Barnard berdecak kagum, semua ini seperti dalam mimpi namun derap langkah mendekati dirinya. Nang Bey mendekat ke arah rak buku yang Barnard masuki. Berlahan suara getaran dan gesekan terdengar, Barnard bersembunyi di balik sofa sambil menunduk, tubuh Barnard tidak dapat di lihat oleh Nang Bey karena Barnard mengenakan pakaian serba hitam, mungkin jika saat ini Barnard terlihat oleh Nang Bey tidak menutup kemungkinan Barnard telah pergi menghadap Tuhannya. "Mungkin semua pengawal pribadiku ditakdirkan mati di tanganku," ucap Nang Bey setelah itu ia terkekeh. Barnard mendengus kesal, ia mengepalkan tangannya. tidak ada yang Nang Bey maksud selain dirinya saat ini. Jack Marker benar-benar menginginkan Barnard mati mengenaskan di tangan Nang Bey kali ini. Mungkin Jack menyadari kalau kedua anak buahnya telah Barnard pukuli beberapa jam yang lalu, Barnard juga kini telah paham cara kerja Jack yang mempunyai banyak mata-mata. Kini Barnard jauh lebih hati-hati dalam melangkah dan mene
"Cepat cari tahu siapa yang telah menjual perhiasan hari ini." Nang Bey memberikan perintah pada karyawan toko. Emosinya meledak, rasanya Nang Bey ingin memporak-porandakan isi toko."Tidak bisa, Tuan. Itu adalah privasi pelanggan kami," ucap salah satu penjaga toko wanita sambil mengulas senyum tipis.Wanita cantik itu tahu seperti apa Nang Bey namun yang ia katakan adalah kebenaran. Tak lama setelah wanita cantik itu mengatakan hal demikian Nang Bey mengeluarkan pistol dan menodongkan ke arah wanita itu lalu beralih ke pemilik toko yang berdiri tak jauh dari pelayan toko perhiasan. Semua terdiam kecuali pemilik toko yang mendekat ke arah Nang Bey, "kami akan menyelidikinya, namun jika kami tidak menemukannya, itu bukan kesalahan kami." Senyuman merekah di bibir Nang Bey, ia mengangguk lalu menurunkan pistolnya, pemilik toko menekan panggilan pada rekannya, proses pun berlangsung begitu lama karena harus menghubungi dari toko ke toko lainnya. ** Di tempat yang berbeda saat ini B
Mau tidak mau saat ini Barnard harus mengikuti George demi nyawa seseorang, entah kenapa dengan Flow ia begitu lemah padahal ia sudah terbiasa membunuh tapi tatapan Flow yang mengiba membuat Barnard kasihan pada wanita itu. "Kirim mobilku kesini!" perintah Barnard pada Edward. "sedang dalam perjalanan." Edward keluar dari rumah lalu menyalakan mesin motor kemudian pergi begitu saja.Kemarin ban mobil Barnard meledak karena George jadi George harus bertanggung jawab atas kesalahannya dan secepat mungkin membawa mobil Barnard ke bengkel tapi saat ini George sedang ada urusan jadi Edward yang akan menggantikan George sementara waktu. "Terus apa rencana selanjutnya," lanjut Barnard sambil menatap laki-laki yang pernah menjadi bosnya dulu sekaligus laki-laki yang ingin menghabisi nyawanya beberapa kali. Carlos tersenyum kecil saat melihat kesombongan pada diri Barnard saat ini, sebenarnya tanpa dirinya Barnard tidak akan sejauh ini. Mungkin juga tidak akan bertemu orang-orang kuat."Ki
Di kota kithe, Barnard berdecak kagum saat melihat rumah penjudi terkenal yang begitu mewah. "Kau yakin?" Edwar terihat ragu sesaat setelah menatap wajah Barnard yang terlihat begitu kaku. "Kenapa tidak? Semua akan baik-baik saja." Barnard terlihat begitu percaya diri. Sungguh saat ini Barnard tidak menyadari kalau pemain judi terbaik tidak pernah membagi trik bermain termasuk pada orang terdekat sekali pun. Hanya bermodalkan keyakinan, Barnard yakin akan berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan. Cukup lama Edward manatap Barnard hingga Edward memutuskan meninggalkan Barnard di depan rumah orang yang begitu asing. "Semoga berhasil!" Edward menepuk bahu Barnard lalu pergi begitu saja setelah Barnard mengangguk mantap. Barnard memantapkan langkahnya lalu berjalan menuju gerbang seseorang menatap ke arah Barnard tidak suka. Bagaimana pun dari perbedaan kulit saja mereka sudah tahu kalau Barnard bukanlah warga lokal. "Mau apa?" Bodyguard berbadan tinggi dan tegap menghalang tubu
