Share

Bab 4. Kesepakatan

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2024-12-23 21:42:10

Bryan akhirnya kembali ke rumah dalam keadaan tak karuan setelah satu jam berkeliling kota, namun tetap saja ia tidak menemukan jejak pembantu barunya itu.

‘Aduh, mampus aku kalau dia beneran ngelapor,’ batin Bryan. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan badannya di sana sembari memijit kepala yang terasa pusing. Ia kemudian memejam mata, berharap untuk tertidur dan melupakan masalah ini sementara.

Nina yang menyadari kedatangan Bryan pun bergegas menghampirinya. “Tuan Bryan…”

Mendengar suara yang familiar di telinganya membuat Bryan kembali membuka mata dan menengok ke sumber suara.

“Nina?”

Sebenarnya Nina sangat malu karena harus bertemu lagi dengan Bryan. Pria yang sudah menodainya semalam. Namun kali ini, gadis malang itu harus kembali merendahkan harga dirinya di depan pria bangsat ini, semua demi kesembuhan sang ayah. Nina meyakinkan diri untuk menyampaikan tujuan utamanya terhadap Bryan.

“Tuan… soal tawaranmu yang semalam, apa… apa itu masih berlaku?” tanya Nina dengan suara yang kecil. Sesekali matanya melirik ke arah yang lain, berjaga-jaga apabila ada pelayan yang lain lewat.

Bagaikan melihat hantu, Bryan menatap Nina seakan-akan tak percaya dengan gadis yang ada di depannya ini. Mungkinkah ini adalah alam bawah sadarnya?

“Tuan Bryan, tolong jawablah. Apakah tawaran semalam masih ada? Jika masih, saya berminat, Tuan,” sambung Nina.

Bryan bangkit dari tidurnya dan memperbaiki posisi. Ia kemudian duduk tegap di depan sofa empuk itu sembari memandang Nina lekat-lekat. Sementara Nina tetap berdiri menundukkan kepala di hadapan Bryan dengan degup jantung yang berdebar kencang.

“Apa aku tidak salah dengar?” tanya Bryan memastikan.

“Tuan tidak salah dengar. Saya memang berminat dengan tawaran itu.” Nina menjawab tanpa melihat wajah Bryan. Sangat takut sekali untuk membalas tatapan dari tuan mudanya itu.

“Aku kira kau akan melaporkanku ke Papa. Apa yang telah terjadi? Apa kau takut?”

Nina menggeleng pelan. “Saya belum melaporkan ke siapa-siapa, Tuan.”

Bryan yang awalnya panik akhirnya lega setelah mengetahui bahwa Nina belum berbicara ke siapa pun terkait peristiwa semalam. ‘Huft, untung saja!’

“Jadi bagaimana, Tuan?” desak Nina ingin segera mendapat jawaban. Nina sudah tidak sabar untuk menerima uang yang diiming-imingi oleh Bryan.

Kali ini Bryan menjadi pihak yang menang. Ia memandang remeh pembantu di depannya itu seraya melipat tangan di dada. “Semalam kau mengataiku dan menamparku bahkan mengancam, tapi lihatlah sekarang? Justru kau yang mengemis-ngemis kepadaku. Apa jangan-jangan kau sudah candu berhubungan badan denganku?” ucapnya sambil tersenyum miring.

Nina terdiam, gadis itu tidak tau harus menjawab apa pada pria yang satu ini.

Karena Nina tidak berani bersuara, Bryan pun mengambil kesimpulan seenak jidat.

“Sudah aku duga, semua perempuan sama saja. Bisa dibeli dengan uang,” celetuk Bryan yang sukses membuat Nina sakit hati.

‘Kalau bukan karena Bapak, aku tidak sudi menjual tubuhku. Apalagi ke pria bangsat ini. Seharusnya dia mendekam di penjara atau minimal kena hukuman dari ayahnya, bukannya malah semakin semena-mena,’ cerocos Nina dalam hati.

“Apa aku bisa mendapatkan uangnya sekarang?” kata Nina.

