Share

Bab 5. Meminta Jatah

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2024-12-23 21:43:44

Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.

“Tu-Tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.

Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina Sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”

Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”

Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.

“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”

Nina menggeleng dengan cepat.

Bryan terkekeh. “Oh ya, aku lupa. Kita sudah melakukannya kemarin. Tapi, apakah aku lelaki pertama yang melakukannya? Bisa dilihat dari gerakanmu yang kaku.”

Nina hanya diam sembari menunduk malu.

“Ah, tidak apa. Biar aku ajarkan bagaimana caranya menyenangkan tuanmu ini di atas ranjang,” lanjut Bryan berbisik di telinga Nina. Gadis itu hanya menganggukkan kepala.

Bryan kembali membungkam Nina dengan bibirnya. Meski awalnya menolak, tapi sekarang Nina mulai terjatuh dalam permainan mulut tuan mudanya. Nina perlahan tapi pasti mulai membalas lumatan Bryan. Bryan pun menarik pinggang sang gadis untuk mendekat demi memperdalam aksi cumbuan panas mereka. Tak mau kalah, Nina mengalungkan kedua tangannya di leher tuannya.

Ciuman itu semakin dalam, satu tangan Bryan mulai meremas satu buah dada padat yang masih bersembunyi di balik kaos milik Nina.

“Ahhh…” Nina mendesah ketika pagutan bibir mereka lepas. Desahan itu tanpa sengaja mengundang gairah Bryan lebih dalam.

“Holy shit!! Desahanmu merdu sekali. Punyaku semakin mengeras,” gumam Bryan dengan suara paraunya. “Akan aku buat kamu mendesah lebih keras,” ucapnya lagi.

Tanpa basa-basi Bryan langsung mendorong tubuh Nina untuk berbaring di ranjang. Kemudian ia tarik kancing rok Nina dan membukanya. Kini terpampanglah sudah dengan jelas dalaman yang Nina kenakan. Bryan mulai menggesek-gesekkan jari-jarinya pada kain tipis itu. Membuat Nina semakin tak kuasa menahan desahannya.

“Jangan malu-malu, Baby. Keluarkan saja suaramu.” Bryan pun memutuskan untuk melepaskan kain tipis itu. Bryan menelan ludah susah payah ketika melihat milik Nina yang sudah basah. “Punyamu menggiurkan sekali. Aku jadi ingin mencicipinya. Bolehkan?” tanya Bryan tanpa berkedip. Ia masih menatap pemandangan indah di depan matanya.

Berbeda dengan yang kemarin. Kali ini Bryan sangat berbeda, memperlakukan Nina lebih lembut dan terkesan tidak memaksa seperti kejadian sebelumnya. Bryan ingin menciptakan kesan yang ramah pada asisten rumah tangganya itu malam ini. Namun jawaban yang diberikan Nina sungguh diluar ekspetasinya. Nina justru menolak permintaannya.

“Tidak boleh,” jawab Nina dengan suara gemetar. Ia takut jika Bryan akan marah padanya.

Dan benar saja, ekspresi tuan muda langsung berubah menjadi tidak ramah seperkian detik. “Sepertinya kau tidak bersungguh-sungguh melakukan pekerjaanmu. Apakah kau tidak jadi dengan penawaranku?” tanyanya dingin. Aura wajahnya mulai serius.

Nina kemudian merubah posisinya. Ia duduk dan mengambil selimut demi menutupi area sensitifnya. “Kita bahkan belum membuat kesepakatan, Tuan. Kata Tuan, malam ini kita akan membahas soal penawaran Tuan lebih dulu sebelum melakukan yang lain. Saya ingin tau berapa bayaran yang akan Tuan Bryan berikan dalam sekali main?”

Tanpa berkata apa-apa, Bryan segera mengambil ponsel canggihnya dan membuka sebuah aplikasi. “Sebutkan nomer rekeningmu,” ucapnya singkat.

