Home / Romansa / Pembantu Kaya Tuan Tampan / Part- 05 Nasib Rumit

Share

Part- 05 Nasib Rumit

Author: ANATA MEGA
last update Last Updated: 2021-11-19 15:47:56

Dalam mimpi pun bahkan Lala tidak menginginkan bertemu dengan laki-laki semacam Glenn. Kalau bisa ditawar Lala memilih bertemu kera sakti saja, karuan hidupnya menjadi berguna, bisa ikutan ke barat mengambil kitab suci. Daripada bertemu Glenn yang ada hanya dicaci maki terus.

Tampaknya bertemu Glenn di kota Violens adalah takdir dan Lala tidak bisa menukarnya dengan siapapun. Seandainya bisa, Lala mau kok tukar tambah. Mungkin tambah sepuluh ribu tukar lelaki yang lebih sopan dan lebih menghargai orang lain.

Nasib baik yang di awal menghampirinya ternyata berbuntut masalah yang cukup rumit. Tiga bulan lalu tepatnya ketika Lala menginjakkan kakinya di kota impian. Ya, Violens adalah kota yang akan mewujudkan segala mimpinya.  

Setiba di kota Violens Lala mendapatkan kost yang jaraknya cukup dekat dengan kampus, bahkan Lala cukup berjalan kaki saja jika ingin pergi ke kampus. Itu artinya rencana pertama berjalan mulus. Meskipun Lala harus membayar cukup mahal untuk harga kos itu hingga menguras hampir separuh uang tabungannya.

Keesokan harinya Lala berangkat ke kampus Nuansa hendak daftar ulang. Sialnya, sisa tabungannya tidak cukup untuk membayar daftar ulang kuliahnya.

Sungguh tidak lucu.

Bukankah seharusnya Lala cari kos yang sederhana saja, yang terpenting dirinya bisa daftar ulang? Lala bahkan tidak berpikir ke situ.

Lala berjalan gontai pulang ke kos kembali. Masih ada harapan bagi Lala, sebab sisa waktu satu hari besok untuk daftar ulang.

Sesampai di kos Lala melempar tasnya di kasur. Mendung di kedua bola matanya sudah berubah menjadi gerimis, lama-kelamaan hujan pun turun membanjiri kedua pipinya. Lala bukan lagi terisak kini dirinya sudah menangis meraung-raung.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu itu pun tidak di dengarnya. Lala terlalu terlena menikmati tangisnya sendiri.

"La, kamu kenapa?" tanya Dewi setelah membuka pintu yang tak terkunci itu. Dewi adalah anak kos yang memiliki kamar tepat di samping kamar Lala.

Lala menoleh ke sumber suara, tampak dewi menatapnya penuh rasa khawatir. Kemudian mengulurkan tisu untuk Lala.

Lala sepertinya lupa, bahwa mulai saat ini dirinya tidak boleh cengeng. Tidak ada lagi Ayahnya yang menjadi superhero yang siap menolongnya. Tidak ada lagi bi Narti yang selalu membujuknya agar diam ketika Lala menangis. Tidak ada Bunda yang selalu bertutur halus menasehatinya, dan tidak ada Adrian yang menghiburnya ketika dirinya sedih.

Ya. Lala kini sendiri.

Dan itu pilihannya sendiri tidak ada satu orang pun yang memaksanya. Lala seolah tersadar segera menghapus semua air mata itu.

"Nggak apa-apa, Wi. Aku hanya kangen sama orang rumah," dusta Lala. Keadaan yang membuatnya harus berdusta, tidak mungkin Lala menceritakan masalah pribadinya pada orang lain. Apalagi soal kekurangan uang, bukankan itu memalukan?

"Kalau ada apa-apa kamu boleh cerita La, kita bisa berteman baik," ucap Dewi tulus.

Lala menarik kedua sudut bibirnya, mencoba membuat senyuman. Sepertinya senyum buatan itu bisa meyakinkan Dewi kalau Lala memang baik-baik saja. 

"Oke deh, La. Aku mau keluar nih, apakah kau nitip beli sesuatu?” tawar Dewi tulus.

Lala menggelengkan kepala dengan tetap mempertahankan senyumnya.

"Baiklah, aku pergi dulu ya," pamit Dewi meninggalkan Lala. Setelah Dewi keluar, Lala menutup pintu dan menguncinya.

