum yang sangat manis menurut versinya sendiri, selain agar kekasihnya percaya dia juga ingin Lala terpesona padanya, “Mantan itu hanya sejarah, pembuktian kalau kekasihmu ini memang banyak peminatnya dan kamu termasuk dalam kategori yang paling beruntung, Sayang. Karena akhirnya kamu pemenangnya.” 

Tangan Glenn mulai bergerak menyentuh punggung tangan Sabila yang terkelungkup di atas meja.

“Terus istilah ‘JASMERAH’ itu juga nggak benar?” Sabila kembali bertanya dan membiarkan tangannya berada dalam genggaman tangan Glenn. Sejujurnya dia juga sangat merindukan kekasihnya itu.

“Maksudnya apa sih sayang?” tanya Glenn tidak mengerti maksud pertanyaan Sabila.

“JASMERAH, Jangan Lupakan sejarah, artinya kamu masih menganggap mereka berarti?"

Gleen tergelak, kemudian mengusap lembut punggung tangan Sabilla dengan jempolnya, tanpa melepaskan genggaman itu.

“Jangan cemburu sama sejarah, Sayang. Mereka itu hanya masa lalu, sementara kamu adalah masa depan.” ucapnya meyakinkan.

“Bukankah yang paling penting itu masa sekarang, bagaimana kamu bisa memikirkan masa depan. Jika masa sekarang saja tidak kamu jalani dengan serius?”

“Siapa bilang tidak serius? Bahkan aku dua rius, percayalah. Akan kubuat mereka iri melihat kita.”

Uhuk! Uhuk! 

Suara itu seakan menginterupsi agar tautan tangan Sabila dan Glen terlepas.

Lala segera menyambar gelas di depannya dan meminum isinya hingga tandas, berharap batuknya segera berhenti. Lala menaruh gelas itu dengan hati-hati kemudian meraup udara sebanyak banyaknya dan mengeluarkannya perlahan.

Dirinya merasa tidak enak pada dua sejoli yang baru saja berbaikan ini karena tiba-tiba saja tersedak mendengar sindiran Glenn.

“Iri Glenn bilang? Muak iya, iri jangan sampai,” ucapnya dalam hati. 

“Ma-maaf aku merusak suasana ini,” ucapnya Lala salah tingkah karena menyadari Glenn dan Sabila memandangnya. “Apa tidak sebaiknya aku pulang saja Glenn. Tugasku sudah selesai ‘kan? Hubungan kalian berdua juga sudah membaik, jadi tidak ada gunanya lagi aku di sini,” ucapnya terpaksa memohon, tidak ada alasan lagi untuk berlama-lama di sana.

Apa lagi yang bisa dilakukannya disana?  Bahkan makanan dan minuman yang ia pesan sudah habis, entah karena lapar atau pelarian dari rasa canggungnya sehingga makanannya sudah habis terlebih dulu.

Sementara makanan Glenn dan Sabilla baru berkurang sedikit.

“Tidak La, kamu sama sekali tidak mengganggu. Jangan pergi La, temenin kami. Aku takut berdua sama Glenn, takut ada setan di antara kami,” ucap Sabila memohon.

“Parah .... Jadi dianggapnya, aku ini setan,” batin Lala kesal.

Glenn tersenyum smirk sambil melirik ke wajah Lala meneliti rasa canggung didalamnya. Glenn tersenyum menang karena menemukan kekesalan dalam wajah Lala.

“Tapi, aku melupakan sesuatu, aku ada tugas yang harus aku kumpulkan besok, jadi aku harus pulang,” ucap Lala sambil memelintir tali tas slempangnya, dan berdiri bersiap pergi. Berharap Sabila mengiyakan dan dirinya segera mengambil langkah seribu untuk segera berlalu.

“Duduklah, nanti aku antar pulang,” pinta Glenn.

Lala terpaksa duduk lagi, apa lagi yang bisa dia lakukannya? Bahkan Lala bingung.

Lala membuka ponselnya sebagai pelarian dari rasa jengahnya pada dua manusia yang sedang di mabuk asmara itu.

Apa mereka tidak risih pacaran di depan orang lain. Atau mereka sudah melupakan etika?

Ya Tuhan!!

Pikiran Lala khawatir, takut ada adegan yang lebih meresahkan lagi yang terpaksa harus ia saksikan. Bukankah itu Biasanya itu terjadi pada orang yang baru saja berbaikan?

Lala mencoba fokus pada layar datarnya, meskipun tidak ada yang menarik sama sekali. Ketika sudut matanya menangkap Glenn yang menyentuh jemari Sabila kembali, Lala sedikit menyesal.

“Aduh kenapa harus meliriknya juga,” rutuk Lala kembali memfokuskan pandanganya ke layar pipih di depannya.

Isi ponsel itu pun tidak menolong, pandangan Lala beralih ke cincin yang ada di jari manisnya, memutar-mutar cincin itu adalah pilihannya. Entah pada putaran yang keberapa nanti Glenn akan mengajaknya pulang. Sungguh Lala bosan.

“Jadi jangan batalkan pertunangan ini ya, Sayang.” Glenn memohon pada Shabila.

Ucapan itu sesaat menghentikan gerakan Lala dalam memutar cincinnya, karena begitu ingin mendengar jawaban Sabila.

“Kita lihat saja nanti, semakin ke sini kamu semakin berubah atau semakin menyebalkan, jujur orang tuaku sangat kecewa dengan kejadian kemarin, Glenn,” ucap Sabila datar.

“Kamu jangan menghukumku lagi sayang. Janji, aku juga akan menjelaskan pada orang tuamu tentang semua ini. Setelah kesalah pahaman ini selesai kita bisa bicarakan lagi tentang pertunangan itu. Tidak ada alasan lagi untuk kita menundany”

“Tapi Glenn. Aku tidak yakin orang tuaku akan setuju?” ucap Sabila gamang.

“Tentu saja mereka akan percaya, sayang. Karena Aku juga akan membawa Lala untuk menjelaskannya,” putus Glenn tanpa menanyakan pada Lala bersedia atau tidak terlebih dahulu.

"Hah?! Kenapa aku lagi Glenn?" ucap Lala panik.

***

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status