Nina sebenarnya ragu. Apa Bryan akan memberikan bayarannya langsung malam ini juga?

“Sebentar, Tuan. Saya tidak hapal.” Nina turun dari ranjang dan memakai kembali rok miliknya.

“Mau ke mana kamu?” tanya Bryan ketus.

“Ke bawah, Tuan. Saya mau ngambil hp dulu. Soalnya saya gak hapal—”

Bryan langsung melemparkan duitnya secara cash ke hadapan Nina. Lembaran uang berwarna merah berhamburan di atas lantai. Melihat itu, Nina segera memungut dan menghitungnya satu per satu.

Bryan tersenyum remeh ketika melihat Nina yang sangat antusias dengan pemberiannya itu. “Ckckck. Apa semua gadis di zaman sekarang bisa dibayar dengan uang?” sindirnya.

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Bryan membuat Nina tertampar. Tapi ia mencoba untuk tidak peduli dengan sindiran-sindiran halus dari tuan mudanya. Terpenting sekarang Nina bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan sang ayah. Apa pun yang harus Nina kerjakan, akan ia lakukan. Walaupun harus mengorbankan harga dirinya sendiri.

“Sekarang baliklah ke kamarmu. Aku sudah tidak bergairah. Karena kau, malam yang indah ini jadi hancur!”

“M-maaf, Tuan,” ucap Nina menundukkan kepala. Kedua tangannya sudah penuh dengan lembaran kertas yang berharga.

“Nanti pagi kau harus membayarnya! Ingat itu!”

Nina hanya mengangguk pelan.

“Sudah sana! Pergilah.”

Nina pun melangkah keluar dari kamar tuan muda. Bibirnya mulai menampakkan senyuman tipis. Ia sedikit bahagia karena mendapatkan uang dari Bryan yang totalnya lumayan banyak. Nina kembali ke lantai satu dan masuk ke dalam kamarnya. Di sana, ia mencoba menghubungi sang ibu untuk memberi tau bahwa dirinya sudah mendapatkan sebagian dari biaya operasi yang dibutuhkan.

**

Keesokan paginya, seperti biasa Nina melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagai seorang pembantu.

“Nina, hari ini giliran kamu dan Laras yang beberes rumah ya. Biar Bibi sama Sarah yang ngurus dapur,” ucap Bi Lastri kepada Nina.

“Oh, oke, Bi.” Nina begitu bersemangat pagi ini. Ia segera mengambil sapu dan alat pendukung lainnya kemudian bergegas membersihkan setiap sudut rumah itu. Sementara Bi Lastri dan Sarah mulai membuat sarapan pagi.

Tampak Laras yang baru keluar dari kamarnya, berjalan menuju Nina. “Eh, Nina! Kamu beberes duluan aja. Nanti saya nyusul,” ucap Laras seenak jidat. Dirinya selalu memanfaatkan Nina dengan menyuruhnya bekerja lebih dulu agar sisa pekerjaannya yang harus ia lakukan semakin sedikit.

Nina tanpa berpikir panjang pun langsung mengiyakan perkataan Laras. “Baik, Mbak Laras. Saya duluan ya. Permisi,” ucap Nina dengan senyuman segar.

“Idih, sok ramah!” ujar Laras kala Nina sudah tak terlihat di hadapannya. Laras pun kembali masuk ke kamarnya dan membiarkan Nina bekerja duluan.

Nina mulai menjalankan tugasnya membersihkan seluruh ruangan dimulai dari lantai atas. Di sana ia melihat kamar Bryan masih tertutup rapat. Nina berpikir bahwa Bryan belum bangun. Nina menarik napas lega. Untuk sementara waktu dirinya aman dari Bryan. Ia pun bisa bebersih rumah dengan tenang, batinnya.

