Share

Pembantu Kesayangan Tuan Muda
Pembantu Kesayangan Tuan Muda
Penulis: Indy Shinta

1. Korban yang Disalahkan

“Dasar, anak sialan! Sekarang kita jadi omongan orang sekampung gara-gara laporanmu ke polisi.”

“Bikin malu keluarga saja!”

“Puas kamu mencoreng muka keluargamu sendiri, hah?!”

Jeritan amarah bersahut-sahutan di sekitar Jelita. Semua orang menuding-nuding dirinya sambil melotot dan memakinya. Bahkan di antaranya ada yang sambil menggebrak meja dan menendang kursi. Mereka semua paman dan bibi Jelita sendiri.

“Kenapa kalian membelanya?” protes Jelita seraya terisak-isak kala ingatannya terlempar kembali pada hari kejadian. Malam itu dia sedang tidur saat bapaknya tiba-tiba memasuki kamar dan menindih tubuhnya, lalu menyelipkan tangannya ke dalam pakaian Jelita. Jelita menjerit kaget, tetapi mulutnya dibungkam dan  pakaiannya dirobek. Jelita melawan, tetapi dia ditampar berkali-kali hingga nyaris pingsan, bahkan bibirnya sampai berdarah. Kemudian lelaki yang seumur hidup dipanggilnya bapak itu memulai aksi cabulnya saat mengira Jelita sudah pingsan.

“Dia mau memperkosaku!” Jelita menjerit frustrasi karena tak ada yang membelanya. Tetapi bukan simpati yang ia raih, justru caci maki kian ramai menghujaninya.

“Bapakmu pasti cuma khilaf, maklumlah sudah lama menduda. Jangan-jangan di rumah kamu suka pakai rok mini atau celana pendek, makanya bikin bapakmu jadi mendadak lemah iman."

"Harusnya kamu pandai-pandai menutup aurat, sudah tahu bapakmu itu duda!”

“Gara-gara laporanmu ke polisi bapakmu mati!”

Ya. Orang yang nyaris memperkosa Jelita memang sudah mati dan baru saja dimakamkan. Dan kematiannya ini membuat adik-adiknya merasa dirugikan secara finansial. Sebab tak akan ada lagi sosok kakak yang suka membagi uang kapan pun mereka butuhkan. Maka kepada Jelita mereka tumpahkan seluruh kekesalan dan kemarahan.

“Kamu senang kan lihat bapakmu mati? Puas kamu sekarang?!”

Jelita gemetaran menerima omelan dari keluarganya, yang tak satupun berisi dukungan untuknya. Bahkan sarat tuduhan. Padahal jelas-jelas dirinya yang jadi korban, tapi kenapa malah dirinya yang disalahkan? Padahal Jelita sangat membutuhkan dukungan mereka saat ini, keluarga dekatnya sendiri.

Tiba-tiba saja ruangan berubah hening, semua orang mendadak diam, menyisakan suara tangis Jelita yang meringkuk di pojokan. Jelita yang merasakan keanehan itu mengangkat wajahnya, kini dia tahu apa yang sudah membungkam mereka semua.

Di sana, di pintu ruang tamu berdiri sosok Nyonya Cindy. Dia orang terpandang dan ikon kesuksesan di kampung ini. Pengusaha agrobisnis yang turut menggerakkan perekonomian di daerahnya. Sebagian besar orang kampung bergantung pekerjaan padanya. Dia sangat disegani. Meskipun demikian, Nyonya Cindy terkenal rendah hati dan merakyat, bahkan perempuan itu pernah datang melayat saat ibunya meninggal dulu dan memberikan sumbangan uang yang besar untuknya. Dan hari ini Nyonya Cindy datang lagi untuk melayat kematian salah satu mandor perkebunan kelapa sawitnya, yang tak lain bapaknya Jelita.

“Se-selamat datang, Nyonya.” Semua orang menunduk hormat pada sang tamu agung, menunda sejenak kemarahan mereka terhadap Jelita.

“Si-silakan masuk, Nyonya.” 

Seorang paman Jelita menggiring Nyonya Cindy agar duduk di kursi tamu. Tetapi perempuan kharismatik itu justru melangkah tegap menuju Jelita yang sedang menangis sambil menunduk. Nyonya Cindy kemudian membungkuk dan membelai pipi Jelita yang bersimbah air mata. Tangis Jelita pun kian menjadi saat Nyonya Cindy memeluknya.

“Kemasi baju-bajumu sekarang dan ikut ke rumahku." Nyonya Cindy berkata dengan datar namun tegas. Kemudian suaranya berubah meninggi saat dia melanjutkan ucapannya, "Tak kan kubiarkan orang-orang tak tahu diri dan tak punya perasaan ini meringsakmu seperti bajingan!"

Seketika semua paman dan bibinya menunduk ngeri saat Nyonya Cindy menatap mereka satu per satu dengan kilatan tajam. Andai matanya itu pedang, mereka pasti sudah terbelah dua sekarang.

