Share

77

Author: sidonsky
last update Last Updated: 2025-10-06 01:00:01

Hari di Jakarta kembali berjalan cepat seperti biasa.

Langit siang tampak pucat di balik jendela kaca tinggi kantor Galaxy Entertainment, seolah tak memberi waktu bagi siapa pun untuk bernapas. Begitu pesawat mereka mendarat pagi tadi, Nora dan Dirga bahkan tidak sempat pulang terlebih dahulu.

Dari bandara, mobil langsung membawa mereka ke kantor. Dirga menuju Ardawijaya Group, sementara Nora diantar setelahnya bersama Matthew dan Lucas menuju Galaxy Entertainment.

Tubuhnya masih terasa lelah, tapi pikirannya tidak berhenti berputar. Sejak kembali dari Bangkok, ada semacam kabut hangat yang masih membungkusnya, seperti perasaan aneh yang muncul setiap kali ia mengingat suara tawa Dirga di tengah keramaian malam.

Namun semua itu segera tergeser oleh kenyataan yang menunggu. Begitu duduk di meja kerjanya, Nora disambut tumpukan agenda, pesan, dan deadline yang belum tersentuh.

Dan yang paling membuatnya panik, file wawancara eksklusif dengan Dirgantara Ardawijaya, yang belum selesai ia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   140

    Pintu mobil Porsche baby pink tertutup dengan bunyi thump yang tegas, mengunci Nora di dalam kapsul privat yang terasa dingin dan asing. Sebelum pintu benar-benar menutup, tangan Dirga muncul di ambang jendela. Jarang-jarannya lembut menyapu puncak kepala Nora, sebuah sentuhan yang bertentangan dengan kekerasan di matanya."Saya akan pulang nanti," katanya, suaranya rendah dan penuh penekanan, sebuah perintah yang tersamar sebagai permohonan. "Dan saya mohon, tetap di rumah."Nora tidak menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, pandangannya kosong melihat lobi kaca yang megah. Dirga menarik tangannya, dan dengan gerakan yang cepat, pintu itu tertutup sepenuhnya, memisahkan mereka.Lelaki itu berbalik. Saat ia memutar tubuh, bahunya yang tadianya sedikit lunglai karena kelelahan kembali tegak. Wajahnya kembali menjadi topeng dingin sang CEO, tanpa celah, tanpa ampun. Setiap langkahnya kembali ke ruangan itu terasa berat, namun penuh tekad.Di dalam, Ravindra sudah bersantai di sofa t

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   139

    "Ravindra?"Nama itu meluncur dari bibir Dirga bukan sebagai pertanyaan, melainkan sebagai sebuah desahan yang sarat akan kelelahan dan amarah yang tertahan. Alisnya yang hitam pekat bertaut, matanya yang semula sayu karena kurang tidur kini melebar, waspada mengamati sepupu satu-satunya itu yang melangkah masuk dengan angkuh bak seorang raja yang memasuki wilayahnya.Pandangan Ravin tak segera bertemu dengan Dirga. Sebaliknya, ia menyapu Nora dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan tatapan tajam yang penuh penilaian, sebuah tatapan tak suka yang tak ia usahakan untuk sembunyikan. Lalu, dengan langkah terukur yang menunjukkan kepercayaan diri berlebih, ia berjalan mendekat.Insting Dirga langsung memicu alarm bahaya. Dengan gerakan cepat dan reflek, ia melangkah maju, menempatkan tubuhnya sebagai tembok kokoh di depan Nora. Tangannya yang tadi mengendurkan dasi kini mengepal, siaga. "Cukup," kata Dirga, suaranya rendah, berat, dan penuh peringatan yang tak bisa disangkal.Tindaka

