Home / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / 103:Jejak di Kota Kaca dan Serangan Pertama Qin Zhao

Share

103:Jejak di Kota Kaca dan Serangan Pertama Qin Zhao

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-06-03 08:13:34

Jejak di Kota Kaca dan Serangan Pertama Qin Zhao

-----

Malam turun perlahan saat Bo Ren dan Mei Lin memasuki Kota Kaca, sebuah kota pelabuhan di barat daya yang terkenal dengan bangunan-bangunan beratap kaca biru yang bersinar di bawah sinar bulan. Tempat itu menjadi pusat perdagangan dan informasi gelap, tempat di mana para pembunuh bisa menyamar sebagai pemusik jalanan, dan mata-mata bisa menyamar sebagai pelayan penginapan.

Mei Lin menarik tudung jubahnya lebih dalam, matanya tajam menatap ke segala penjuru. “Kota ini penuh mata,” bisiknya pada Bo Ren. “Kita hanya perlu satu langkah salah untuk dicincang hidup-hidup.”

Bo Ren mengangguk. Ia menyimpan kotak logam hitam di balik jubah, dekat dengan tubuhnya. “Fragmen ini menarik perhatian. Kita harus cepat menemukan petunjuk ketiga sebelum para pengejar mendekat.”

---

Mereka tiba di sebuah penginapan tua bernama Rumah Bayang Air. Pemiliknya, seorang pria tua bertelinga sobek, men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   113:Makam Longgu dan Kutukan Jiwa Tertarik

    Kabut pagi menyelimuti jalan setapak menuju Makam Longgu. Pohon-pohon tua menjulang bagai penjaga purba, dan suara burung tak terdengar—seolah semua makhluk hidup telah melarikan diri dari wilayah terkutuk ini. Ye Qian berdiri paling depan. Di tangannya tergenggam erat peta kuno dari Lembah Yuan Mo, yang menandai rute masuk ke Makam Longgu. Namun tak satu pun yang bisa memprediksi bahaya sesungguhnya. Lin Xue menggigit bibir. “Aku merasa seperti sedang masuk ke sarang naga yang sudah lama tertidur.” Lei Shan menimpali, “Atau ke perut iblis yang menunggu makanan.” Ye Qian hanya mengangguk tipis. Namun pikirannya tak tenang. Ia tak lagi bisa mempercayai siapa pun, terutama Zuo Yan yang berjalan pelan di belakang mereka, tampak tenang seperti biasa. --- Gerbang makam itu akhirnya muncul di hadapan mereka: dua patung raksasa setinggi en

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   112:Sang Pengkhianat Dalam Selimut

    : ----Di balik tirai langit Lembah Yuan Mo, kabut turun lebih tebal dari biasanya. Suara burung malam pun menghilang seolah alam tahu ada bahaya yang mengintai dari kegelapan.Ye Qian—atau kini, Lian Tian—berusaha tetap tenang. Tapi hatinya gelisah. Nama Lian Tian menggema terus-menerus di benaknya, seperti pedang yang menunggu untuk dicabut dari sarungnya.Ia tahu, setelah bangkitnya ingatan itu, langkah selanjutnya adalah mencari tahu: siapa pengkhianat di istana yang telah mengkhianati keluarganya? Siapa yang menjual kehormatannya hanya demi kekuasaan?---Sementara itu, di ruang pertemuan rahasia bawah tanah istana pelatihan, lima sosok bertudung duduk mengelilingi sebuah meja batu. Di tengah meja itu, nyala api biru berkedip pelan, menandakan adanya pembukaan jalur rahasia energi spiritual—sarana komunikasi rahasia tingkat tinggi.Salah satu dari mereka berkata lirih, “Lian Tian telah menyentuh Kristal Inti Darah.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   111: Rahasia Tertutup di Balik Nama Ye Qian

