Aku adalah Aditya, dalam militer namaku dikenal dengan kode nam Naga. Saat ini aku sedang memimpin salah satu pasukan tentara muda terbaik. Meski pusat militer mengatakan itu, di mataku mereka terlihat seperti amatir.Pasukan tentara muda ini dikenal dengan nama elite harimau. Tapi aku tak suka nama itu, kemampuan mereka juga tak cocok dengan namanya. Jadi kuganti saja dengan nama elit bayangan. Seperti namanya, tersembunyi dan mematikan.Mereka malah ribut tentang hal itu, aku tidak peduli. Salahkan saja militer yang memintaku memimpin pelatihan mereka. Sekarang, suara ledakan yang ada di tempat ini adalah suara pertanda kemenangan mereka melawan organisasi teroris paling kejam di dunia."Tuan! Bagian kiri telah di bobol!""Tenang," jawabku pada tentara muda yang datang padaku dengan cemas. "Kau lihat tanda pada peta ini! Perintahkan yang lainnya untuk berpencar ke sana! Bergeraklah dengan cepat!""Baik!" Prajurit itu pun segera pergi dengan membawa peta dalam ingatannya."Tuan! Tid
Tepat pada hari kamis, 08 desember 2013, Aku bertemu dengannya ketika aku duduk melamun di depan rumah nenekku. Kadang aku bertanya-tanya, ada apa dengan tanggal ulang tahunku itu, segala hal yang mengubah kehidupanku selalu terjadi di tanggal yang sama.Hari itu aku mengunjungi nenekku, karena hanya dia satu-satunya keluarga yang bisa kukunjungi. Menyedihkan memang, tapi itulah kenyataannya. Paman, bibi, bahkan kedua orang tuaku menolakku di rumah mereka. Saat aku datang, orang-orang itu bersikap seolah tak melihatku.Mereka menatapku seolah aku adalah seorang penjahat yang harus disingkirkan. Penjahat yang mengganggu kedamaian dan kebahagiaan mereka."Hai Aditya!" Meera menyapaku untuk yang pertama kalinya. Dia menyapaku dengan senyuman yang manis.Saat itu aku yang baru berusia 14 tahun mematung. Sejenak aku terpaku pada senyuman indah gadis manis yang berusia 19 tahun itu. Ya! Umur Meera 5 tahun lebih tua dariku. Karena itulah dia nyaman menyapaku yang lebih muda darinya.Siapa g
Sudahlah, aku tidak peduli apa yang terjadi di antara mereka. Setelah mengantar Meera, Reihan kembali naik ke mobilnya dan pergi. Kini hanya tersisa aku dan Meera. Seperti yang Meera katakan sebelumnya. Kini kami berteman. Dan begitulah setiap harinya, Meera mengajariku banyak hal. Bersamanya aku tahu, bahwa aku itu berharga, bukan sampah yang selama ini dipandang sebagai penjahat oleh semua orang. Meski Reihan yang menggangu pemandangan itu kadang juga ada. Tapi tidak masalah, aku sudah bertekad bahwa aku akan menjadi lebih baik darinya. Karena semakin lama bersama Meera, aku semakin menyadari, dia spesial di hatiku. Aku ingin melihatnya tersenyum. Aku tidak ingin di matanya ada yang lebih baik dariku. Tentu saja, menjadi lebih baik dari Reihan tidak semudah yang aku pikirkan. Aku sudah mencoba untuk masuk sekolah lagi. Akan tetapi, di hari pertama aku sekolah, aku sudah membuat anak dari seorang kapten polisi masuk rumah sakit. Sebenarnya Aku sudah mencoba bersabar, akan tetapi
"Turun!" Teriak orang itu sambil memegang pistol di tangannya. Jika aku tidak turun, dia pasti akan menembakku tanpa ragu. Aku pun terpaksa turun. Sebelum turun aku sudah mengawasi sekitar tempat itu dan memahami situasinya. Dia hanya sendiri. Kelompok yang lainnya terpencar karena mencari orang tadi. Nekat, aku melompat ke arahnya seraya melemparkan ponsel berhargaku. Bang! Lemparanku Kena dengan tepat di matanya. Sayang sekali ponselku, kacanya pecah. Orang itu cukup besar. Jika dia menangkapku, habislah aku. Karena itulah aku mengincar matanya. Dengan begitu aku punya cukup waktu untuk melancarkan serangan selanjutnya. Saat dia sedang memegangi matanya. Secepatnya aku ambil kayu lalu memukul kepalanya sekuat mungkin. Saat itu juga, orang itu tak sadarkan diri. 'Apa aku memukulnya terlalu keras, apa dia mati?' Pikirku sedikit cemas. Aku mencoba mendekat, merasakan nafasnya, syukurlah, orang ini tidak mati. Akupun bergegas untuk pergi dari sana, sebelum yang lainnya datang.