Tak berselang lama, pintu kamar Bryan terbuka. Lelaki itu langsung menarik Nina yang tengah sibuk menyapu koridor. Nina terhentak kaget saat seseorang menarik tangannya dari belakang. Sapu yang dipegangnya pun terjatuh hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

“Tu-Tuan?” ucap Nina dengan mata membulat.

Tanpa banyak bicara, Bryan membawa Nina masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu itu.

“Aku ingin sarapan,” kata Bryan dengan suara seraknya.

“Sarapan masih dibuat sama Bi Lastri, Tuan,” jawab Nina sembari melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi.

“Kau ini berlagak polos atau gimana, huh?”

Nina menatap wajah Bryan dengan kebingungan. Apa maksud ucapan dari tuannya itu? Sarapan apa yang dimaksud oleh Bryan? Seketika Nina langsung paham ketika Bryan mulai mengelus-elus sesuatu di balik celana yang pria itu pakai.

“Adik kecilku butuh sarapan, Sayang. Apa kamu bisa memberikannya makanan yang lezat dan bergizi?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 6. Pagi yang Nikmat

    Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu DP semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan mudanya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan menampakkan senyum tipis karena melihat Nina menatapnya tanpa berkedip

    Last Updated : 2025-01-07
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 7. Ketahuan?

    “Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.“Tuan, ja-jangan dulu…. akkhhh…”Bryan tidak mau menunda lagi. Ia langsung mendorong masuk adik kecilnya seca

    Last Updated : 2025-01-08
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 8. Uang dari Mana?

    “Tidak, aku jamin semuanya bakalan aman. Kamu santai saja,” balas Bryan berusaha menenangkan Nina.Setelah mereka berpakaian lengkap, Bryan mengintip lebih dulu sebelum menyuruh Nina keluar.“Nina, ayo keluar. Gak ada siapa-siapa di sini. Semuanya pada di lantai bawah.”Nina mengangguk pelan kemudian melangkah keluar dari kamar Bryan. Dirinya kembali melanjutkan pekerjaan rumah. Sedangkan Bryan turun ke bawah untuk sarapan bersama sang ayah.*“Ehhem.” Bryan sengaja berdeham saat tiba di meja makan. Dirinya memperhatikan Fredrinn yang sangat sibuk memperhatikan layar ponsel.Fredrinn yang menyadari kedatangan putranya pun segera meletakkan ponsel miliknya ke atas meja dan fokus kepada Bryan.“Papa memanggilku?” tanya Bryan singkat dengan nada yang datar. Ia pun langsung melahap hidangan yang telah tersaji di depan mata tanpa memedulikan perkataan Fredrinn selanjutnya.“Besok

    Last Updated : 2025-01-10
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 9. Mesum di Toilet

    Nina bisa mendengar jelas bahwa ibunya sedang cemas padanya. Nina terpaksa berbohong. “Duit ini dari majikan Nina, Bu. Nina juga meminjamnya. Majikan Nina kasian mendengar berita bahwa Bapak harus dioperasi secepatnya tapi terkendala biaya. Makanya Nina dipinjemin duit sebanyak ini. Dan bisa dikembalikan kapan saja katanya.”Di seberang telepon terdengar helaan napas lega dari Aliyah. “Syukurlah, Nak, kamu dapat majikan yang baik hati. Ibu sempat khawatir mengenai asal uang itu. Ingat selalu pesan Ibu, jaga diri kamu baik-baik di sana, ya! Jangan terpengaruh hal-hal buruk di sana. Kalau soal biaya rumah sakit Bapak, kamu jangan khawatir, Nak. Ibu sudah mendapatkan pinjaman dari juragan beras di kampung kita dan juga sumbangan dari para tetangga. Kamu kembalikan saja uang itu ke majikanmu, Nak. Dan katakan terima kasih karena sudi membantu kita, meskipun uang itu tidak jadi dipakai.”“Ba-baiklah, Bu. Nina tutup teleponnya ya, Bu. Nina mau n

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 10. Terciduk Laras?