Di ruangan tiga kali empat meter itu Lala berpikir. Bagaimana caranya besok pagi mendapatkan sejumlah uang untuk daftar ulang. Setidaknya setelah berhasil menjadi mahasiswa Lala akan mencari pekerjaan untuk biaya hidup selanjutnya. Itu rencana Lala.

Tapi bagaimana mungkin Lala mendapatkan dalam waktu secepat ini? Satu-satunya orang yang bisa menolongnya hanya Ayahnya. Haruskah Lala balik badan dan minta tolong pada Harjito?

Tidak!

Keputusan untuk pergi dari rumah sudah dia ambil, yang berarti Lala harus setia dengan keputusannya sendiri?

Meminta pertolongan Adrian?

Tiba-tiba saja Lala ingat kakak lelakinya. Dirinya segera meraih tas yang tadi ia lempar di kasur. Mengaduk-aduk isinya untuk menemukan keberadaan ponselnya.

Selang berapa menit lala serius mengamati layar datar ditangan kirinya dan sesekali jari telunjuk kanannya menari-nari di atas ponsel itu.

Lala hendak menelpon Adrian begitulah kiranya.

Kring kring kring nada sambung itu belum juga berubah menjadi suara sang kakak, itu berarti Adrian tidak mengangkat teleponnya.

Namun Lala tidak putus asa dan mencobanya kembali. Tepat pada percobaan keenam terdengar sahutan dari seberang.

“Haloo...,” suara familiar Adrian terasa menyejukkan Lala. Itu berarti petolongan akan segera datang.

“Iya Halo. Kak, Lala mau minta tolong,” ucap Lala tanpa basa basi.

“Minta tolong apa, dek? Apa kamu kekurangan makanan di sana? Mau kakak kirimi? Atau mau kakak kirimkan juga boneka teddy bear kesayanganmu itu? Atau kakak kirim juga semua koleksi novel dan komik di kamarmu?” tanya Adrian.

“Bukan kak,”

“Lalu, mau minta tolong apa? Apa ada yang mengganggumu? Oooh...... kakak, tahu sekarang. Kamu mau kakak jemput pulang, karena tidak kerasan?”

“Ish, kakak salah besar. Bukan itu,”

“Jangan membuat kakak panik, cepat katakan mau apa?”

“Lala mau pinjem duit,”

“Hah?! ..... bukannya kamu bilang tanbungan kamu banyak, masa iya sudah habis saja?”

“Ternyata uang segitu nggak cukup, kak. Plis kak bantu Lala”

“Oke kamu butuh berapa nanti kakak transfer,”

“Lima juta dulu deh, kak......... Hallo.....  hallo.....”

Thut thut thut

“Akh, kenapa malah menutupnya?” keluh  Lala sambil melempar ponsel itu di kasurnya.

Lala berbaring memandangi langit-langit kamarnya. Berdoa sedalam-dalamnya harap, mencoba mengundang nasib baik agar segera datang menghampirinya.

Thing!

Ponsel Lala kembali berbunyi, memberitakan ada sebuah pesan masuk. Lala segera meraih ponselnya. Mungkin saja Adrian yang mengirimnya.

Apa??

Mata lala membulat sempurna saat membaca pesan masuk tersebut.

Transfer masuk Rp. 200.000.000 ke rekening Aquilla Anaya Pribadi pada 03/08/2000 19:08:54 ket.: 5371***********# ATM #TRFHM

Lala mengucek matanya, takut kesalahan terjadi pada penglihatannya. Atau ini hanya semacam pesan dari orang iseng yang sering ia terima. Jari lentik lala mencari kebenaran dengan memeriksa mutasi rekeningnya. Dan ajaibnya uang tersebut menambah saldo akhirnya.

Saat itu Lala tidak berpikir jika ada transfer nyasar ke rekeningnya. Pikirannya langsung menyangka Adrianlah yang mengirimnya.

Lala kembali menghubungi Adrian.

“Hallo....”

“Hallo, dek,” terdengar suara Adrian dari seberang.

“Kak, terimakasih ya transfernya sudah masuk, kakak baik banget. Maaf tadi sempat jengkel gara-gara kakak mutusin teleponku sepihak. Tapi ternyata kakak buru-buru menutupnya hanya karena mau segera transfer, so sweet banget siih.”

“Apa? Siapa yang transfer?” tanya Adrian bingung.

"Lhoo, bukannya kakak yang transfer?"

