Share

Bab 7

Author: Chau08
last update Last Updated: 2022-06-09 12:55:25

POV Astri.

Aku membuka mata, mencoba bangun namun kepala aku terasa pusing. 'kok aku ada di kamar? Perasaan tadi di kolam renang!' lalu aku melihat sekeliling namun tak ada orang. Syifa dan Alin juga entah kemana.

Aku menyenderkan tubuh ke kepala ranjang. Tak lama seperti ada yang membuka pintu. ternyata Alin dan Syifa yang masuk.

" Loh, kalian dari mana ?" tanyaku pelan.

" Kakak sudah bangun? Kak Astri haus? Mau minum ?" tanya Alin, terlihat panik. Memang nya apa yang terjadi sehingga Alin terlihat panik dan khawatir.

" Mama..?" tiba-tiba Syifa naik ke ranjang dan memelukku. Aku heran dengan dua bocah ini. Sebenarnya apa yang terjadi.

"Kok kak Astri malah bengong? Kaka mau minum?" tanya Alin lagi.

" Kakak kenapa dek? Kok bisa di kamar?

" Bukannya tadi kalian lagi berenang ya?"

Pertanyaan yang dari tadi ku tahan akhirnya lolos juga.

"Kakak ga kenapa-kenapa kok! Tadi kakak pingsan di kolam renang!" jawab Alin. Aku baru ingat, ketika di pinggir kolam aku merasa pusing dan tidak ingat apa-apa lagi.

"Terus siapa dek yang bawa Kaka? Ga mungkin kalian berdua kan?" tanya ku memastikan.

" Bukan ma, tadi yang gendong mama om yang kerja di hotel ini!" jawab Syifa cepat. Yang ku balas anggukan saja.

" Tadi ada Dokter yang periksa kakak!" Ucapan Alin ,aku menantap Alin. Aku meminta penjelasan secara jelas.

"Kata Dokter Kaka...."

"Kakak kenapa ?" bukan menjawab Alin malah diam sambil senyum-senyum. Membuat aku kesal sekaligus penasaran.

"Mama hamil" celetuk Syifa membuat aku diam.

" Mama sakit?" Syifa bertanya.

" Alin...?" Aku menatap Alin. Namun Alin malah senyum dan mengangguk. Ya Allah, kenapa engkau menitipkan anugrah kepada ku di saat seperti ini. Aku bingung harus bagaimana. Bukan aku menolak anugrah yang kau beri. Aku hanya belum tahu harus bagaimana. Sedangkan aku dan suamiku akan bercerai. Sungguh aku benar-benar bingung harus memberi tahu suamiku. Tapi aku tidak mau kembali ke pada mas Ardi. Aku sudah muak dengan apa yang di lakukan mas Ardi.

"Kakak ok?" Alin menepuk bahuku membuat aku tersadar dari lamunan ku.aku mengangguk kaku. Lalu aku menatap Syifa.

"Mama kenapa ?" tanya Syifa.

"Syifa mau punya adik?" tanyaku hati-hati. Aku takut Syifa keberatan mempunyai adik. Aku takut di saat adiknya lahir, namun Syifa tidak mau menerimanya.

"Kakak mau kok ma punya adik! Jadi kakak ada temennya!" jawab Syifa senang. Namun aku mengerutkan kening ku bingung.

"Kakak?" Tanyaku menatap Syifa.

"Iya kakak! Kan Syifa mau punya adik mah, jadi Syifa di panggil kakak dong!" jelas Syifa senang. Syukurlah kalau Syifa tidak keberatan. Aku jadi tau apa yang harus aku lakukan.

"Alin telpon ayah dek, coba tanya Ayah! Surat-surat pindahan nya gimana?" tanya ku pada Alin.

"Alin chat ya kak, kalau di telpon takutnya Ayah lagi sama 'nek lampir' hehehe," jawab Alin, sekarang Alin terlihat lebih ceria, dan banyak berinteraksi tidak selalu diam. Syukurlah ada kemajuan pada Alin. Mungkin merasa bebas sekarang tidak tertekan lagi.

"Ya sudah coba chat Ayah sekarang!" Alin langsung mengambil hp dan menanyakan pada Ayah."bilang ayah kakak mau sekalian bertemu ayah! Ada yang mau Kakak omongin dek!" Alin mengangguk dan melanjutkan mengirim pesan kepada ayahnya.

****

Saat ini Herdi sedang menunggu di sekolah Syifa. Herdi tentu saja merasa senang bisa membantu cucunya. Apalagi selama ini, hanya Syifa yang menganggap herdi sebagai kakek. Saat sedang menunggu tiba-tiba handphone Herdi berbunyi. Sebuah pesan masuk, Herdi langsung saja membuka nya.

