Share

Bab 8

Ardi dan Widia sibuk di kantor, mereka sedang menangani proyek pembangunan Hotel. Widia yang memang sekertaris Ardi, selalu mendampingi Ardi. Widia yang awalnya sekertari baru Ardi, berhasil menggoda Ardi. Sedangkan Ardi yang pada dasarnya suka main perempuan, menerima dengan senang perlakuan Widia yang selalu menggoda Ardi.

Widia merasa di atas angin bisa menyingkirkan Astri dari kehidupan Ardi. Widia merasa bangga bisa mendapatkan Ardi dan membuat Astri tersingkir. Namun satu hal yang Widia tidak tahu, bukan hanya dirinya yang menjadi kekasih Ardi di belakang Astri. Masih banyak wanita lain yang selalu Ardi kencani dan di beri janji manis, untuk di nikahi.

Sekarang Widia merasa menang, bisa mendapatkan Ardi. Namun untuk kedepan entah bagaimana nasib Widia. Ketika sedang asyik memperhatikan Ardi, tiba-tiba handphone Ardi berdering. Ardi menatap Widia yang berada di meja kerjanya. Ardi langsung megambil handphone dan melihat ada pesan masuk. Sebelum membaca pesan itu Ardi menatap Widia yang juga menatap Ardi.

"Siapa mas?" tanya Widia.

" Oh ... Ini pesan dari Pak Agung," jawab Ardi gugup. Lalu Ardi membuka pesan masuk.

[Jadi makan siang bareng sayang?]

[Jadi sayang,tunggu aku jemput!] Balas Ardi cepat. Lalu Ardi memasukan handphone ke saku celana,dan membereskan meja kerjanya.

Ardi bergegas keluar menuju pintu. Widia yang melihat Ardi keluar menghentikan Ardi," Mau kemana mas? Kok buru-buru?"tanya Widia saat Ardi hendak membuka pintu.

"Hem ... Itu... Aku lupa sayang,ada janji dengan pak Agung!" jawab Ardi sedikit terbata.

"Loh bukan nya Minggu depan ya! Lagian, hari ini Mas gak ada jadwal ke luar!"tanya Widia sedikit curiga.

"Barusan chat katanya minta ketemu hari ini. Aku pergi dulu ya! Kamu masih banyak kerjaan kan sayang! Jadi aku aja yang pergi!" Ardi mencoba menahan Widia untuk ikut.

"Ya sudah Mas hati-hati ya! Biar aku yang beresin sisa kerjaan Mas di sini!" jawab Widia lembut, sebenarnya Widia berharap di ajak Ardi. Namun, dia juga membenarkan ucapan Ardi. Kalau pekerjaannya memang menumpuk, harus di selesaikan.

Ardi bernafas lega, karena Widia gampang sekali di bohongi. Ardi berpikir Widia sama saja dengan Astri yang bisa di manfaatkan. Bedanya Widia lebih modis ketimbang Astri.

Ardi buru-buru keluar menuju parkiran. Takut Widia berubah pikiran dan merengek minta ikut. Bisa kacau menemui kekasih barunya kalau Widia ikut pikir Ardi.

Setelah sampai parkiran Ardi, memasuki mobilnya. Dia berniat menjemput Marsha, kekasih baru Ardi.

*****

Di Hotel, Syifa, Alin, dan Astri. Berniat pergi menemui Pak Herdi, Ayah dari Alin sekaligus mertua Astri. Mereka tengah bersiap pergi ke cafe yang di janjikan Ayah mereka.

Setelah Empat puluh menit di perjalanan. Akhirnya mereka sampai di tempat yang sudah Ayahnya pesan kan.

Mereka lantas turun dan mulai memasuki Cafe yang Herdi pesan kan. Ketika membuka pintu saat hendak masuk. Astri melihat Pak Herdi sudah datang. Alin, Syifa, dan Astri pun mulai melangkah namun langkahnya terhenti ketika dari tempat nya saat ini, terlihat Herdi berdiri lalu berjalan ke arah meja lain.