“Kakak menutup, gara-gara ada telpon lain yang masuk, dek. Dan benar saja telpon itu dari Monica pacar kakak, maaf tadi malah kakak tinggal pacaran,”

“Huhhh, ternyata kakak masih saja menyebalkan sempurna,” ucap Lala jengkel

“Ha ha ha......” Nada tertawa Adrian terdengar menjengkelkan.

“Jadi yang transfer Lala siapa kak?” tanya Lala serius dan penasaran.

“Siapa lagi kalau bukan Ayah, itu pasti ayah dek karena hanya ayah yang tahu kamu sedang butuh uang,” jawab Adrian meyakinkan.

“Mungkinkah kak?” tanya Lala tak begitu yakin.

“Ya, jelas mungkin. Kenyataannya ayah juga membiayai kuliahku dan kak Reno meskipun kita melawannya.”

Saat itu Lala percaya pada Adrian karena tidak ada yang salah dari semua pernyataannya. Reno dan Adrian tetap di biayanya sampai lulus. Hanya saja Reno memilih jauh dari orang tuanya karena sadar diri sebagai anak pertama tidak bisa memberi contoh pada kedua adiknya.

Lala segera mengambil foto Harjito dan menciuminya. “Makasih ya, Yah. Lala tahu, Ayah sayang Lala. Maafin Lala, terpaksa pergi dari rumah.”

Tapi pikiran Lala saat itu keliru. Kenyataannya bukan Harjito tapi Glenn yang transfer, dan sekarang Lala harus berhadapan dengan laki-laki menyebalkan itu.

***

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 134. AKHIRNYA KITA

    Setelah acara tiup lilin dilanjut acara pemotongan kue. Seperti biasa Lala memberi potongan pertama kue itu untuk Ayahnya. Harjito menerima suapan dari putrinya itu kemudian mengucapkan kalimat selamat diikuti rentetan doa.Acara cukup sederhana tetapi meriah dan keluarga inti datang semua. Setelah potong kue sudah selesai, Adrian yang bertindak seolah-olah menjadi MC. Memberitahukan acara selanjutnya yaitu hiburan yang akan diisi oleh bintang tamu.Lala bingung. Pasti Adrian hanya bercanda. Mana ada bintang tamu? Tetapi pandangan Lala seakan terkesima. Ketika dari pintu depan yang terbuka lebar datanglah rombongan tamu. di barisan paling depan Glenn, Sintia dan Herlambang. Setelah itu nampak Wijaya-Ririn, Alan-Dewi, Rega - Winda. Mereka memasuki ruangan dengan penuh senyum.Tampak para keluarga menyalami mereka sambil tersenyum."Lala maukah kamu menjadi istriku?" tanya Glenn lugas tanpa sedikitpun keraguan di depan keluarga besarnya. Pria itu mengeluarkan kotak berisi cincin yang ak

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 133. JADI KAMU DARI MANA?

    "Jadi, kamu dari mana saja?" hardik Harjito mengetahui putrinya baru saja pulang. Bahkan Lala baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah. "Euhm ...." "Jangan banyak alasan! Kamu pasti menemui laki-laki pengecut itu kan?" "Namanya Glenn, Yah!" sahut Lala pelan. "Bagiku dia laki-laki nggak punya nama, karena tidak berani menunjukkan nyalinya. Masuk ke dalam kamar dan mulai hari ini kamu di bawah pengawasan, Ayah!" perintah Harjito. "Tapi, Yah!" "Tidak ada tapi! Ayah sudah terlalu banyak memberimu kebebasan! Dan sekarang nggak! Orang yang kesana kemari bersamamu harus orang yang memiliki status jelas! Bukan para pengecut seperti yang sudah-sudah!" putus Harjito. Pria itu telah memantau aktifitas putrinya akhir-akhir ini dan sebagian besar waktunya habis bersama Glenn. Lala masuk ke dalam kamarnya. Dan memberi kabar Glenn bahwa beberapa hari ke depan mereka tidak bisa bertemu. Anehnya Glenn menanggapinya biasa saja. Semua pesan yang ia kirim panjang lebar hanya mendapat jawaban.