    “Mau melakukan apa?” tanya Bryan dingin.“Mencicipi punya, Tuan. Jangan marah-marah lagi ya, Tuan. Nanti gantengnya hilang,” goda Nina dengan terpaksa. Ia melakukannya agar Bryan tidak murka padanya. Nina takut jika dirinya dipecat dari kerjaan.Nina merasa lega saat Bryan menampakkan senyum tipis.“Anak pinter. Lain kali jangan berani menolak permintaanku lagi, ya.”“I-iya, Tuan. Saya janji.”“Sekarang kamu jongkok dan buka celanaku.”Tanpa melawan lagi, Nina menuruti semua permintaan Bryan. Ia perlahan membuka celana milik Bryan. Pipi Nina seketika merah merona saat berhadapan dengan alat tempur Bryan. Meskipun masih menciut, barang itu masih menunjukkan keperkasaannya.“Bangunkan dia, sayang. Perlakukan dia dengan lembut. Berikan sentuhan terbaikmu.”Nina meneguk ludah susah payah. Ia sangat malu dan tidak mau melakukan hal ini. Nina mendongakkan kepala

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 11. Belum Klimaks

    Bukannya menjawab, Bryan tidak ambil pusing. Lelaki itu melanjutkan kembali memompa batangnya ke milik Nina.“Tuan Bryan, berhenti, Tuan. Saya takut.”“Dia cuman pembantu, Sayang. Kenapa harus takut?”“Saya takut keciduk, Tuan.”“Ah, jangan gugup, Nina. Dia bisa apa di hadapanku? Kalau ketahuan, aku pecat saja dia dari sini. Gampang, kan?”Rasa panik, gugup, takut, dan nikmat bercampur menyatu dalam diri Nina. Ingin rasanya mendesah, namun ia menahan diri. Samar-samar Nina masih mendengar suara Laras yang masih mencari dirinya.“Aaahhh.. hngg.. mmpss.. pe-pelan-pelan, Tuan… ouhh…” Nina tak kuasa menahan desahannya lagi karena Bryan semakin menusuknya lebih dalam dan bergoyang lebih cepat.Sementara Laras sadar, ia seperti mendengar suara percikan air dari dalam toilet di ujung dapur. Tidak hanya itu, Laras pun samar-samar mendengar suara wanita dan hantaman enta

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 12. Harapan Palsu

    “Hmm… sebenarnya belum. Tapi aku gak mau mempersulit keadaan kamu. Kita berhenti dulu. Kamu lanjut pekerjaanmu, sebelum Laras kembali ke sini,” ucap Bryan menyuruh Nina keluar dari toilet.Nina pun mengangguk pelan dan bergegas memasang kembali pakaiannya dengan lengkap. Sementara Bryan masih berada dalam toilet sekaligus mandi sembari menunggu Laras datang membawakan handuk untuknya.Tidak lama kemudian Laras kembali dengan sebuah handuk di tangan, ia lalu melihat Nina yang sudah berada di dapur tengah sibuk memotong-motong sayuran.‘Sialan itu anak. Dari mana saja dia?’Tok Tok Tok“Permisi, Tuan Muda. Ini handuknya, Tuan.”Tanpa panjang lebar, Bryan membuka pintu dan hanya menampakkan tangannya. Ia pun langsung mengambil handuk itu dan melanjutkan membersihkan tubuhnya.‘Huftt.. cuek banget sih dia. Bilang terima kasih kek, apa kek. Ini main ambil-ambil aja tanpa ngomong! Susah ya pu

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 13. Kamu Bikin Aku Candu!

