š
Guru Xian menatap mereka dengan tatapan serius. āKegelapan ini adalah ujian pertama kalian. Dunia baru ini tidak akan selalu damai. Kekuatan yang kalian bawa datang dengan harga, dan sekarang kalian harus membayar harga itu. Hanya dengan keberanian dan kebijaksanaan kalian bisa menghadapinya.āLian Tian mengerti. Mereka telah diberi kekuatan untuk membentuk dunia ini, tetapi kekuatan itu juga membawa tanggung jawab besar. Dunia ini masih rapuh, dan jika mereka tidak bijaksana, semuanya bisa hancur kembali.āYara, Jin Wu, kita harus menjaga dunia ini bersama-sama,ā kata Lian Tian dengan tekad yang baru.Jin Wu mengangguk, matanya penuh semangat. āKita sudah sampai sejauh ini. Kita tidak akan mundur sekarang.āKegelapan yang semakin mendekat menutupi langit, menggulung dunia baru ini dengan bayangan yang semakin pekat. Langkah kaki mereka terasa semakin berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menahan setiap gerakan. Kabut hitam yan: Hujan turun perlahan di pegunungan selatan, membasahi tanah berbatu dan dedaunan yang sudah tua. Di antara kabut yang turun dari puncak, Ye Qian dan Lin Xue menuruni jalan setapak menuju sebuah gua tersembunyi. Mereka telah menempuh perjalanan selama dua hari sejak meninggalkan kuil tua.āTempat ini... terasa berbeda,ā gumam Ye Qian sambil menatap sekeliling. āAda sesuatu di udara.āLin Xue mengangguk. āIni bukan tempat biasa. Gua ini adalah peninggalan generasi pertama Sekte Hitam Kabut. Tapi mereka bukanlah sekte jahat seperti yang dikatakan para pendongeng.āYe Qian menatapnya tajam. āKau bagian dari mereka?āLin Xue tak langsung menjawab. Ia berhenti di depan batu besar yang menutupi pintu masuk gua, lalu menyentuh sebuah simbol. Batu itu perlahan bergeser, memperlihatkan lorong gelap di baliknya.āAku dilahirkan di tempat ini,ā katanya pelan. āSekte ini bukan sekadar tempat berlindung. Ini adalah markas dari mereka y
: -----Lorong demi lorong mereka lewati. Dinding Makam Langit Keabadian seakan hidup, bergema dengan bisikan-bisikan dari masa lalu. Suara-suara yang tak bisa dipahami menyusup ke telinga, menggoda hati dengan janji-janji kuasa dan keabadian. Namun Bo Ren dan Mei Lin tetap melangkah maju, menahan tekanan yang membuat kepala mereka nyeri seperti diremas.āIni ujian terakhirā¦ā gumam Bo Ren. āSegel terakhir pasti tak dijaga oleh benda, tapi oleh kehendak.āMereka akhirnya tiba di ruang utama: sebuah aula bundar dengan langit-langit setinggi lima puluh meter, di mana lambang Mata Langitāsimbol milik Lian Tianābersinar lemah di tengah ruangan. Di bawahnya, terdapat lubang besar yang memancarkan aura hitam pekat.āDi sanalah inti segel,ā kata Mei Lin dengan suara berat. āTapi⦠kenapa terbuka?āSebelum Bo Ren sempat menjawab, suara langkah kaki menggema dari balik kabut.Dari balik reruntuhan altar, muncullah seorang pemuda berwaj
