Share

Bab 9

Author: Chau08
last update Last Updated: 2022-06-10 11:04:38

Astri menunggu kedatangan Ayah mertuanya. Dia cukup was-was, takut jika suaminya melihat dirinya. Sungguh Astri benar-benar tidak ingin melihat suaminya. Dia ingin segera bercerai, namun keadaan tidak memungkinkan untuk saat ini. Dengan terpaksa Astri harus menunda keinginan yang satu ini.

"Maaf, Ayah lama ya?" tanya Herdi mengagetkan Astri yang sedang melamun.

"Ayah!" Alin langsung mengahmbur ke pelukan Ayahnya. Lalu Astri menyalimi Herdi, begitupun dengan Syifa. Herdi memeluk Syifa dan mendudukkan Syifa di pangkuannya.

" Kakek ... Syifa berat ya! Jangan pangku nanti kake pegel. Syifa udah gede nanti kake keberatan,"kata Syifa pada kakeknya.

" Kakek masih kuat pangku Syifa! Kakek juga kuat gendong Syifa," ucap Herdi sambil tetap memangku Syifa.

"Syifa kan udah gede kek, pasti Syifa berat," bantah Syifa yang kekeuh merasa bukan anak kecil lagi.

"Iya ... Iya cucu kakek udah besar sekarang,"Herdi mengalah kepada cucu kesayangannya.

"Ayah apa kabar?" tanya Astri.

"Ayah baik nak, malah Ayah merasa jauh lebih baik." Herdi tersenyum yakin pada Astri. Mereka memesan makan, sambil makan siang merekapun, bercerita kegiatan yang mereka lakukan selama tidak tinggal bersama. Herdi tampak senang mendengar cerita Alin dan celotehan Syifa. Herdi melihat binar di mata anak bungsunya. Yang selama ini tak pernah terlihat. Dia tahu Alin nyaman dan bahagia tinggal bersama Astri.

"Dek?" panggil Astri ke pada Alin.

" Iya kak!" jawab Alin.

"Bawa Syifa main di depan ya! Kakak mau bicara sama ayah." Astri menunjuk ke arah depan Cafe yang terdapat taman mini. Yang di kelilingi kolam-kolam kecil.

Alin yang mengertipun, mengajak Syifa melihat kolam dan taman kecil yang masih di area Cafe.

Setelah melihat Alin dan Syifa pergi. Herdi memberikan Map yang sedari tadi di bawanya." Ini surat-surat kepindahannya Alin sama Syifa nak,"Astri menerima Map yang di berikan Herdi.

"Ayah?" Astri terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Herdi yang mulai terlihat tidak tenang, Herdi takut terjadi sesuatu.

" Semua baik Ayah. Tapi ...?" Astri mendadak susah berbicara dia ragu apa Ayah mertuanya mau membantu atau tidak.

"Katakan nak! Jangan ragu!" ucap herdi meyakinkan Astri.

"Ayah aku mau menunda perceraian dengan mas Ardi," jawab Astri pelan. Herdi yang mendengar ucapan Astri hanya diam. Sedangkan Astri yang melihat Herdi diam, merasa Ayah mertuanya marah.

Setelah cukup lama diam Herdi akhirnya berbicara," apa masih mencintai Ardi ?" tanya Herdi pada Astri.

" Tidak Ayah!" bantah Astri cepat.

"Lalu, kenapa?" tanya Herdi mulai bingung.

"Ada satu alasan Ayah, kenapa aku menunda perceraian dengan mas Ardi," ucap Astri.

"Apa alasannya Syifa?" tanya Herdi lagi. Karena Herdi berpikir hanya Syifa yang akan menjadi alasan Astri menunda perceraian. Namun di luar dugaan Herdi. Astri justru menggelengkan kepala, yang berarti bukan karena Syifa. " Lalu apa nak?" sungguh Herdi tidak sabar mendengar alasan menantunya ini.

"Astri hamil Ayah!" ucapan Astri membuat Herdi langsung menegakan badannya. Herdi takut salah mendengar sebab Astri berbicara sangat pelan.

"Kamu hamil?" tanya Herdi sedikit lantang, membuat Astri yang tadinya menunduk langsung tegak karena terkejut dengan suara ayah mertuanya. Seakan sadar Herdi mengulang pertanyaannya dengan lebih pelan.

Astri yang di tanya keduakalinya, hanya mengangguk lemah. Dia bingung harus berkata apa. Dia juga tidak bisa menebak isi hati mertuanya. Bisa senang, bisa juga tidak.

Senyum terbit di bibir Herdi, sungguh ini berita baik menurut Herdi." Apa Ayah punya cucu lagi?" Herdi bertanya dengan nada yang berbeda. Dia terlihat senang saat bertanya dan penuh harap.