[Ayah?] Ternyata pesan dari Alin Herdi lekas membalas pesan Alin.

[ Kenapa nak?]

[Kak Astri nanya soal surat pindahnya Alin sama Syifa yah.]

[Iya, ini ayah lagi di sekolah Syifa. Nunggu wali kelasnya Syifa!]

[Kata kak Astri Ayah bisa antar? Ada yang mau kak Astri omongin sama ayah!]

[Bisa nak, nanti kalau udah selesai Ayah kabarin ya!]

[Ok, makasih Ayah! Nanti Alin bilangin kak Astri.]

[Iya ]

Herdi lega akhirnya anaknya bisa menikmati hidup. Herdi merasa Allah baik padanya, di saat sudah lelah menghadapi beban nya. Allah mengirimkan seseorang, untuk membantunya mengangkat beban, yang bertahun hinggap di pundaknya. Sungguh beruntung Herdi mempunyai menantu sebaik Astri.

Herdi bertekad akan membantu Astri dalam segala hal. Meskipun dia bercerai dengan anaknya. Herdi akan tetap menganggap Astri sebagi anaknya. Dan akan melindungi Astri seperti dia melindungi Alin. Bedanya sekarang Herdi lebih berani karena Alin sudah bebas dari ancaman istrinya. Herdi tidak mau tunduk dan di perbudak oleh istrinya lagi. Cukup selama ini dia mengalah.

Setelah mendapat surat-surat yang di perlukan, Herdi memasukan ke dalam tasnya. Lantas Herdi lekas pulang,karena hari sudah sore herdi memutuskan besok untuk bertemu Astri dan menyerahkan surat-surat nya.

Sampainya di rumah herdi tidak melihat ada orang. Ternyata semua sedang pergi, Herdi segera masuk ke kamar untuk mandi dan beristirahat. Herdi tidak sabar bertemu dengan putri-putrinya dan juga cucunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 26

    Hari ini Astri, Alin, Syifa, dan juga Reta. Mereka akan pergi berlibur, karena Astri yang tengah hamil, jadi mereka memutuskan liburan kali ini hanya mengunjungi tempat-tempat indah di kota Bandung.Rencana pertama mereka akan mengunjung Maribaya. Mereka akan menginap dan menghabiskan waktu selama beberapa hari di sana.Mereka memilih Glamping di Maribaya. Suasan yang sejuk, pemandangan yang indah, ada juga wahana bermain untuk Syifa, juga spot foto untuk Alin dan Reta.Alin dan Reta asyik menikmati pemandangan sekitar, apalagi Alin yang selama ini hanya terkurung di rumah. Alin begitu senang bisa pergi berlibur, dia dan Reta berfoto, lalu memposting di akun sosial medianya.“Alin, yang ini bagus deh ftonya!” ucap Reta.“Ihh iya , ta! Bagus coba kamu yang post nanti tag ke aku ya!” pinta Alin pada Reta.Reta pun langsung memposting fotonya bersama Alin. Banyak komen dan laike di akun sosmed nya Reta. Apalagi mereka berdua cantik di tambah background pemandangan yang mendukung.Se

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 25

    Setelah mengantar Syifa dan Aline. Astri tidur kembali, karena tiba-tiba dia merasa mual dan lemas.Saat tengah tidur tiba-tiba handphone Astri berdering. Astri bangun melihat siapa yang menelepon.‘ayah , ada apa ya?’ gumam Astri pelan, langsung mengangkat telepon dari Ayah.[Assalamualaikum, ayah].[Waalaikumsalam,nak! Ayah ganggu ya? Kayanya lagi tidur ya?][Tidak yah, tadi ketiduran, hehe,,, ada apa yah?][Tumben jam segini tidur,nak? ][Tadi pagi mual lagi ,yah! Jadi tiduran . Eh malah keterusan tidur!][Pasti lemes ya ,nak? ][Iya ayah, makanya Astri udah ga ke kantor lagi. Pasti repot kalau mual di kantor.][Iya ayah setuju, baiknya kamu Istirahat di rumah, nak .][Iya ayah][Oh iya Ayah sampai lupa, Ayah mau ngabarin, nanti sore Ayah pergi ke tempat proyek yang di Kalimantan,ya][Ayah, serius. Ayah bisa pergi kesana?][Iya, kemarin Ayah sudah mengundurkan diri, kebetulan atasan Ayah mengijinkan][Loh , Ayah keluar? Bukannya Ayah bilang mau ijin ya?][Tadinya Ay