Bryan membalas dengan suara lumayan tinggi. “Tidak!! Nanti kau kabur.”

“Nanti malam kita bicarakan lagi,” sambung Bryan. Nina akhirnya balik ke dapur dan bekerja.

*

“Eh, Nina! Kamu tadi bahas apa sama Tuan Muda? Kok serius banget sih??” tanya Laras yang kepo. Ternyata wanita itu sempat melihat sekilas Nina yang sedang mengobrol dengan Bryan di ruang tengah.

Nina hanya diam. Baginya pertanyaan itu tidak penting untuk dijawab. Nina fokus dengan pekerjaannya. Mengiris-iris daging dan memotong sayur, persiapan makan siang.

Saat ini, Nina dan Laras ditugaskan untuk membuat makan siang. Sementara Bi Lastri dan Sarah melakukan pekerjaan lain pada lantai dua rumah mewah ini.

“Eh bocah! Kalau ditanya itu jawab dong! Bukannya malah diam kek dinding!” dengkus Laras. “Heran ama anak zaman sekarang, gak ada hormat-hormatnya ama yang tua.”

Nina sudah terbiasa dengan sikap rekan kerjanya yang menjengkelkan itu. Gadis malang itu menarik napas, ia hanya bisa bersabar dengan apa yang terjadi padanya.

Laras semakin kesal melihat kelakuan Nina yang menurutnya kelewatan batas. “Keterlaluan nih anak lama-lama ye!” Laras memukul kuat talenan menggunakan pisau dapur yang ia pegang, membuat Nina sedikit kaget. “Lama-lama males kerja bareng anak tengil dan belagu kek kamu!” gerutu Laras. Setelah menyalurkan emosinya, Laras justru meninggalkan pekerjaannya itu dan pergi dari dapur.

Lagi dan lagi, Nina harus menanggung beban pekerjaan Laras yang tidak terselesaikan itu. Ini bukan pertama kalinya Laras melakukan hal seperti tadi.

*

Malam hari, pukul 23.00

Bryan menghabiskan waktunya setiap malam di klub untuk mencari kedamaian, namun hari ini ia sengaja pulang lebih awal demi bertemu pembantu barunya itu. Membahas tawaran tersebut.

Pada jam sembilan malam para pembantu sudah boleh beristirahat dan biasanya mereka sudah berada di dalam kamar masing-masing. Tadi siang, Bryan sudah berpesan kepada Nina untuk menunggunya pulang alias jangan tidur dulu.

Bryan langsung menuju kamar pribadinya yang berada di lantai dua. Di sana, ia mengirim pesan teks kepada gadis itu agar segera menemuinya di kamar.

[Datang ke kamarku sekarang!]

Tidak menunggu lama, Bryan langsung menerima balasan dari Nina.

[Baik, Tuan]

Nina yang sedari tadi bergerak gelisah di kamarnya itu pun akhirnya bersiap-siap menemui tuannya. Malam ini, Nina mengenakan rok pendek di atas lutut yang memperlihatkan kaki jenjangnya serta baju kaos ketat membuat buah dada berisi milik Nina semakin tergambar jelas. Tak lupa juga ia memakai parfum beraroma musk yang memabukkan, pemberian dari Bryan. Semua ini atas perintah pria bajingan itu.

Nina menghela napas sebelum keluar dari kamarnya sendiri dan berjalan mengendap-endap seperti seorang maling saja. Ia melihat ke sana kemari, takut ada pembantu lain yang melihatnya. Untung saja, beberapa lampu di ruangan rumah itu telah dimatikan sehingga dirinya bisa lebih bebas bergerak naik ke lantai dua, di mana kamar Bryan berada.

TOK TOK TOK

Nina akhirnya tiba di depan kamar tuan muda. Ia mengetuk pintu kamar tersebut dengan pelan.

Bryan membuka pintu dan menyuruh Nina masuk ke dalam. Kedua kalinya, Nina masuk ke ruangan ini. Padahal waktu itu, Nina sudah berjanji untuk tidak lagi menginjakkan kakinya di ruangan kotor ini. Namun apa daya, semua demi keselamatan ayahnya di kampung.