Makam Langit Keabadian dan Bangkitnya Kegelapan---Angin ribut terus berputar, mengaduk kabut dan kilatan petir di langit Puncak Hujan Bintang. Saat Bo Ren dan Mei Lin berdiri di altar, gulungan yang baru menyatu itu mulai memancarkan cahaya biru pucat, membentuk peta tiga dimensi di udara.āLihat ituā¦ā gumam Mei Lin dengan mata membelalak.Peta itu menampilkan pegunungan berlapis kabut, diapit dua sungai hitam yang mengalir berlawanan arah. Di tengahnya berdiri struktur raksasa seperti stupa kuno yang tertutup tanaman merambatāMakam Langit Keabadian. Dari pusat struktur itulah pancaran energi gelap berasal, menjalar dan menggerogoti langit seperti tinta dalam air.āTempat ini seharusnya disegel oleh Lian Tian sendiri,ā kata Bo Ren, rahangnya mengeras. āKalau itu terbukaā¦āāSeluruh dunia roh akan runtuh,ā potong penjaga bertopeng burung hantu. āKekuatan di dalam makam itu bukan milik dunia ini. Itu sisa-sisa kehendak dari dunia luarā
Puncak Hujan Bintang dan Rencana Para Tetua------Perjalanan menuju Puncak Hujan Bintang tidak seperti yang dibayangkan Bo Ren dan Mei Lin. Terletak di ujung barat Dataran Emas, gunung itu tidak hanya terjal dan berbatu, tapi juga dipenuhi anomali langit yang membuat para petualang kehilangan arah. Bahkan kompas spiritual Mei Lin sempat berputar-putar liar selama hampir dua jam sebelum mereka menemukan jalur yang tepat melalui sinyal kabut merah samar di malam hari.āKita semakin dekat,ā ujar Mei Lin sambil memperhatikan kilatan ungu di langit malam. āLangit di sini seperti menunggu sesuatu.āBo Ren menatap ke atas. Awan bergerak melingkar seperti pusaran. Bintang-bintang berkedip tidak alami, seolah mengirimkan pesan yang tak bisa dibaca manusia.---Puncak Hujan Bintang ternyata bukan sekadar tempat tinggi. Di atas tebing yang menjulang ribuan kaki dari permukaan tanah, terdapat dataran lapang yang dijaga oleh delapan monolit
Paviliun Tersegel dan Wanita Berjubah Cermin ------- Kabut tipis menggulung di lereng Gunung Changlu, menyelubungi hutan pinus yang menjulang dengan kesunyian mematikan. Bo Ren dan Mei Lin menuntun kuda mereka dengan hati-hati, mengikuti jalur setapak yang hampir tak tampak di peta tua yang mereka dapatkan dari gulungan langit. āHutan ini terasa... tak hidup,ā gumam Mei Lin, suaranya nyaris tenggelam dalam kabut. Bo Ren mengangguk. āTerlalu tenang. Tak ada suara burung. Tak ada serangga. Seperti waktu berhenti bergerak.ā Setelah berjalan hampir tiga jam, mereka tiba di depan sebuah gerbang batu yang tertutup lumut tebal. Gerbang itu setengah runtuh, namun masih mempertahankan pahatan lambang kuno: Sekte Kabut Jiwaātiga garis melingkar yang bertemu di satu titik pusat. Mei Lin mengusap pilar gerbang itu. āKonon tempat ini dulu markas utama sekte sesat sebelum diburu habis oleh pasukan Lian Tian.ā
Jejak di Kota Kaca dan Serangan Pertama Qin Zhao-----Malam turun perlahan saat Bo Ren dan Mei Lin memasuki Kota Kaca, sebuah kota pelabuhan di barat daya yang terkenal dengan bangunan-bangunan beratap kaca biru yang bersinar di bawah sinar bulan. Tempat itu menjadi pusat perdagangan dan informasi gelap, tempat di mana para pembunuh bisa menyamar sebagai pemusik jalanan, dan mata-mata bisa menyamar sebagai pelayan penginapan.Mei Lin menarik tudung jubahnya lebih dalam, matanya tajam menatap ke segala penjuru. āKota ini penuh mata,ā bisiknya pada Bo Ren. āKita hanya perlu satu langkah salah untuk dicincang hidup-hidup.āBo Ren mengangguk. Ia menyimpan kotak logam hitam di balik jubah, dekat dengan tubuhnya. āFragmen ini menarik perhatian. Kita harus cepat menemukan petunjuk ketiga sebelum para pengejar mendekat.ā---Mereka tiba di sebuah penginapan tua bernama Rumah Bayang Air. Pemiliknya, seorang pria tua bertelinga sobek, men