" Iya Ayah. Ayah akan punya cucu lagi. Jadi bisakah Ayah menahan perceraian sampai anakku lahir?" Astri kembali bertanya dengan penuh harap. Dia tidak bisa membayangkan kalau anaknya belum lahir, namun dia resmi bercerai.

" Tentu... Tentu saja Ayah akan menunda perceraian kalian. Ayah tidak mau cucu Ayah jadi bahan ejekan orang. Kalau perlu sampai cucu Ayah bisa berjalan.haha..haha.." sungguh Herdi merasa senang sampai tidak bisa menghentikan tawanya.

Melihat Ayah mertuanya tertawa, Astri merasa lega. Dia bisa minta tolong sepenuhnya kepada Ayah mertuanya. Untuk urusan perceraian dengan suaminya.

"Ayah, boleh minta satu hal lagi?"

" Boleh, kamu mau minta apa nak?" Herdi berpikir Astri ngidam, dia dengan semangat akan menuruti ngidam cucunya.

"Jangan ada yang tahu soal kehamilan Astri. Astri tidak mau kehamilan Astri di manfaatkan mas Ardi!" Herdi yang tau ketakutan Astri menyetujui merahasiakan kehadiran cucunya kelak. Biarlah mereka tidak tahu, tidak ada untungnya juga kalau mereka tau pikir Herdi dalam hati.

Astri akhirnya bisa benar-benar bebas meninggalkan Ibu kota. Karena Ayahnya siap membantu membereskan percerainnya. Setelah selesai berbicara dengan Herdi, Astri memanggil Alin dan juga Syifa.

Cukup lama mereka berbincang dan bercanda, Astri memutuskan untuk kembali ke Hotel. Dia harus berkemas, dan memastikan semua lengkap. Karena semua berkas kepindahan sudah dapat. Astri memutuskan pergi besok pagi.

Astri menghubungi asistennya. Meminta memesankan tiket penerbangan untuk tiga orang. Dan Astri meminta Maya untuk sementara mengurus urusan kantor. Sampai Astri melahirkan nanti. Dia sudah menceritakan semua kepada Maya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 26

    Hari ini Astri, Alin, Syifa, dan juga Reta. Mereka akan pergi berlibur, karena Astri yang tengah hamil, jadi mereka memutuskan liburan kali ini hanya mengunjungi tempat-tempat indah di kota Bandung.Rencana pertama mereka akan mengunjung Maribaya. Mereka akan menginap dan menghabiskan waktu selama beberapa hari di sana.Mereka memilih Glamping di Maribaya. Suasan yang sejuk, pemandangan yang indah, ada juga wahana bermain untuk Syifa, juga spot foto untuk Alin dan Reta.Alin dan Reta asyik menikmati pemandangan sekitar, apalagi Alin yang selama ini hanya terkurung di rumah. Alin begitu senang bisa pergi berlibur, dia dan Reta berfoto, lalu memposting di akun sosial medianya.“Alin, yang ini bagus deh ftonya!” ucap Reta.“Ihh iya , ta! Bagus coba kamu yang post nanti tag ke aku ya!” pinta Alin pada Reta.Reta pun langsung memposting fotonya bersama Alin. Banyak komen dan laike di akun sosmed nya Reta. Apalagi mereka berdua cantik di tambah background pemandangan yang mendukung.Se

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 25

    Setelah mengantar Syifa dan Aline. Astri tidur kembali, karena tiba-tiba dia merasa mual dan lemas.Saat tengah tidur tiba-tiba handphone Astri berdering. Astri bangun melihat siapa yang menelepon.‘ayah , ada apa ya?’ gumam Astri pelan, langsung mengangkat telepon dari Ayah.[Assalamualaikum, ayah].[Waalaikumsalam,nak! Ayah ganggu ya? Kayanya lagi tidur ya?][Tidak yah, tadi ketiduran, hehe,,, ada apa yah?][Tumben jam segini tidur,nak? ][Tadi pagi mual lagi ,yah! Jadi tiduran . Eh malah keterusan tidur!][Pasti lemes ya ,nak? ][Iya ayah, makanya Astri udah ga ke kantor lagi. Pasti repot kalau mual di kantor.][Iya ayah setuju, baiknya kamu Istirahat di rumah, nak .][Iya ayah][Oh iya Ayah sampai lupa, Ayah mau ngabarin, nanti sore Ayah pergi ke tempat proyek yang di Kalimantan,ya][Ayah, serius. Ayah bisa pergi kesana?][Iya, kemarin Ayah sudah mengundurkan diri, kebetulan atasan Ayah mengijinkan][Loh , Ayah keluar? Bukannya Ayah bilang mau ijin ya?][Tadinya Ay