Tanpa menutup pintu kamar dengan rapat, Bryan membawa tubuh Nina dan merapatkannya ke dinding kamar. Begitu dekat wajah serta tubuh mereka saat ini, deru napas bisa dirasakan satu sama lain. Bryan tak berkedip melihat Nina yang sangat seksi malam ini. Sangat menggodanya.

Bryan mengunci tubuh Nina agar tak bergerak, tangan gadis itu di arahkan ke atas. Tanpa basa basi, Bryan lansung melumat brutal bibir seksi milik pembantunya. Melumat seganas mungkin yang ia bisa. Tak hanya itu saja, alat tempur yang sudah menegang di bawah, digesekkannya ke bagian sensitif milik Nina. Walaupun masih sama-sama tertutup kain, namun keduanya bisa merasakan kenikmatan di balik gesekan itu.

Mendapat perlakukan yang seperti itu, Nina terkejut dan mendesah kecil. Wajahnya sepersekian detik menjadi merah padam karena malu.

Do you like it, honey?” bisik Bryan kemudian melayangkan bibir ke leher jenjang gadis itu.

“Tu-tup pin-tunya du-lu, Tu-an, ahh…hmmp,” balas Nina sambil mengerang keenakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 35. Aku, Orang Jahat?

    Tujuh hari berlalu, sikap Nina masih sama. Nina masih sering termenung dan lebih banyak berdiam diri. Hal ini membuat Bryan merasa sedih. Bahkan kadangkala saat Bryan berusaha menyentuh Nina, tangannya itu langsung ditepis begitu saja. Dan juga setiap malam, Nina selalu meminta Bryan agar tidur di kamar yang berbeda. Nina merasa takut dan gugup saat harus seranjang dengan seorang lelaki, meskipun lelaki itu adalah suaminya sendiri.Dan malam ini, pukul sebelas. Bryan sengaja masuk mengendap-endap ke dalam kamarnya sendiri. Bryan membuka pintu sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara. Bryan melihat bahwa istrinya itu sudah tertidur lelap di ranjangnya. Bryan tersenyum tipis. Ingin sekali rasanya ikut rebah di ranjang yang sama. Bryan bosan tidur sendirian. Dia ingin menghabiskan malamnya dengan tidur sambil memeluk tubuh sang istri erat-erat.“Semoga saja kamu tidak terbangun,” gumam Bryan pelan saat dirinya sudah merebahkan diri di samping istrinya. Bry

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 34. Aku Ingin Sendiri

    Berhubung hari ini Bryan tidak ada pertemuan penting dan juga tidak ada jadwal check up di rumah sakit, Bryan memutuskan untuk tetap stay di rumah, menemani sang istri yang kesepian.Akhirnya mereka sampai juga di kamar. Bryan langsung menyuruh Nina untuk beristirahat lagi. “Kamu tidurlah lagi. Kalau sudah saatnya makan siang, aku akan membangunkanmu.”Nina menggeleng pelan. Sepertinya dia enggan untuk beristirahat lagi, mengingat dirinya yang kemarin telah tertidur panjang.Bryan menatap wanitanya yang tampak lesu. Ditatapnya Nina yang kembali merenung.“Nina, kamu bosan? Kita ke taman saja yuk. Taman di samping rumah. Kita duduk-duduk di sana sembari minum teh. Siapa tau dengan begitu, pikiran kamu bisa tenang.”Nina hanya mengangguk. Mereka lalu berjalan berdampingan menuju taman di samping rumah. Dua orang pengawalnya pun ikut melangkah bersama mereka. Sementara dua lainnya berjaga di depan rumah. Dan satunya lagi berjaga di depan gerbang, bers