    Jejak Kembar yang Terpisah---Dini hari yang dingin menyelimuti Lembah Yuan Mo. Kabut tipis menggantung di atas tanah, seperti roh-roh penasaran yang menunggu kelalaian seorang manusia. Di tengah kabut itu, Ye Qian duduk bersila di atas batu datar, napasnya tenang namun aura di sekelilingnya seperti badai yang ditahan paksa di dalam toples.Lin Xue berdiri tidak jauh darinya, mengamati dalam diam. Semalam, ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Ye Qian keluar dari Kolam Bayangan dengan membawa kekuatan yang bahkan membuat para pengawas kehilangan kata-kata."Dia sudah berubah," gumam Lin Xue pelan.Belum sempat lamunannya habis, Mo Geng—si pelatih bertangan satu—muncul dari balik kabut. “Kalian yang selamat dari Ujian Darah, bersiaplah. Ujian kedua dimulai saat matahari muncul.”Matahari? Di tempat ini, tak ada matahari. Tapi tak seorang pun mempertanyakan metafora itu.---Pagi datang seperti racu

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   110:Kelas Pembantaian dan Ujian Sumpah Darah

    Kelas Pembantaian dan Ujian Sumpah Darah ---- Langit di atas Istana Langit seperti lukisan abadi—tidak pernah gelap, tidak pernah terang sepenuhnya. Awan-awan perak melayang perlahan, mengelilingi menara-menara tinggi dan bangunan megah yang terapung di udara. Ye Qian dan Lin Xue berdiri di depan gerbang batu besar yang baru mereka lewati. Cahaya portal memudar, meninggalkan mereka berdua di halaman luas dengan simbol-simbol kuno terukir di lantai. Zuo Yan memberi isyarat agar mereka mengikuti. “Jangan terlalu terpesona. Tempat ini memang indah, tapi di balik keindahannya tersembunyi banyak jebakan.” Lin Xue menatap sekeliling dengan waspada. “Berapa banyak orang sepertiku yang datang ke tempat ini dan tak pernah kembali?” Zuo Yan hanya tersenyum samar. “Bergantung pada seberapa kuat mereka bertahan.” --- Mereka tiba di aula utama. Di sana, lima orang berdiri menun

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   109:Undangan ke Istana Langit

    Undangan ke Istana Langit----Kabut tebal menggulung perlahan di kaki Gunung Jinluan saat Ye Qian dan Lin Xue keluar dari gua yang baru saja mereka tinggalkan. Aura yang terpancar dari tubuh Ye Qian kini telah berubah. Lebih dalam. Lebih berat. Setiap langkahnya seolah mengguncang tanah, dan udara di sekelilingnya seperti menghindar.Namun yang paling mencolok adalah matanya—mata kirinya kini selalu berkilat gelap, tanda dari pengaktifan penuh Tanda Mata Hitam.“Kau berbeda sekarang,” bisik Lin Xue, menatapnya dengan sedikit kekhawatiran.“Aku tak merasa lebih kuat. Hanya lebih... sadar,” jawab Ye Qian lirih. “Darah dalam tubuhku seperti berbicara, seperti ada banyak suara yang dulu dikunci.”Lin Xue menghentikan langkahnya dan menatap jauh ke arah utara. “Kau akan segera menjadi pusat perhatian. Bukan hanya sekte-sekte kecil... tapi juga para klan besar, akademi suci, bahkan mungkin... Kaisar Langit.”Ye Qian mengangguk. “B

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   108:Darah dan Pewahyuan

    : Hujan turun perlahan di pegunungan selatan, membasahi tanah berbatu dan dedaunan yang sudah tua. Di antara kabut yang turun dari puncak, Ye Qian dan Lin Xue menuruni jalan setapak menuju sebuah gua tersembunyi. Mereka telah menempuh perjalanan selama dua hari sejak meninggalkan kuil tua.“Tempat ini... terasa berbeda,” gumam Ye Qian sambil menatap sekeliling. “Ada sesuatu di udara.”Lin Xue mengangguk. “Ini bukan tempat biasa. Gua ini adalah peninggalan generasi pertama Sekte Hitam Kabut. Tapi mereka bukanlah sekte jahat seperti yang dikatakan para pendongeng.”Ye Qian menatapnya tajam. “Kau bagian dari mereka?”Lin Xue tak langsung menjawab. Ia berhenti di depan batu besar yang menutupi pintu masuk gua, lalu menyentuh sebuah simbol. Batu itu perlahan bergeser, memperlihatkan lorong gelap di baliknya.“Aku dilahirkan di tempat ini,” katanya pelan. “Sekte ini bukan sekadar tempat berlindung. Ini adalah markas dari mereka y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status