    Malam hari, tepatnya pukul dua belas malam. Nina masih terbangun. Ia duduk sambil terus-terusan menatap layar hp miliknya, menantikan pesan masuk dari sang majikan. Walaupun matanya sudah tampak sayu karena menahan ngantuk, namun Nina berusaha semaksimal mungkin untuk tidak tertidur.Bryan sudah berpesan padanya sejak sore hari untuk menunggunya pulang dari rumah sakit. Sore tadi Bryan berkunjung melihat keadaan Rosalina ditemani dengan Fredrinn yang sudah lebih dulu berada di sana.“Huh, Tuan Bryan lama sekali. Aku udah ngantuk banget,” keluhnya. “Apa aku tidur aja dulu, ya?”Nina memutuskan untuk tidur sebentar dan memasang alarm untuk 30 menit ke depan. Nina pun merebahkan dirinya di atas kasur tipisnya dan tak berselang lama Nina telah berada di alam bawah sadar.30 menit kemudian, alarm hp milik Nina berbunyi keras. Tetapi, Nina tidak kunjung bangun saking ngantuk beratnya dia.Di sela-sela mimpinya yang indah, terdenga

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 30. Nina Bunuh Diri?

    “Hey, Nina. Dengarkan aku. Aku bukan orang jahat. Aku Bryan Lawrence. Aku suamimu. Aku pria yang menikahimu. Jangan takut padaku. Aku tidak akan berbuat apa-apa. Aku tidak akan menyakitimu. Justru aku ingin melindungimu.”Kepala yang tadinya menunduk ketakukan kini mendongak. Nina memperhatikan Bryan dengan mata penuh kalbu. “S-suami? Melindungiku?”Bryan mengangguk. “Iya, benar. I’m your husband and I wanna protect you.”Seperti ada kelegaan saat mendengar kalimat lembut dari suaminya. Melihat wajah tampan itu berada di kamar bersamanya, membuatnya sedikit tenang. Beban hidup, guncangan, rasa trauma seakan menghilang saat Bryan mendekatinya dan memeluk tubuhnya yang tidak lagi suci, sudah dijamah banyak lelaki.“Jangan pernah tinggalkan aku sendirian lagi. Jangan pernah,” gumam Nina lirih.“I promise, sweetheart. I’ll never leave u again. Apa pun yang terjadi, aku akan berada di sis

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 29. "Jangan Lakukan Ini"

    Alex berjongkok, mengarahkan miliknya ke mulut wanita yang saat ini terbaring lemah tak berdaya. Tentu saja Nina memberikan perlawanan ketika mulutnya dipaksa untuk mengulum benda itu.“Buka mulutnya!” Alex memberi perintah kepada salah satu anak buahnya.Dan akhirnya, berhasil juga Alex memasukkan asetnya ke dalam mulut Nina. Sesekali Nina harus tersedak saat benda itu memenuhi rongga mulutnya. Sungguh, Alex merasakan sensasi luar biasa ketika kepala Nina yang dituntun oleh tangannya maju mundur dengan teratur sampai-sampai mengabaikan Nina yang kewalahan di bawah sana.“Ouhh, yeaah, baby. Gilaa… kulumanmu luar biasa. Pantas saja Bryan betah,” puji Alex sembari mengerang kenikmatan.Alex pun memberi perintah lagi kepada anak buahnya untuk melucuti pakaian Nina secara paksa.“J-jangan! Jangan lakukan ini!” pinta Nina memelas dengan penuh air mata.Alex memaksa Nina agar membuka kakinya lebar-lebar.

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 28. Tolong!

    Alex kembali menjalankan mobil itu dengan laju. Tak lupa juga Alex mengaktifkan fitur door lock sehingga Nina tidak bisa membuka pintu selama perjalanan.Hati Nina was-was saat ini. Rasa gugup dan takut menyertainya. Apalagi Alex membawanya keluar jauh dari pusat kota. Namun, Nina tidak tinggal diam. Nina mengambil ponselnya dari dalam tas, hendak menghubungi suaminya, namun panggilan itu tidak diangkat.[Mas, please. Jawab telponku!][Tolong aku, Mas. Aku dibawa kabur sama temanmu. Dia mengaku namanya adalah Alex][Aku sharelock lokasiku sekarang. Tolong cari aku di area sini, Mas. Sumpah, aku tidak tau sekarang berada di jalan apa]“Kau menghubungi suamimu?”Suara Alex membuat Nina terkesiap. Tangannya mendadak tremor sehingga menjatuhkan ponselnya ke bawah kabin, tepatnya di bawah kursi pengemudi. Nina hendak menunduk untuk mengambil ponselnya yang terjatuh. Namun apa yang didapatnya setelah kembali mendongak membuatnya terkej

