Share

Mulai Terbiasa

Malam sudah menyapa namun kota masih begitu ramai orang berlalu lalang. Riko masih terkulai lemah di lantai namun kesadarannya telah kembali, tangan kiri Riko berlahan ia gerakkan namun terasa berat.

Seketika Riko menoleh, lalu menarik tangannya lagi sekuat tenaga namun tetap saja tidak bisa. Tenaganya kini melemah.

"Bagaimana?"

George tersenyum lalu mengangkat tangan Riko yang tidak bisa bergerak samasekali, bukan iba tapi George malah begitu senang melihat Riko menderita seperti ini.

"Sial. Aku masuk ke dalam kandang harimau," lirih Riko dengan bahasa negaranya.

"Cukup bagus, ambil ini!" George melemparkan kartu ke arah Riko.

Riko mengambil kartu dengan tangan kanannya, cukup membuatnya terkejut karena fotonya terpampang jelas namun dengan nama berbeda. "Barnard?"

"Ya. Mulai saat ini kau akan menyandang nama Barnard, kuakui kau pria pemberani." Pria berkepala plontos mendekati Riko lalu menarik tangan kanan Riko.

Laki-laki yang menyandang gelar sebagai bos dalam kelompok mereka bernama Carlos. Bagi Carlos jika ingin banyak harta maka perlu usaha.

Mesin yang ada tinta kini mengotori tubuh Riko, laki-laki berdarah Cina bercampur Indonesia itu meringis menahan perih akibat tusukan jarum yang menembus kulitnya hingga Riko ingin menghantam tubuh Carlos namun tubuh Riko telah di lumpuhkan dengan cara di bius.

Semua ketika awal mula bergabung dengan Carlos akan mengalami hal yang sama, persis seperti yang dirasakan oleh Riko saat ini.

"Kau tahu Barnard? Di dunia ini tidak ada yang tulus, seperti aku sekarang ini, aku akan mengajarkan kamu ilmu bela diri setelah ini, lalu melatih menembak, apa kau mau?" Carlos terus menggambar di tangan kanan Riko yang kini ia panggil Barnard.

"Iya, aku mau tapi ...."

"Tak ada tapi Barnard." Carlos menekan jarum tatto hitam begitu dalam ke lengan Barnard.

Hingga membuat Bernard berteriak begitu histeris, jarum panas itu seakan membuatnya nyaris pingsan lagi saat ini, perih mulai terasa seluruh tangan kanannya hingga Barnard memejamkan matanya begitu lama. Andai tangan kirinya tidak di lumpuhkan mungkin Barnard akan memukul kepala Carlos dengan sekuat tenaganya.

.

"Selesai. Apa kau suka, Barnard?" tanya Carlos sesaat setelah bangkit dari duduknya di lantai.

Riko atau dengan gelar baru Barnard hanya diam, ia enggan bersuara jika kata-katanya akan salah lagi di telinga Carlos. Berlahan Barnard menggerakkan tangan kirinya lalu menggerakkan kakinya. Barnard cukup senang karena ia masih bisa berjalan dan menggunakan tangannya kembali, nyatanya memang bius yang diberikan oleh George hanya bertahan dalam waktu dua jam, setelah itu akan kembali seperti semula walaupun masih merasakan keram.

"Ayo ikut!" ajak George pada Barnard yang baru saja bangkit dari duduknya.

Barnard merasa bumi ini seperti bergoyang, padahal nyatanya ia yang terlihat seperti bayi yang baru saja berlatih berjalan.

"Kita akan berlatih di sini," kata George sesaat tiba di ruangan kedap udara, ruangan yang penuh dengan alat untuk belajar bela diri.

Cukup lama Barnard memandang benda-benda yang terlihat asing menurutnya tapi begitu familiar di mata George.

Edward yang akan melatih Barnard terlebih dahulu karena Edward adalah anggota paling terakhir sebelum Barnard.

"Kau tahu? di sini tidak ada anak tiri dan anak kandung." Edward melemparkan training gloves ke arah Barnard padahal laki-laki yang kini masih merasakan pusing itu berharap ada sedikit keringanan untuknya.

"Tunggu-tunggu, tolong jawab satu pertanyaanku," kata Barnard sambil mengambil training gloves yang terjatuh di depannya.

Edward hanya memiringkan kepalanya pertanda ia ingin mendengarkan pertanyaan orang baru dalam kelompoknya.

"Apa bisnis kalian? Kenapa harus berlatih dan menaati peraturan yang menurutku tidak penting samasekali," lanjut Barnard, matanya menatap Edward tanpa berpaling. Sungguh saat ini Barnard berjaga-jaga karena takut dengan serangan tiba-tiba seperti sebelumnya.