Aku sengaja meninggalkan dua sisanya. Meski Kewaspadaan mereka meningkat. ketakutan mereka juga. Aku harus memanfaatkan semuanya dengan sebaik mungkin. Baik kewaspadaan ataupun ketakutan mereka. Akupun bersembunyi lagi. Kuharap mereka akan terkena trikku untuk yang kedua kalinya. Sesuai dugaanku. Terikan tadi pastilah menarik perhatian pembunuh lainnya. Anehnya hanya ada satu pembunuh yang datang. Tapi itu bagus juga, setelah mengalahkan satu orang lagi, hanya akan tersisa satu orang saja. "CK sialan!" Umpat pembunuh itu saat melihat dua pembunuh yang tergeletak di tanah. Dari suaranya aku bisa melihat kekesalan. Rupanya dia belum takut. Sama seperti sebelumnya, aku segera menarik talinya agar semak-semak itu bergerak. Dengan begitu pembunuh itu akan datang. Saat datang, pembunuh itu segera mengarahkan pistolnya ke arah semak-semak. Saat aku memeperhatikannya, Aku melihat seringai di wajahnya. Saat itulah aku sadar. Bukannya dia tidak takut. Dia hanya meyembunyikan ketakutan
Mobil hitam yang mengkilap itu berjalan dengan cepat dan halus, bahkan ruangan di dalamnya juga begitu berkelas, sangat mewah. Banyak tombol-tombol yang tidak begitu aku pahami.Ada AC yang membuat aku merasa agak dingin di dalamnya. Bukannya aku tidak pernah melihat dunia, hanya saja aku baru merasakannya. Menjadi kaya memanglah menyenangkan."Aditya, jika kau menyukai mobil ini, aku akan memberikannya padamu.""Apa!" Aku terkejut, memberikan mobil ini? Padaku? Apa maksudnya?Otaknya, masih baik-baik saja kan? Aku menatapnya, heran.Pak supir yang sedang menyetir mobil bahkan memperhatikan kami.Mendengar Leon akan memberikan mobilnya, aku melihat pak supir nampak khawatir, keringat nampak mengalir di pelipisnya."Ekhem," pak supir itu berdeham kecil memperingatinya.Tapi Leon tak mendengarkan peringatan itu, dia malah menanyaiku lagi, "Bagaimana?" Ucap Leon, wajahnya nampak sangat bersemangat.Ada apa dengannya, dia tidak gila kan, apa otaknya sedikit bergeser, ah masa? Apa mungkin
Leon menyunggingkan senyum dan berkata, "Bagaimana? Hebat kan? Setelah melihat ini, kau tidak akan mengingkari janji tarung denganku kan?""Cih! Aku akan bertarung, jangan terlalu percaya diri."Ak benar-benar tidak menyangka, dia sudah menjadi seorang tentara bintang dua.Dia tersenyum percaya diri ke arahku lalu masuk ke dalam.Ketika aku melangkah masuk, para tentara itu langsung merentangkan tangannya menahanku untuk masuk."Dia bersamaku," ucap Leon.Setelah Leon mengatakan itu, dua penjaga itupun berhenti menghalangiku dan membiarkan aku masuk ke dalam ruangan itu.Akhirnya aku melihat jendral Satya lagi, Di atas kasur rumah sakit itu, jendral Satya duduk dengan satu tangan dan kaki yang memakai gips. Dia masih sakit.Benar juga, ini baru beberapa hari, keadaan seperti ini saja sudah cukup bagus.Aku bersyukur bisa melihat jendral Satya lagi."Jendral ...." Ucapku dengan suara pelan. Di sana bukan hanya ada jendral Satya saja, tapi juga beberapa orang, 'Siapa mereka?' Aku berp
Rasanya aku ingin pergi saja saat itu. Aku merasa sedikit tertekan oleh aura mereka yang kuat, berbeda dengan jendral Satya yang cukup bersahabat dan ramah.Mau apa Marsekal Zidan ke arahku. Aku meneguk salivaku berat.Glek!Orang itu tiba-tiba mengait leherku dan tertawa, "Hehe! Apa ini anak yang kau maksud Satya!" Ucapnya seraya menyeretku untuk mendekati jendral Satya."???"Tunggu dulu! Apa-apaan ini? Dia mengait leherku? Menyeretku?Walaupun dia cukup kuat dan terlihat menakutkan, aku memberanikan diri untuk berhenti.Entah apa yang akan terjadi nantinya, tapi aku tak suka seseorang melakukan itu padaku."Kenapa berhenti? Ayo?" ucapnya dengan seringai bengis.Walaupun takut, aku memberanikan diri untuk melihatnya dan mengatakan,"Tolong lepaskan," ucapku.Saat aku melakukan itu, matanya malah menampilkan semangat, "oho! Ternyata anak ini seorang predator juga!" Ucapnya.Marsekal Zidan terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya, "kalau aku tidak mau bagaimana!" ucapnya.Dia menantan