Share

Bab 5. Meminta Jatah

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2024-12-23 21:43:44

Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.

“Tu-Tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.

Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina Sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”

Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”

Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.

“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”

Nina menggeleng dengan cepat.

Bryan terkekeh. “Oh ya, aku lupa. Kita sudah melakukannya kemarin. Tapi, apakah aku lelaki pertama yang melakukannya? Bisa dilihat dari gerakanmu yang kaku.”

Nina hanya diam sembari menunduk malu.

“Ah, tidak apa. Biar aku ajarkan bagaimana caranya menyenangkan tuanmu ini di atas ranjang,” lanjut Bryan berbisik di telinga Nina. Gadis itu hanya menganggukkan kepala.

Bryan kembali membungkam Nina dengan bibirnya. Meski awalnya menolak, tapi sekarang Nina mulai terjatuh dalam permainan mulut tuan mudanya. Nina perlahan tapi pasti mulai membalas lumatan Bryan. Bryan pun menarik pinggang sang gadis untuk mendekat demi memperdalam aksi cumbuan panas mereka. Tak mau kalah, Nina mengalungkan kedua tangannya di leher tuannya.

Ciuman itu semakin dalam, satu tangan Bryan mulai meremas satu buah dada padat yang masih bersembunyi di balik kaos milik Nina.

“Ahhh…” Nina mendesah ketika pagutan bibir mereka lepas. Desahan itu tanpa sengaja mengundang gairah Bryan lebih dalam.

“Holy shit!! Desahanmu merdu sekali. Punyaku semakin mengeras,” gumam Bryan dengan suara paraunya. “Akan aku buat kamu mendesah lebih keras,” ucapnya lagi.

Tanpa basa-basi Bryan langsung mendorong tubuh Nina untuk berbaring di ranjang. Kemudian ia tarik kancing rok Nina dan membukanya. Kini terpampanglah sudah dengan jelas dalaman yang Nina kenakan. Bryan mulai menggesek-gesekkan jari-jarinya pada kain tipis itu. Membuat Nina semakin tak kuasa menahan desahannya.

“Jangan malu-malu, Baby. Keluarkan saja suaramu.” Bryan pun memutuskan untuk melepaskan kain tipis itu. Bryan menelan ludah susah payah ketika melihat milik Nina yang sudah basah. “Punyamu menggiurkan sekali. Aku jadi ingin mencicipinya. Bolehkan?” tanya Bryan tanpa berkedip. Ia masih menatap pemandangan indah di depan matanya.

Berbeda dengan yang kemarin. Kali ini Bryan sangat berbeda, memperlakukan Nina lebih lembut dan terkesan tidak memaksa seperti kejadian sebelumnya. Bryan ingin menciptakan kesan yang ramah pada asisten rumah tangganya itu malam ini. Namun jawaban yang diberikan Nina sungguh diluar ekspetasinya. Nina justru menolak permintaannya.

“Tidak boleh,” jawab Nina dengan suara gemetar. Ia takut jika Bryan akan marah padanya.

Dan benar saja, ekspresi tuan muda langsung berubah menjadi tidak ramah seperkian detik. “Sepertinya kau tidak bersungguh-sungguh melakukan pekerjaanmu. Apakah kau tidak jadi dengan penawaranku?” tanyanya dingin. Aura wajahnya mulai serius.

Nina kemudian merubah posisinya. Ia duduk dan mengambil selimut demi menutupi area sensitifnya. “Kita bahkan belum membuat kesepakatan, Tuan. Kata Tuan, malam ini kita akan membahas soal penawaran Tuan lebih dulu sebelum melakukan yang lain. Saya ingin tau berapa bayaran yang akan Tuan Bryan berikan dalam sekali main?”

Tanpa berkata apa-apa, Bryan segera mengambil ponsel canggihnya dan membuka sebuah aplikasi. “Sebutkan nomer rekeningmu,” ucapnya singkat.