"Apa kau buta? Kartu nama George itu palsu, dia menipumu. Kelompok kami hanya mengambil apa yang berlebihan pada orang-orang kaya di luar sana, untuk kesenangan kami dan ...."

"Cukup!" George memotong perkataan Edward lalu mendekat ke arah dua orang yang ingin berlatih tinju.

Dengan gerak cepat George memukul wajah Edward hingga membuat Edward terhuyung, Pukulan George tidak main-main, peraturan kelompok tidak boleh membocorkan misi rahasia belum orang itu benar-benar bergabung dan mengikuti mereka beberapa bulan.

George kembali memerintahkan kepada Edward agar segera melatih Barnard, karena George yakin kalau orang yang hatinya sedang sakit maka ia akan lebih bersemangat menjalani misinya terlebih seperti Barnard yang tergiur dengan uang berlimpah.

.

Jam terus berdetak hingga kini cukup larut untuk mereka berlatih, keringat membasahi tubuh keduanya, mereka terbaring bersamaan di lantai sambil mengusap perut masing-masing.

Terlebih Barnard yang tidak makan sejak siang tadi, dan ia juga mendapatkan kekerasan bertubi-tubi hari ini.

"Kau lapar?" tanya Edward pada Barnard yang sedang menatap langit-langit gedung mewah yang ia tempati bersama kelompoknya.

"Ya, aku tidak memiliki uang," ujar Barnard lalu menoleh ke arah Edward.

"Bangun dan bersihkan dirimu, kita akan mencari makanan, tapi kau harus berjanji jangan kabur," terang Edward.

"Aku berjanji."

"Kami memiliki banyak anggota, jika sampai kau kabur maka kami tidak akan segan-segan menghabisi nyawamu," ucap Edward lalu meninggalkan Barnard sendiri.

Menghela napas kasar lalu Barnard keluar dari ruangan pelatihan namun tangan George menarik tangannya kasar.

"Kau ingin keluar dengan Edward? Jika kau berniat kabur maka akan kupastikan kau habis di tanganku," ancam George.

Malas menanggapi perkataan George, Barnard menepis tangan George kasar, "aku ingin mandi, tunjukkan kamar mandi."

Hari ini Barnard cukup lelah menerima kenyataan bahwa dirinya begitu menyedihkan, saat George menunjuk ke arah kamar mandi Barnard langsung menuju ke kamar mandi setelah mengambil handuk yang entah milik siapa yang terlipat rapi di dalam lemari yang terletak di sudut ruangan.

Sesampainya di dalam kamar mandi Barnard menangis, ia mengusap air matanya yang terus saja mengalir. Sungguh perkataan Jack Marker ada benarnya, hidup di luar negeri begitu sulit.

Barnard menyentuh tatto di tangan kanannya lalu meraba bekas luka tusukan tadi hingga Barnard mendesis merasakan perih yang masih tersisa terlebih rasa keram karena pukulan Edward tadi nyaris membuatnya pingsan.

"Jika ini takdir maka aku akan menjalaninya tanpa menyerah," lirih Barnard lalu memindai wajahnya di cermin.

Barnard meludahi lantai ketika mengingat perlakuan Jack Marker padanya, ayah kekasih hatinya sungguh benar-benar tidak punya hati. Mungkin jika Barnard kaya ia akan disanjung dan dipuja oleh Jack namun sayang keberuntungan tidak berpihak padanya.

Cukup lama Barnard berada di dalam kamar mandi hingga pintu kamar mandi diketuk begitu kuat oleh Edward.

"Kau baik-baik saja anak baru!"

"Ya." Suara Barnard terdengar bergetar membuat Edward tersenyum.

"Jangan menangis seperti anak kecil kalau sedang lapar, cepat bersihkan dirimu. aku benci menunggu," ucap Edward.

Belum lama Edward mengeluarkan kata-katanya, kini tubuh Barnard sudah berada di samping Edward.

"Aku suka ini."

Edward tersenyum sinis lalu berjalan terlebih dahulu di depan Bernard. Laki-laki pemilik nama asli Riko hanya mengikuti dari belakang karena memang dia tidak tahu seperti apa kota yang ia tinggal saat ini.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
🌹azizahaisyah🌹n
tetap semangat untuk berkarya dan sehat selalu abang biru lanjut ............
goodnovel comment avatar
Ipin Upin
walau gx tau pekerjaan apa yg bakal.di geluti,,moga mnjadi awal yg baik,agar tdk slalu di rendah kan,,,
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
nama Baru pekerjaan Baru juga semoga km sukses Barnard n bisa membeli omongan jack marker pk uangmu biar g sombong tuh pak tua
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status