Akhirnya ... ada orang yang menolong dan memihak Jelita. Nyonya Cindy jugalah orang yang menolong Jelita di malam itu. Kala Jelita kabur usai memukul keras-keras kepala bapaknya dengan senter yang ia raih dari atas nakas. Ia tersaruk-saruk keluar rumah dan berlari tanpa tujuan, tak berhenti sampai telapak kaki telanjangnya lecet-lecet dan berdarah. Jelita merapatkan piyamanya yang sobek dengan tubuh menggigil sambil menyeberang jalanan kampung yang gelap dan sepi. Tiba-tiba suara klakson dan ban mencicit yang direm mendadak menyentaknya di sebuah tikungan jalan, mengubah isak tangisnya menjadi jeritan panjang dan iapun pingsan. Saat membuka mata, Jelita sudah terbaring di kasur busa empuk yang nyaman. Sudah ada dokter pula yang merawatnya. Rupanya dia diselamatkan Nyonya Cindy yang tadi nyaris menabraknya di jalan.

“Ayo jujurlah. Katakan, apa yang terjadi padamu? Ada yang mencoba ... memperkosamu, misalnya?” desak Nyonya Cindy tanpa tedeng aling-aling, didorong kecurigaan yang besar melihat kondisi Jelita yang kacau dan menyedihkan malam itu.

Begitu Jelita terisak-isak seraya menyebutkan pelakunya, Nyonya Cindy langsung menelepon polisi. Perempuan itu punya nomor-nomor orang penting dan berkuasa di daerahnya. Dia bahkan menelepon langsung kepala polisi di wilayah itu. Sayang sekali, saat hendak diringkus bapaknya Jelita sudah kabur, kemudian dia ditetapkan sebagai buronan. Tapi sebulan kemudian mayatnya ditemukan mengapung di sungai dan Polisi mengatakan kalau dia mati bunuh diri.

***

“Kamu mau kerja di rumah anakku di Jakarta? Dia sedang butuh pembantu. Kamu kan pintar masak, itu bisa jadi nilai plus buatmu. Dia bakal menggajimu lebih tinggi. Mau?”

Entah kebetulan atau bagaimana, tawaran Nyonya Cindy bagai cahaya yang menerangi kegelapan hidup Jelita saat ini. Dia memang sangat ingin pergi dari kampungnya, meninggalkan seluruh keluarga yang memusuhinya.

“Mau, Nyonya.”

Nyonya Cindy kemudian mengajak Jelita menemui putera bungsunya yang sedang datang menginap.

“Sayang,” panggil Nyonya Cindy sambil berjalan mendekat ke sebuah meja di mana seorang pria terlihat serius mengamati apa yang sedang ditampilkan layar laptopnya.

Pria itu menoleh dan tersenyum kepada sang ibu, melirik Jelita sekilas lalu beralih lagi kepada Nyonya Cindy yang sedang bicara kepadanya.

“Kamu belum punya pembantu kan? Nah, Mami carikan buatmu yang jago masak biar makanmu terurus setiap hari.”

Pria itu mengerutkan kening, dia merasa tak pernah membahas soal kebutuhan asisten rumah tangga yang baru dengan ibunya ini. “Mam, zaman sudah canggih, aku bisa memesan makanan apa saja secara online, kapan saja dan di mana saja, Mami nggak usah khawatir soal makanku. Aku—“

“Jelita bisa masak apa yang biasa Mami masakin buatmu, yang nggak bakalan kamu dapati secara online. Mami udah sering makan masakan Jelita, dan Mami yakin itu cocok dengan seleramu,” cerocos Nyonya Cindy buru-buru memotong penolakan dari puteranya.

Pria itu menghela napas, dia tahu percuma saja mendebat sang ibu. Lagipula punya asisten rumah tangga yang jago masak itu bagus juga. Pria itupun mengangguk setuju dan membuat sang ibu tersenyum.

“Nah, kalau gitu ayo kalian kenalan dulu.”

Jelita memberanikan diri menatap pada seraut wajah tegas yang terasa melembut kepadanya, pada sepasang mata gelap yang dinaungi alis melengkung lebat sehitam arang. Untuk sejenak, tatapan pria itu terasa hangat dan menghanyutkan. Namun saat lelaki itu berkedip, ekspresinya sekonyong-konyong berubah seratus delapan puluh derajat. Entah ke mana perginya kehangatan tatapannya tadi. Jelita tak tahu di mana letak salahnya, bingung kenapa pria itu tiba-tiba menatapnya dengan sorot sebegitu tak sukanya.

Jelita mengulurkan tangan dan menyebut namanya, “Jelita.”

Sepasang mata pria itu menyorot dingin. Seulas senyum tipis yang tidak enak tersungging di sudut bibirnya. Disambutnya uluran tangan Jelita dengan acuh tak acuh seraya menyebutkan namanya, “William.” 

*** 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
rosita sari
hadir untuk pertama kali baca, kak penulis yg semangat yaa, semoga banyak yg baca novelmu..
goodnovel comment avatar
citra puja
Nyimak selanjutnya
goodnovel comment avatar
Ana
Masih di tunggu kelanjutannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status