Nina sebenarnya ragu. Apa Bryan akan memberikan bayarannya langsung malam ini juga?

“Sebentar, Tuan. Saya tidak hapal.” Nina turun dari ranjang dan memakai kembali rok miliknya.

“Mau ke mana kamu?” tanya Bryan ketus.

“Ke bawah, Tuan. Saya mau ngambil hp dulu. Soalnya saya gak hapal—”

Bryan langsung melemparkan duitnya secara cash ke hadapan Nina. Lembaran uang berwarna merah berhamburan di atas lantai. Melihat itu, Nina segera memungut dan menghitungnya satu per satu.

Bryan tersenyum remeh ketika melihat Nina yang sangat antusias dengan pemberiannya itu. “Ckckck. Apa semua gadis di zaman sekarang bisa dibayar dengan uang?” sindirnya.

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Bryan membuat Nina tertampar. Tapi ia mencoba untuk tidak peduli dengan sindiran-sindiran halus dari tuan mudanya. Terpenting sekarang Nina bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan sang ayah. Apa pun yang harus Nina kerjakan, akan ia lakukan. Walaupun harus mengorbankan harga dirinya sendiri.

“Sekarang baliklah ke kamarmu. Aku sudah tidak bergairah. Karena kau, malam yang indah ini jadi hancur!”

“M-maaf, Tuan,” ucap Nina menundukkan kepala. Kedua tangannya sudah penuh dengan lembaran kertas yang berharga.

“Nanti pagi kau harus membayarnya! Ingat itu!”

Nina hanya mengangguk pelan.

“Sudah sana! Pergilah.”

Nina pun melangkah keluar dari kamar tuan muda. Bibirnya mulai menampakkan senyuman tipis. Ia sedikit bahagia karena mendapatkan uang dari Bryan yang totalnya lumayan banyak. Nina kembali ke lantai satu dan masuk ke dalam kamarnya. Di sana, ia mencoba menghubungi sang ibu untuk memberi tau bahwa dirinya sudah mendapatkan sebagian dari biaya operasi yang dibutuhkan.

**

Keesokan paginya, seperti biasa Nina melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagai seorang pembantu.

“Nina, hari ini giliran kamu dan Laras yang beberes rumah ya. Biar Bibi sama Sarah yang ngurus dapur,” ucap Bi Lastri kepada Nina.

“Oh, oke, Bi.” Nina begitu bersemangat pagi ini. Ia segera mengambil sapu dan alat pendukung lainnya kemudian bergegas membersihkan setiap sudut rumah itu. Sementara Bi Lastri dan Sarah mulai membuat sarapan pagi.

Tampak Laras yang baru keluar dari kamarnya, berjalan menuju Nina. “Eh, Nina! Kamu beberes duluan aja. Nanti saya nyusul,” ucap Laras seenak jidat. Dirinya selalu memanfaatkan Nina dengan menyuruhnya bekerja lebih dulu agar sisa pekerjaannya yang harus ia lakukan semakin sedikit.

Nina tanpa berpikir panjang pun langsung mengiyakan perkataan Laras. “Baik, Mbak Laras. Saya duluan ya. Permisi,” ucap Nina dengan senyuman segar.

“Idih, sok ramah!” ujar Laras kala Nina sudah tak terlihat di hadapannya. Laras pun kembali masuk ke kamarnya dan membiarkan Nina bekerja duluan.

Nina mulai menjalankan tugasnya membersihkan seluruh ruangan dimulai dari lantai atas. Di sana ia melihat kamar Bryan masih tertutup rapat. Nina berpikir bahwa Bryan belum bangun. Nina menarik napas lega. Untuk sementara waktu dirinya aman dari Bryan. Ia pun bisa bebersih rumah dengan tenang, batinnya.