BAB 21 Di dalam ruangan kedap udara, tempat berkumpulnya para penjudi. Barnard saat ini sedang memandang wajahnya di cermin. Banyak bekas luka di wajahnya, perlahan Barnard mengusap bekas luka itu lalu tersenyum kecil. "Starla," lirih Barnard nyaris tidak terdengar. Setelah dirinya puas mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk, kini Barnard kembali menuju meja di mana Xiauli berada. Bosnya itu sedang bermain trik bersama rekan lainnya. Barnard terperanjat saat seorang wanita menghalang dirinya dan langsung menyentuh dadanya. Barnard menatap lama wanita yang berubah drastis di hadapannya. "Starla," guman Barnard, sementara wanita cantik itu hanya mengangguk. Sedangkan dari kejauhan sepasang mata menatap lalu mengambil gambar dengan cepat, lalu pergi begitu saja, sementara Barnard masih terpaku manatap wanita yang pernah membuatnya jatuh hati. "Pergi! Aku ada urusan." Barnard mendorong sedikit tubuh Starla agar memberinya jarak untuk lewat namun Starla bergeming. Saat Barna
Malam terus beranjak beberapa orang masih sibuk dengan dunia bisnisnya termasuk Barnard saat ini, di malam yang nyaris pergi ia masih berdiri di atas balkon sambil ke lantai bawah. Seseorang yang ia kenal sedang berada di sana sambil menodong pistol ke arah Xiauli, siapa lagi kalau bukan Jack Marker, pria itu dengan mudah menemukan kediaman Xiauli, tak heran karena Xiauli begitu banyak anak buah yang bisa ia andalkan. Barnard saat ini mencoba membidik Jack namun seketika ia sadar kalau orang seperti Jack Marker pasti banyak pengawal dan sniper ahli. Segera Barnard mengecek sekeliling, persis seperti dugaan Barnard, Jack membawa ahli snipernya untuk mencoba membunuh Barnard kali ini, sepertinya Jack mengingikan kematian Barnard segera. Setelah Barnard mengedarkan pandangannya sekeliling, benar saja ada cahaya dari pinggir pagar rumah yang berasal dari senjata anak buah Jack, cukup jelas terlihat dari atas balkon. Barnard seketika tersenyum sinis melihat tekat Jack yang begitu kuat
"Selesai." Barnanrd telah berhasil membongkar berankas berisikan sejumlah uang dan emas milik bosnya yang sombong itu. Tak sia-sia Barnard belajar membuat dan belajar secara otodidak sendiri di rumah saat berada di negaranya sendiri, walaupun tidak ada niat jahat saat itu tapi hari ini ilmu yang ia pelajari sangat berguna dan berarti untuknya. "Seseorang ada di kamar pribadi tuan Xiauli! " Teriak anak buah Xiauli dengan cepat mendekat dan mencari orang yang telah berani membobol ruang rahasia yang menyimpan banyak uang dan perhiasan di sana. Tak ada seorang pun di sana, sunyi padahal baru saja anak buah Xiauli mendengar suara gesekan benda yang begitu brisik dari ruangan itu. Sementara di luar ruangan Barnard melambaikan tangan lalu memasukkan semua hasil curiannya ke dalam mobil yang telah ia parkirkan lumayan jauh agar tidak ketahuan dan mereka tidak akan menuduhnya sebagaim pencuri. Pemberian sedikit uang oleh Xiauli tidak cukup bagi Barnard, ia ingin lebih dari itu namun mere
Dua hari berlalu, Barnard masih di rumah Shua, menunggu bukan hal menyenangkan namun Barnard tidak ingin menanyakan apa pun pada Shua tentang senjata yang wanita itu simpan. Beruntung mobilnya telah di antarkan oleh Edward kemarin, jika Barnard ingin meninggalkan rumah Shua pun akan lebih mudah. "Apa yang kau pikirkan?” Tiba-tiba Shua kini berada di samping sofa dimana Barnard sedang duduk. "Memikirkan senjata," jawab Barnard reflek. Sebenarnya Barnard sudah menjaga hal yang tak ingin dia ucapkan pada Shua. "Jangan hanya dipikirkan. Tanya saja, makan aku akan menunjukkannya padamu," kata Shua. Bergeser sedikit lalu duduk di sampaing Barnard kemudian menatap Barnard begitu dalam. Sebenarnya gadis manis itu ingin ada seseorang yang menemani hari-harinya yang sepi dan ada yang melindunginya. Shua meraih tangan Barnard lalu menggenggamnya. Seperti ada percikan api cinta di mata Shua namun tidak dengan Barnard. "Kau tahu? Senjata itu aku gunakan sebagai bentuk perlindungan diri namun