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 33. Pengawal untuk Nina

    Bryan kembali mengunjungi Nina saat anak-anaknya sudah berangkat. Bryan selalu setia menunggu Nina di depan ruangan ICU hingga malam tiba. Sedetik pun Bryan tidak pernah beranjak dari kursi yang didudukinya itu. Bryan duduk termenung sembari menghilangkan rasa penat yang ada. Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan itu, membuat Bryan harus berdiri dan meninggalkan rasa penatnya di sana.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” tanya Bryan, berharap ada kemajuan mengenai kondisi istrinya.“Detak jantung pasien sudah mulai stabil. Semoga semuanya baik-baik saja. Obat tidur yang pasien minum semoga tidak mempengaruhi jantungnya lagi.”Bryan menghela napas merasa lega. “Jadi istri saya sudah pulih sepenuhnya kan, Dok?” tanya Bryan memastikan.Dokter itu menggeleng pelan. “Belum, Pak. Seperti yang saya katakan sebelumnya, selama pasien belum sadarkan diri, serangan jantung bisa menyerang pasien kapan saja,” jelas dokter

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 32. Berpisah Sementara

    Mendengar suara anaknya yang berbicara sembari terisak membuat Fredrinn tanpa lama mengiyakan permintaan itu. “Oke, oke. Papa terbang ke Jakarta sekarang.”Menggunakan super jet pribadinya, Fredrinn pun terbang dari Kuala Lumpur menuju Jakarta untuk menemui Bryan.Dalam kurun waktu yang singkat, Fredrinn pun tiba di rumahnya itu, rumah yang sudah diwariskan kepada anaknya sendiri.Dahi Fredrinn berkerut melihat semua pintu yang ada dan juga jendela semuanya tertutup rapat. “Apa yang telah terjadi di sini?” gumamnya bertanya-tanya.Tidak pakai lama, pintu utama pun terbuka. Tampak Bi Cholifah yang berdiri di ambang pintu, mempersilakan Fredrinn masuk.“Di mana Bryan?” tanya Fredrinn tanpa basa-basi.“Tuan Bryan sudah menunggu Bapak di ruang tengah,” jawab ART itu sopan.Fredrinn lalu melangkah dengan cepat menuju ruang tengah. Dia melihat Bryan yang tampak lesu di sofa dengan wajahnya yan

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 31. "Mama di mana, Pa?"

    Setelah menekan tombol emergency berulang kali, satu orang dokter dan dua perawat berlari kecil memasuki ruangan tersebut.“Dok, tolong istri saya segera! Dia overdosis obat tidur,” jelas Bryan panik. Dia masih berusaha membangunkan Nina dengan mengguncang-guncang tubuh istrinya itu.“Silakan Bapak keluar dulu ya. Biar kami bisa melakukan pemeriksaan terhadap pasien,” suruh suster.“Tidak! Saya tetap di sini. Saya tidak akan ke mana-mana sebelum istri saya sadar!” tolak Bryan. Dia enggan melepaskan tubuh istrinya dari dekapannya.“Tolong kerjasamanya, Pak. Bapak menghambat kami dalam menangani pasien kalau begini.”Bryan pasrah dan akhirnya keluar dari ruangan. Bryan terlihat gusar menunggu di depan ruangan VVIP itu. Berjalan mondar-mandir tidak bisa tenang, berharap istrinya baik-baik saja. Jantungnya terasa ikut berdebar cemas. Sorot matanya terlihat sayu.Bryan kembali menyalahkan dirinya se

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 30. Nina Bunuh Diri?

    “Hey, Nina. Dengarkan aku. Aku bukan orang jahat. Aku Bryan Lawrence. Aku suamimu. Aku pria yang menikahimu. Jangan takut padaku. Aku tidak akan berbuat apa-apa. Aku tidak akan menyakitimu. Justru aku ingin melindungimu.”Kepala yang tadinya menunduk ketakukan kini mendongak. Nina memperhatikan Bryan dengan mata penuh kalbu. “S-suami? Melindungiku?”Bryan mengangguk. “Iya, benar. I’m your husband and I wanna protect you.”Seperti ada kelegaan saat mendengar kalimat lembut dari suaminya. Melihat wajah tampan itu berada di kamar bersamanya, membuatnya sedikit tenang. Beban hidup, guncangan, rasa trauma seakan menghilang saat Bryan mendekatinya dan memeluk tubuhnya yang tidak lagi suci, sudah dijamah banyak lelaki.“Jangan pernah tinggalkan aku sendirian lagi. Jangan pernah,” gumam Nina lirih.“I promise, sweetheart. I’ll never leave u again. Apa pun yang terjadi, aku akan berada di sis