Tak berselang lama, pintu kamar Bryan terbuka. Lelaki itu langsung menarik Nina yang tengah sibuk menyapu koridor. Nina terhentak kaget saat seseorang menarik tangannya dari belakang. Sapu yang dipegangnya pun terjatuh hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

“Tu-Tuan?” ucap Nina dengan mata membulat.

Tanpa banyak bicara, Bryan membawa Nina masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu itu.

“Aku ingin sarapan,” kata Bryan dengan suara seraknya.

“Sarapan masih dibuat sama Bi Lastri, Tuan,” jawab Nina sembari melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi.

“Kau ini berlagak polos atau gimana, huh?”

Nina menatap wajah Bryan dengan kebingungan. Apa maksud ucapan dari tuannya itu? Sarapan apa yang dimaksud oleh Bryan? Seketika Nina langsung paham ketika Bryan mulai mengelus-elus sesuatu di balik celana yang pria itu pakai.

“Adik kecilku butuh sarapan, Sayang. Apa kamu bisa memberikannya makanan yang lezat dan bergizi?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 136. Pemuas Hasrat Liar Suamiku

    Nina menerima uluran tangan itu dengan senyuman manis.“Aku ingin kita menikmati malam ini dengan berdansa dan diakhiri dengan bergoyang pinggul sampainya ranjang patah-patah dan dengkul bergetar,” bisik Bryan secara brutal anti sensor club.Sebelum berdansa, Bryan menyetel musik terlebih dahulu. Musik yang begitu romantis dengan alunan nada merdu.Cinta satu malam, oh indahnyaCinta satu malam, buatku melayangWalaupun satu malam, akan selalu ku kenang dalam hidupku“Hm, Mas? Apa kamu gak salah lagu? Masa iya cinta satu malam? Kan cinta kita sampai akhir hayat, bukan satu malam doang,” tegur Nina membuat Bryan tersadar.“Eh iya. Salah setel.”Akhirnya Bryan menyetel lagu yang cocok untuk dipakai berdansa malam ini.Pasangan suami istri itu pun berdansa mengikuti ritme. Bryan membuat Nina berputar sesuai alunan nada hingga vertigonya kambuh. Wkwkw.

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 135. Riko Sedikit Iri

    “Ashiaapp!!” sahut Rozak ala-ala Atta Halilintar.“Iya, Pak. Mampir kapan saja, pintu rumah selalu tertutup bahkan tergembok untuk Bapak Rozak,” ujar Fredrinn berniat ngejokes ala Bapack-bapack. Sayangnya jokesnya itu tidak lucu sama sekali. Namun Rozak justru tertawa.Akhirnya pamit juga Rozak dan Aliyah.Fredrinn dan Adelina juga berpamitan dari hadapan yang lainnya. Mereka ingin beristirahat di kamar. Begitu pula dengan para ART yang izin mundur diri.Kini hanya tersisa Nina, Bryan, Riko beserta empat bocil di ruang makan itu.“Ayo anak-anak. Kalian juga masuk ke kamar! Cuci tangan, cuci kaki, cuci muka dan jangan lupa gosok gigi!” seru Nina yang diangguki oleh keempat anaknya itu.Riko tersenyum lebar melihat keempat ponakannya yang mudah sekali diatur oleh Nina.“Mereka ini penurut sekali,” puji Riko. “Pasti kakak mendidik mereka dengan sangat baik. Makanya mereka semua bisa j