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 27. "Tebus Kesalahan Suamimu!"

    Siang ini Nina kembali mengunjungi kantor Bryan untuk membawakan makan siang sekaligus mengingatkan Bryan untuk meminum obatnya. Tugas yang biasa dilakukan oleh Devika, dokter yang juga merangkap sebagai sekretaris itu kini berpindah tangan ke Nina. Nina tidak rela jika Bryan lebih diperhatikan oleh Devika, meskipun dia adalah seorang dokter. Sebagai seorang istri, Nina tidak mau kalah. Makanya hampir setiap hari saat suaminya pergi bekerja, Nina selalu menyempatkan diri untuk membawakan Bryan makan siang dan juga buah-buahan sebagai pelengkap.“Kamu langsung pulang saja ya. Soalnya sebentar lagi akan ada tamu yang datang,” imbuh Bryan kepada Nina yang baru saja datang membawakan makanan untuknya.“Bukannya ini jam istirahat makan siang, Mas? Kok kamu mau menerima tamu jam segini?” tanya Nina kemudian dengan santainya duduk di sofa sembari membuka kotak bekal itu. “Sini, Mas. Biar aku suapin.”“Aku makannya nanti saja. Kamu pulanglah. Soalnya tamuku sudah

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 26. Ancaman untuk Nina

    Bryan sedikit kecewa mendengar sang istri yang tidak ingin hamil lagi. Tapi Bryan mencoba memahami keadaan Nina. Lagi pula, mereka juga telah memiliki empat orang anak. Bryan rasa, itu sudah lebih dari cukup.“Oke, sayang. Aku paham kalau kamu gak mau hamil lagi. Tolong ambilkan kondomku di dalam laci.”Suasana kamar yang sebelumnya sunyi kini terdengar desahan dari keduanya. Selain itu, terdengar juga deru napas yang memburu dari pasangan suami istri yang sedang melakukan penyatuan.Nina segera merebahkan tubuhnya di samping Bryan kala dia sudah selesai melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri. Dia lalu mengambil selimut untuk menutupi tubuh polos mereka berdua.Bryan merengkuh tubuh istrinya yang dipenuhi keringat. Dia mengusap wajah istrinya yang banjir pelu dengan telapak tangannya yang lebar, lalu dia kecup kening sang istri dengan mesra.“Terima kasih, sayang. Kamu hebat sekali,” ucap Bryan sembari mempererat peluka

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 25. Masih Trauma

    Satu bulan kemudian...Setelah melakukan serangkaian proses terapi, kini kondisi Bryan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dia kini sudah jarang merasakan yang namanya sesak napas atau pun nyeri dada yang biasanya dia alami. Hal itu membuat Nina merasa bahagia.“Sudah ku bilang kan, Mas. Kamu pasti bisa sembuh. Apalagi kankermu belum terlalu parah. Kita tinggal rajin-rajin periksa ke rumah sakit saja dan berobat biar sel kankermu cepat musnah.”“Iya, sayang. Ini semua juga berkat kamu yang merawat aku tiap hari, mengatur pola makanku, mengingatkan aku untuk minum obat dan lain sebagainya. Kalau tidak ada kamu, mungkin penyakitku tambah parah.”Mereka baru saja selesai melakukan kontrol. Nina selalu setia mendampingi Bryan ke rumah sakit untuk berobat. Dan saat ini pasangan suami istri itu sedang duduk menunggu di taman rumah sakit sembari menunggu sopir menjemputnya.“Ayo, Mas. Kita pulang. Pak Jaka sudah sampai,&rdq

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 24. Promise?