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 29. "Jangan Lakukan Ini"

    Alex berjongkok, mengarahkan miliknya ke mulut wanita yang saat ini terbaring lemah tak berdaya. Tentu saja Nina memberikan perlawanan ketika mulutnya dipaksa untuk mengulum benda itu.“Buka mulutnya!” Alex memberi perintah kepada salah satu anak buahnya.Dan akhirnya, berhasil juga Alex memasukkan asetnya ke dalam mulut Nina. Sesekali Nina harus tersedak saat benda itu memenuhi rongga mulutnya. Sungguh, Alex merasakan sensasi luar biasa ketika kepala Nina yang dituntun oleh tangannya maju mundur dengan teratur sampai-sampai mengabaikan Nina yang kewalahan di bawah sana.“Ouhh, yeaah, baby. Gilaa… kulumanmu luar biasa. Pantas saja Bryan betah,” puji Alex sembari mengerang kenikmatan.Alex pun memberi perintah lagi kepada anak buahnya untuk melucuti pakaian Nina secara paksa.“J-jangan! Jangan lakukan ini!” pinta Nina memelas dengan penuh air mata.Alex memaksa Nina agar membuka kakinya lebar-lebar.

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 28. Tolong!

    Alex kembali menjalankan mobil itu dengan laju. Tak lupa juga Alex mengaktifkan fitur door lock sehingga Nina tidak bisa membuka pintu selama perjalanan.Hati Nina was-was saat ini. Rasa gugup dan takut menyertainya. Apalagi Alex membawanya keluar jauh dari pusat kota. Namun, Nina tidak tinggal diam. Nina mengambil ponselnya dari dalam tas, hendak menghubungi suaminya, namun panggilan itu tidak diangkat.[Mas, please. Jawab telponku!][Tolong aku, Mas. Aku dibawa kabur sama temanmu. Dia mengaku namanya adalah Alex][Aku sharelock lokasiku sekarang. Tolong cari aku di area sini, Mas. Sumpah, aku tidak tau sekarang berada di jalan apa]“Kau menghubungi suamimu?”Suara Alex membuat Nina terkesiap. Tangannya mendadak tremor sehingga menjatuhkan ponselnya ke bawah kabin, tepatnya di bawah kursi pengemudi. Nina hendak menunduk untuk mengambil ponselnya yang terjatuh. Namun apa yang didapatnya setelah kembali mendongak membuatnya terkej

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 27. "Tebus Kesalahan Suamimu!"

    Siang ini Nina kembali mengunjungi kantor Bryan untuk membawakan makan siang sekaligus mengingatkan Bryan untuk meminum obatnya. Tugas yang biasa dilakukan oleh Devika, dokter yang juga merangkap sebagai sekretaris itu kini berpindah tangan ke Nina. Nina tidak rela jika Bryan lebih diperhatikan oleh Devika, meskipun dia adalah seorang dokter. Sebagai seorang istri, Nina tidak mau kalah. Makanya hampir setiap hari saat suaminya pergi bekerja, Nina selalu menyempatkan diri untuk membawakan Bryan makan siang dan juga buah-buahan sebagai pelengkap.“Kamu langsung pulang saja ya. Soalnya sebentar lagi akan ada tamu yang datang,” imbuh Bryan kepada Nina yang baru saja datang membawakan makanan untuknya.“Bukannya ini jam istirahat makan siang, Mas? Kok kamu mau menerima tamu jam segini?” tanya Nina kemudian dengan santainya duduk di sofa sembari membuka kotak bekal itu. “Sini, Mas. Biar aku suapin.”“Aku makannya nanti saja. Kamu pulanglah. Soalnya tamuku sudah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status