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 132. MEMINTA RESTU

    "Lala, Glenn, angin apa yang membawa kalian hingga sudi mampir ke gubug Bapak?" tanya Wijaya penuh haru seraya mengulurkan tangan pada dua tamunya.Lala segera menyambut uluran tangan Wijaya dan mencium punggung tangannya. Meskipun hubungannya dengan Alan kandas, beliau tetaplah calon mertuanya. Mengingat sekarang Lala menjalin hubungan dengan putranya yang lain.Melihat antusiasnya respon Lala dalam menyambut uluran tangan itu. Glenn pun melakukan hal yang sama. Kemudian Glenn kembali duduk seraya berucap, "Maaf jadi kedatanganku ke sini ingin memohon restu pada, Anda!" ucap Glenn kaku. Diperlakukan demikian Wijaya tidak sakit hati. Mungkin saja Glenn belum bisa mengakui jika dirinya adalah Ayah kandungnya. Wijaya yakin kedatangan putranya kali ini merupakan terbukanya jalan bagi hubungan mereka. Lambat laun pasti Glenn akan menerimanya."Ooh ... Apakah kamu akan menikahi, Lala?" tanya Wijaya. Sedikit banyak Wijaya tahu kisah cinta di antara mereka. "Benar! Saya akan melamarnya, se

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 131. MENCARI WIJAYA

    Glenn mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dalam hatinya masih bimbang.Dia berpikir apakah keputusannya ini sudah benar? Atau dia hanya seorang robot yang mengiyakan keinginan dua orang yang sangat disayanginya, Lala dan Sintia."Kenapa wajahmu tegang sekali Glenn?" tanya Lala setelah menilik raut muka laki-laki di sampingnya yang begitu serius. Tampak banyak beban di sana sudah seperti mau mengerjakan tugas negara dan jika gagal maka hidup akan menjadi taruhan."Ehmm ... Nggak La, aku hanya bingung mau ngomong apa nanti, jika sudah sampai!" sahut Glenn."Astaga! Kita bukan ingin wawancara kerja! Juga bukan ingin presentasi proposal! Jadi jangan terlalu serius, biarlah dialog mengalir dengan sendirinya, nanti jika sudah sampai juga bakal tahu mau ngomong apa!" sahut Lala."Tapi, La! Aku nggak enak, pasalnya kemarin aku menolak mereka! Jujur saja aku kecewa pada mereka!

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 130. SINGKIRKAN EGO

    "Kalian curang! Aku nggak dipeluk?" Protes Glenn.Sintia melepaskan pelukannya, menatap gadis pilihan putranya itu. Gadis yang sudah mengembalikan putranya untuk lebih semangat untuk hidupnya."Ish ... Cemburu? Lihatlah nanti Mama bahkan lebih sayang sama mantu daripada sama anak sendiri!" ucap Sintia."Terserah Mama, deh! Jadi kapan kita melamar Lala, Ma?" tanya Glenn."Jadi kamu benar-benar mau kawin?!" Sintia terlihat kaget dengan keputusan Glenn."Nikah, Ma, bukan kawin!" protes Glenn."Iya maksud mama Nikah. Apa kalian tidak mau tunangan dulu mungkin. Lagipula Lala kan masih kuliah baru semester satu!" jawab Sintia.Glenn menggeleng tidak setuju dengan usul mamanya. "Nggak Ma, aku nggak yakin bisa menjaga diri!""Sudah kebelet banget ya?" goda Sintia."Bukan, Ma. Maksud ak

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART 129. CALON MANTU

    "Ma, nanya apaan sih!" sahut Glenn menyelamatkan keadaan. Laki-laki itu kemudian menyerahkan minuman dingin untuk Lala, Lala segera menerimanya karena memang haus."Bisa buka tutupnya nggak?"Glenn meminta kembali menyadari jika Lala sering kesulitan membuka tutup botol minuman dingin.Setelah membukanya Glenn menyerahkan kembali."EHEM!!" deheman Sintia mengusik kegiatan keduanya."Mama apa nggak ada acara pergi ke rumah nenek? Atau pergi ke mall?! Tumben betah amat?" tanya Glenn, sembari memberi kode buat mamanya agar meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.Tetapi sayangnya kode itu tidak diterima dengan baik, "Jadi apa lagi rencana kalian setelah kemarin main pembatu-pembantuan? Apa sekarang ada ide lain untuk mengelabuhi mama agar meninggalkan kalian berdua! Ingat jika sepasang manusia berlainan jenis bersama dalam suatu ruangan maka pihak ketiga adalah setan!" Sintia menegaskan ag

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status