    “J-jangan marah ya, Mas. Aku beneran gak sengaja. Maaf, aku ceroboh,” lanjut Nina enggan menatap suaminya. Dia takut dan merasa bersalah karena telah merusak mobil baru milik Bryan yang kata Pak Jaka harganya tembus ratusan milliar.Bryan menghela napas pasrah. “Ya sudahlah, gak apa-apa. Lagian cuman penyok sedikit, kan? Untung saja kita gak mati.”Bryan kembali merebahkan tubuhnya di ranjang perawatan. “Terus anak-anak gimana kabarnya? Di mana mereka sekarang?”“Mereka masih sekolah, Mas. Ini masih jam sembilan pagi,” jawab Nina.Bryan termenung sejenak sembari menatap istrinya yang sedang duduk tepat di samping ranjangnya. “Nina… aku ingin jujur tentang semuanya.”Kini Nina memberanikan diri menatap sang suami. Tatapan mereka saling bertemu. Manik mata Bryan tampak berkaca-kaca.“Aku sudah tau semuanya, Mas. Aku tau dari dokter tentang penyakitmu ini.”&l

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 23. Terungkap

    “Mas, jawab aku! Kamu tuh sebenarnya ada apa? Jawab aku dengan jujur! Jangan diam aja kayak orang bisu gini!” desak Nina. “Kamu cuman akting ya, Mas? Biar aku merasa kasihan dan bisa memaafkan kamu dengan mudah? Begitu ya?”Nina pasrah melihat keterdiaman suaminya. Bryan masih saja enggan terbuka. “Kalau kamu masih tertutup begini, aku beneran akan pergi. Aku muak, Bryan! Urus saja hidupmu sendiri! Aku pun akan mengurus hidupku sendiri!”Nina kembali melangkah menjauhi suaminya. Dia benar-benar kecewa berat dan marah.“Nina, stop! Jangan pergi, Nina. Kembali, sayangku. Please. Jangan tinggalkan aku. Aku mohon. Aku tidak sanggup hidup tanpamu,” teriak Bryan kepada Nina yang semakin jauh.“Urus saja hidupmu sendiri, Bryan! Aku tidak peduli lagi denganmu!” balas Nina dengan teriak pula.Saat Nina hendak melanjutkan langkahnya, Bryan justru mendadak diam seperti patung. Bryan lalu memegangi da

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   [S-2] Bab 22. "Ayo, Cerai!"

    Di sisi lain, Nina sedang meratapi nasibnya. Wanita itu berdiri di tepi jembatan flyover sembari termenung. Pandangannya kosong. Manik matanya memandangi kendaraan yang berlalu-lalang di bawah fly over tersebut.Nina kembali terisak mengingat kejadian yang dia lihat di kantor. “Ah sial. Aku menangis lagi. Kenapa air mata ini gak mau berhenti sih?” umpat Nina di sela-sela isakan tangisnya.Sudah beberapa jam Nina berdiam diri di fly over itu bagaikan orang gila. Nina sengaja tidak pulang ke rumah dan tidak mengaktifkan ponselnya agar Bryan merasa bersalah lalu mencari-carinya. Tetapi Nina merasa Bryan sudah tidak peduli lagi padanya. Buktinya, hari hampir malam, tetapi Bryan masih juga belum menemukannya di tempatnya sekarang ini.“Kenapa aku goblok banget ya nungguin dia? Dari tadi diam di sini terus. Kenapa dia belum muncul-muncul juga? Seluas apa sih kota Jakarta sampai dia gak bisa menemukan aku di sini? Atau jangan-jangan dia gak nyariin aku? Apa dia masih b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status