Betapa terkejutnya, Astri saat tau yang di datangi Ayah mertuanya, adalah anak laki-lakinya. Alias suami Astri, yang bentar lagi akan menjadi mantan Suami. Dalam hati, Astri merasa muak bila harus bertemu calon manta Suaminya.

Yang lebih mengejutkan lagi, wanita yang sedang bergelayut manja di lengan suaminya. Bukan Widia melainkan perempuan lain, bahkan Astri tak pernah melihatnya.

Benar-benar tak habis pikir, bisa-bisanya suaminya berbuat seperti itu. Bukankah Widia tengah hamil. Kenapa Mas Ardi masih bermain perempuan. Bukannya sudah mendapat istri yang di harapakannya.

Astri langsung mengajak Syifa dan Alin keluar lagi, sebelum Ardi menyadari keberadaannya. Alin yang juga melihat kakak satu Ayahnya berada di tempat yang sama. Hanya mengikuti tanpa bertanya. Mungkin Alin ngerti Astri tidak mau bertemu Ardi.

"Aku chat Ayah ya kak! Kita pindah ke cafe sebelah. Nanti aku suruh Ayah nyusul. Biar kakak gak ketemu Mas Ardi." Astri hanya mengangguk sebagai jawaban, syukurlah Alin bisa mengerti dan cukup peka terhadap apa yang Astri mau.

Lalu mereka berjalan ke Cafe yang tidak jauh. Alin mengirim pesan kepada Ayahnya. Kalau mereka sudah sampai dan menunggu di Cafe sebelahnya.

****

Di sisi lain Herdi yang tadi sedang menunggu Astri. Melihat sepasang kekasih yang berada di depan mejanya. Herdi mengenal lelakinya namun Herdi belum tahu perempuan yang datang bersama anaknya.

Herdi berjalan mendekat ke meja Ardi. Saat semakin dekat, Herdi bisa melihat wajah wanita yang di gandeng Ardi saat masuk. Herdi terkejut ternyata bukan Widia. Melainkan wanita lain yang baru Herdi lihat. Herdi langsung semakin mendekat.

"Ardi?" panggil Herdi kepada putranya.

"Aya - -ah!" jawab Ardi terbata, Ardi kaget melihat Ayahnya ada di sini." Ayah sedang apa? Sama siapa ayah kesini?" lanjut Ardi sambil menengok kanan kirinya. Seperti sedang mencari seseorang.

"Ayah ada janji dengan teman! Kamu sendiri? Kok bisa di sini? Ini kan jauh dari kantor kamu!" jawab Herdi.

Herdi tau anaknya sedang gugup. Mungkin Ardi takut Herdi akan menceritakan pertemuan Ardi dengan membawa perempuan lain. Pada kenyataannya Herdi tidak peduli. Herdi malas untuk mencampuri kehidupan anak laki-lakinya.

Saat Ardi akan berbicara tiba-tiba handphone Herdi berbunyi. Herdi langaung mengambil dan membuka handphonenya. Membuat Ardi yang hendak bicara kembali menutup mulutnya.

[Ayah,Alin tadi sama kak Astri sudah di Cafe yang ayah janjian,tapi kami keluar lagi. Kak Astri engga mau ketemu Mas Ardi. Jadi kita pindah tempat, ke Cafe sebelahnya. Alin tunggu ya Ayah!]

Setelah membaca pesan dari Alin. Herdi memasukan kembali handphonenya. Tak ingin berlama-lama, Herdi pamit keluar pada anaknya. Ardi yang melihat Herdi pamit pergi merasa senang dan lega. Akhirnya Ardi lepas dari Herdi.

Ardi bisa bebas bersama kekasih barunya tanpa harus d ketahui ayahnya. Dia berniat bersenang-senang hari ini bersama wanita yang dia pacari dua Minggu terakhir ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status