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 24

    Alin dan Syifa pulang ke rumah telat, karena Alin ada kelas ekskul tambahan. Syifa dengan senang hati menemani Alin. Jadilah mereka sampai di rumah hampir Maghrib.Saat memasuki rumah mereka tidak melihat keberadaan Astri. Akhirnya mereka memutuskan pergi mandi dan bersih-bersih. Selesai mandi Alin mengerjakan tugas sekolahnya. Untuk di kumpulkan besok. Setelah selesai Alin keluar, dia duduk di balkon kamarnya, sambil menikmati angin malam.Alin selalu bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ia jalani. Kakak yang baik, keponakan yang menemani, Ayah yang sangat menyayanginya walau pun jauh.Tak pernah terpikir sebelumnya Alin bisa bebas dari pahitnya , kehidupan sebelumnya, sekarang Alin merasa semua yang dia inginkan bisa dia dapat.“Dek?” . Alin terkejut saat ada yang memanggil dan menepuk bahunya, sepontan Alin langsung menengok ke belakang.“Kakak panggil dari tadi loh! Ga taunya lagi di sini!” ucap Astri.“Eh iya ,kak! Kenapa?” balas Alin , masih dengan muka terkejutnya.“

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 23

    Ketika Astri bangun, dia langsung mandi, dan berpakaian. Dia berniat bertemu dengan pemuda aneh, yang di temui beberapa hari ini. Yang selalu mengganggunya.Setelah selesai Astri turun ke bawah, dia mencari BI Ina, ternyata BI Ina, sedang di dapur.“Bi?” Sapa Astri.“Loh, neng bikin kaget bibi saja!” “Iya, habis bibi serius benar. Lagi apa sih BI?” Tanya Astri penasaran.“Ini loh bibi lagi coba masakan baru neng, bibi dapat resep dari hape!” Seru BI Ina senang.“ Oh gitu, toh! Ehm BI?”“ Kenapa neng? Ada mau sesuatu? Biar bibi buatkan!”“Enggak kok bi, Astri cuman mau titip pesan. Astri mau keluar sebentar. Nanti kalau Syifa sama Alin, pulang bibi bilang aja Astri , mau bertemu teman ya!” ucap Astri menjelaskan.“siap ,neng!” balas BI Ina yang masih fokus pada bahan masaknnya.“ya udah, Astri pamit BI, assalamualaikum!” setelah mendapat jawaban dari BI Ina. Astri langsung pergi keluar.Astri memilih membawa mobil sendiri untuk bertemu dengan Devan. Biar mang Ujang bisa jemput, anak-a

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 22

    POV AstriHari ini aku di rumah sendirian, tadi pagi saat akan berangkat kerja, tiba tiba aku sedikit pusing dan merasa lelah. Aku bingung kehamilanku yang sekarang lebih mudah lelah. Tak jarang pula aku merasa malas melakukan sesuatu.Saat kehamilan Syifa aku masih bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tapi sekarang bawaannya lelah dan malas. Akhirnya aku memutuskan hanya rebahan di kasur yang sangat nyaman ini.Ah, aku melupakan sesuatu! Aku harus mencari orang untuk mengecek proyek di luar pulau. Sepertinya aku tau harus meminta tolong siapa. Akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya.[Assalamualaikum, ayah][Waalaikumsalam, nak][Apa kabar, Ayah? Ayah sehat kan?][Alhamdulillah, ayah sehat! Gimana kabar kamu? Alin dan Syifa baik,nak?][Alhamdulillah, kami di sini baik Ayah! Ayah jangan khawatir,][Syukurlah kalau kalian baik! Tumben telepon Ayah? Kamu tidak sibuk kerja,nak?][Tidak, Ayah. Sudah dua hari aku di rumah. Akhir-akhir ini aku mudah lelah, bawaannya malas terus

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 21

    Pagi ini Astri tidak berangkat ke kantor, setelah mengantar Alin dan Syifa, Astri kembali pulang ke rumah. Astri sedang memikirkan orang yang akan Astri percayakan mengurus pembangunan di luar pulau. Tiba-tiba Astri teringat seseorang. Ya Astri sudah tau siapa orangnya. Astri memutuskan untuk meneleponnya nanti siang.Astri lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di ranjang. Astri teringat akan suaminya. Suami yang dulu sangat Astri cintai. Namun, sekarang rasa cintanya sedikit menghilang, tergantikan dengan rasa kecewa dan benci.Di depan semua orang Astri bisa terlihat tegar, akan tetapi bila sedang sendiri Astri selalu teringat saat, di mana suaminya begitu sempurna di matanya.Dulu sempat suaminya begitu memanjakannya, di awal Astri merasa jatuh cinta pada suaminya. Namun itu hanya bertahan tiga tahun lamanya. Sampai sekarang Astri belum tahu penyebab suaminya berubah. Yang pasti ada campur tangan Ibu mertuanya.Saat sedang membayangkan sikap manis suaminya, tiba-tiba handphone As

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status