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 134. Keluarga Cemara

    Keesokan paginya, Nina melihat Bryan sedang menyetrika pakaian kerjanya. Hari masih pagi buta, tapi Bryan sudah sibuk bersiap-siap menuju kantor.“Kamu mau ke mana, Mas?” tanya Nina yang baru saja terbangun dari tidurnya. Bahkan matanya belum terbuka dengan sempurna.“Mulai hari ini aku akan ke kantor, sayang. Aku akan bekerja seperti biasa sebagai direktur,” jawab Bryan dengan pandangan mata yang masih terfokus pada setrikaannya.Nina bangkit dari tidurnya, mengubah posisi menjadi duduk. Dia masih menguap sesekali. Jujur saja rasanya ingin sekali dia melanjutkan tidur, tapi tidak enak karena suaminya sendiri lagi sibuk-sibuknya.“Kamu yakin mau bekerja seperti biasa, Mas? Aku kira status kamu masih jadi tahanan rumah. Kalau kamu ditangkap lagi oleh polisi karena ketahuan melanggar peraturan, bagaimana dong?”“Dari kemarin-kemarin aku kan sudah melanggar peratur

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 133. Pengen Bercinta (21+)

    Dua minggu kemudian.Setelah dua mingguan lebih dirawat di rumah sakit, Nina sudah diperbolehkan pulang ke rumah dengan catatan tidak boleh banyak bergerak agar luka tembaknya di perut itu segera pulih dengan baik.Malam itu, Bryan sedang membantu Nina memakai pakaiannya. Namun tiba-tiba Nina menyambar bibir Bryan dengan mendaratkan sebuah ciuman ringan di bibir suaminya itu..“Eh, sayang. Jangan memancing dong.”“Mas, aku pengen,” bisik Nina. “Sudah lama kita gak begituan.”Bryan paham dengan kode istrinya itu. “Tapi luka kamu kan belum kering seratus persen, sayang.”Nina melirik luka di perutnya yang masih diperban. Ya, dia akui walaupun sudah tak terasa nyeri, tapi dia belum bisa bergerak dengan leluasa. Dan hal itu akan mempengaruhi mereka nantinya jika melakukan hubungan suami istri.“T-tapi aku udah gak bisa nahan gimana dong, Mas?”Nina memasang wajah manjanya,

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 132. Nasib Jomblo

    “Kita ke rumah sakit dulu ya. Soalnya Bryan ada di sana,” ujar Fredrinn kepada Riko yang tengah mengemudi mobil.“Loh, siapa yang sakit? Bryan?” tanya Adelina yang mendadak khawatir.“Bukan. Tapi menantuku,” jawab Fredrinn.“Oh. Bryan ternyata sudah menikah, ya?” tanya Adelina lagi.“Iya. Bahkan sudah punya anak empat.”Adelina kemudian melirik ke Riko. “Kalau kamu kapan rencana nikah, Nak?”Bless! Hati Riko terasa tertancap duri saat mendapatkan pertanyaan menohok seperti itu.“Mama nih apaan sih? Kok langsung nanya begitu?” balas Riko tidak terima ditanya demikian.“Mama kan cuman nanya. Gak salah toh?”“Salah dong! Salah banget malah!”“Salahnya di mana?”“Jelas salah. Tidak seharusnya Mama bertanya seperti itu.

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 131. Ibu untuk Bryan

    Keesokan harinya, Fredrinn mengajak Riko mengunjungi kantor cabang Lawrence Company. Di sana, Fredrinn memperkenalkan Riko sebagai anaknya sekaligus penerusnya dalam mengelola perusahaan itu.“Saya kira anak Pak Fredrinn cuman Pak Bryan,” celetuk salah satu karyawan yang terdengar jelas di telinga Fredrinn.“Tidak. Riko juga anak saya. Cuman baru terungkap sekarang,” jawab Fredrinn santai.“Semacam program investigasi ya, Pak. Baru terungkap sekarang.”“Iya, begitulah.”Setelah selesai memperkenalkan Riko kepada semua karyawan di kantor itu, Fredrinn lalu mengajak Riko untuk menemui Adelina, ibu kandungnya.“Kenapa Papa mengajak aku ke tempat ini?” tanya Riko setelah mereka tiba di rumah Adelina.“Ini adalah rumah mama kandung kamu. Walaupun kamu tidak tertarik untuk mengetahui siapa mama kamu, tapi tetap saja kamu h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status