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 24

    Alin dan Syifa pulang ke rumah telat, karena Alin ada kelas ekskul tambahan. Syifa dengan senang hati menemani Alin. Jadilah mereka sampai di rumah hampir Maghrib.Saat memasuki rumah mereka tidak melihat keberadaan Astri. Akhirnya mereka memutuskan pergi mandi dan bersih-bersih. Selesai mandi Alin mengerjakan tugas sekolahnya. Untuk di kumpulkan besok. Setelah selesai Alin keluar, dia duduk di balkon kamarnya, sambil menikmati angin malam.Alin selalu bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ia jalani. Kakak yang baik, keponakan yang menemani, Ayah yang sangat menyayanginya walau pun jauh.Tak pernah terpikir sebelumnya Alin bisa bebas dari pahitnya , kehidupan sebelumnya, sekarang Alin merasa semua yang dia inginkan bisa dia dapat.“Dek?” . Alin terkejut saat ada yang memanggil dan menepuk bahunya, sepontan Alin langsung menengok ke belakang.“Kakak panggil dari tadi loh! Ga taunya lagi di sini!” ucap Astri.“Eh iya ,kak! Kenapa?” balas Alin , masih dengan muka terkejutnya.“

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 23

    Ketika Astri bangun, dia langsung mandi, dan berpakaian. Dia berniat bertemu dengan pemuda aneh, yang di temui beberapa hari ini. Yang selalu mengganggunya.Setelah selesai Astri turun ke bawah, dia mencari BI Ina, ternyata BI Ina, sedang di dapur.“Bi?” Sapa Astri.“Loh, neng bikin kaget bibi saja!” “Iya, habis bibi serius benar. Lagi apa sih BI?” Tanya Astri penasaran.“Ini loh bibi lagi coba masakan baru neng, bibi dapat resep dari hape!” Seru BI Ina senang.“ Oh gitu, toh! Ehm BI?”“ Kenapa neng? Ada mau sesuatu? Biar bibi buatkan!”“Enggak kok bi, Astri cuman mau titip pesan. Astri mau keluar sebentar. Nanti kalau Syifa sama Alin, pulang bibi bilang aja Astri , mau bertemu teman ya!” ucap Astri menjelaskan.“siap ,neng!” balas BI Ina yang masih fokus pada bahan masaknnya.“ya udah, Astri pamit BI, assalamualaikum!” setelah mendapat jawaban dari BI Ina. Astri langsung pergi keluar.Astri memilih membawa mobil sendiri untuk bertemu dengan Devan. Biar mang Ujang bisa jemput, anak-a

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 22

    POV AstriHari ini aku di rumah sendirian, tadi pagi saat akan berangkat kerja, tiba tiba aku sedikit pusing dan merasa lelah. Aku bingung kehamilanku yang sekarang lebih mudah lelah. Tak jarang pula aku merasa malas melakukan sesuatu.Saat kehamilan Syifa aku masih bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tapi sekarang bawaannya lelah dan malas. Akhirnya aku memutuskan hanya rebahan di kasur yang sangat nyaman ini.Ah, aku melupakan sesuatu! Aku harus mencari orang untuk mengecek proyek di luar pulau. Sepertinya aku tau harus meminta tolong siapa. Akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya.[Assalamualaikum, ayah][Waalaikumsalam, nak][Apa kabar, Ayah? Ayah sehat kan?][Alhamdulillah, ayah sehat! Gimana kabar kamu? Alin dan Syifa baik,nak?][Alhamdulillah, kami di sini baik Ayah! Ayah jangan khawatir,][Syukurlah kalau kalian baik! Tumben telepon Ayah? Kamu tidak sibuk kerja,nak?][Tidak, Ayah. Sudah dua hari aku di rumah. Akhir-akhir ini aku mudah lelah, bawaannya malas terus

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 21

    Pagi ini Astri tidak berangkat ke kantor, setelah mengantar Alin dan Syifa, Astri kembali pulang ke rumah. Astri sedang memikirkan orang yang akan Astri percayakan mengurus pembangunan di luar pulau. Tiba-tiba Astri teringat seseorang. Ya Astri sudah tau siapa orangnya. Astri memutuskan untuk meneleponnya nanti siang.Astri lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di ranjang. Astri teringat akan suaminya. Suami yang dulu sangat Astri cintai. Namun, sekarang rasa cintanya sedikit menghilang, tergantikan dengan rasa kecewa dan benci.Di depan semua orang Astri bisa terlihat tegar, akan tetapi bila sedang sendiri Astri selalu teringat saat, di mana suaminya begitu sempurna di matanya.Dulu sempat suaminya begitu memanjakannya, di awal Astri merasa jatuh cinta pada suaminya. Namun itu hanya bertahan tiga tahun lamanya. Sampai sekarang Astri belum tahu penyebab suaminya berubah. Yang pasti ada campur tangan Ibu mertuanya.Saat sedang membayangkan sikap manis suaminya, tiba-tiba handphone As

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status