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   138

    Gelap gulita di kamar itu tak cukup membantu Nora menemukan tidurnya. Berulang kali ia memejamkan mata, memaksa otaknya yang berputar kencang untuk berhenti, tetapi usahanya sia-sia. Ini adalah malam pertamanya tidur sendirian, tanpa kehadiran Dirga di sampingnya. Tanpa napasnya yang menenangkan di lehernya, tanpa lengan yang secara refleks menariknya lebih dekat.Nora melirik jam digital di nakas. Angka merahnya menunjukkan pukul lima pagi. Kantuk memang membelalakkan matanya, tetapi kegelisahan jauh lebih kuat. Dengan gerakan yang terasa berat, ia menyungkur dari kasur. Suhu lantai marmer yang dingin membuatnya menggigil sejenak. Ia berdiri di bawah shower air hangat, berharap semburan air bisa membersihkan rasa cemas yang melekat di kulit, tetapi yang ia rasakan hanyalah kesepian yang semakin menghimpit.Setelah mandi, ia kembali ke kasur dengan harapan baru, tetapi kekosongan di sampingnya kembali mengingatkan pada kenyataan. Akhirnya, setelah berperang melawan rasa gelisah yang

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   137

    Rumah itu terlalu besar, terlalu hening. Keheningan yang hanya pecah oleh click-clack ritmis keyboard Nora dan suara berdesir dari televisi yang ia biarkan menyala di ruang tengah, sebuah upaya sia-sia untuk mengisi kekosongan. Beruntung, hari ini aliran kata-kata di kepalanya lancar, seolah otaknya memberinya jeda dari kekacauan hatinya, memungkinkannya untuk tenggelam dalam naskah yang menjadi satu-satunya tempat pelarian.Namun di luar dunianya, badai masih mengamuk. Media belum redup, bahkan kabar simpang siur tentang pertarungan internal keluarga Ardawijaya kini semakin liar. Beberapa menuduh Nora sebagai mata-mata, yang lain menyebutnya sebagai keluarga korban yang manipulatif. Ia mencoba mengabaikannya, tapi bayangan-bayangan itu merayap masuk melalui cahaya biru dari layar laptopnya.Nora menahan perutnya yang tiba-tiba keroncongan tajam. Ia sesekali melirik ke arah partisi kaca yang memisahkan dapur dan ruang tengah. Entahlah, akhir-akhir ini ia menjadi cepat sekali lapar,

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   136

    Dirga marah kepadanya.Atau mungkin, lebih tepatnya, kecewa. Lihat bagaimana Nora terbangun dari tidur tak pulasnya dan tidak menemukan keberadaan lelaki itu di sisinya. Tanpa sadar, ia meraba bagian kasur sebelahnya. Dingin. Artinya, Dirga tidak tidur di sini malam tadi. Dinginnya seprai itu seolah menjalar, merembes ke dalam rongga dadanya, menciptakan kekosongan yang terasa begitu luas di dalam kamar megah yang sepi.Nora menyibakkan selimut, merapatkan baju tidur satinnya ke tubuh yang tiba-tiba terasa kedinginan oleh AC sentral. Ia beranjak keluar dari kamar, langkahnya pelan di atas karpet tebal yang menelan suaranya. Ia menuju lantai bawah, berharap menemukan Dirga di dapur, namun usahanya hanya berakhir dengan menemukan dua pelayan yang berdiri tegap."Mas Dirga di mana?" tanyanya lirih."Sedang berada di gedung belakang untuk olahraga, Nyonya," jawab salah satu pelayan itu dengan suara terlatih dan netral.Nora mengangguk samar, lalu berbalik. Gedung belakang. Ia hanya perna

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   135

    Nora menemukan dirinya berdiri di tengah ruang tamu lama mereka, sebuah ruangan yang dihuni oleh bayang-bayang dan kenangan pahit. Udara terasa berat, bercampur bau asap rokok yang membusuk dan aroma minuman murah. Satu-satunya sumber cahaya berasal dari televisi tabung yang sudah lusuh, cahayanya berkedip-kedip tak stabil, memproyeksikan iklan yang riuh namun tak bersuara ke dinding yang kumuh.Di sofa usang itulah dia melihatnya. Ardian. Kakaknya. Ia duduk dengan condong ke depan, siku bersandar di lutut, matanya yang sayu terpaku pada layar televisi seolah ia mencari pelarian dari realitasnya yang menyedihkan. Botol bir kosong tergeletak di karpet di sampingnya.Nora ingin memanggil namanya, tapi tidak ada suara yang keluar dari tenggorokannya. Ia adalah hantu di kenangannya sendiri, terperangkap dalam loop kengerian.Tiba-tiba, pintu belakang terbuka dengan gerakan perlahan dan menakutkan. Dua sosok berbadan kekar, mengenakan kemeja hitam, masuk tanpa suara. Mereka adalah pengawa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status