Share

Bab 0003

Jelios memegangi kepalanya yang terasa sakit, lalu mengendurkan dasinya yang terasa begitu menyesakkan. Hawa panas yang semakin meningkat kini tengah dirasakan benar oleh Jelios. Entah, siapa yang memberikan obat perangsang padanya saat dia sedang di bar tadi, tapi orang-orang Jelios sedang mencoba untuk mencari tahu pelakunya.

"Hubungi Sofia cepat, katakan aku butuh dia! Tinggalkan apa yang sedang dia lakukan, aku tidak bisa menunggu. Kalau Sofia tidak bisa datang secepatnya, hubungi Mona segera!" Ucap Jelios begitu dia turun dari mobil dan menuju pintu utama rumahnya.

Jhon mengangguk cepat, segera dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sofia ataupun Mona. Namun sayangnya, kedua wanita itu tidak bisa datang secepat yang di inginkan oleh Jelios. Sofia tengah berada di luar negeri untuk berlibur, sedangkan Mona sedang berada di rumah orang tuanya yang jaraknya jauh dari kediaman Jelios.

Jhon berjalan cepat untuk menuju kamar Tuannya, tapi dia tidak berani mengetuk pintu karena dia mendengar suara barang yang dijatuhkan cukup kuat ke lantai. Jelios juga mengerang menahan obat perangsang yang semakin mempengaruhi dirinya. Jhon tahu obat perangsang yang membuat Tuannya seperti ini, pastilah obat perangsang yang memiliki dosis tinggi sehingga sulit untuk bisa di tahan.

Jelios sudah melepaskan semua pakaiannya, dia juga sedang mencoba untuk memijat miliknya sendiri dengan gerakan cepat, naik turun, tapi sial! itu sama sekali tidak bisa mengurangi rasa panas, jantungnya yang terus berdebar juga jutsru jadi semakin kencang.

"Jhon! Cepat, kenapa lama sekali?! Kalau memang tidak ada mereka, siapapun saja boleh!" Ucap Jelios frustasi.

Jhon menahan nafasnya, kemana dia harus mencari wanita di tengah malam seperti ini?

"Tuan," Panggil seorang pelayan. "Lagi-lagi, Nona Belle datang. Saya sudah minta untuk jangan datang lagi, tetapi dia terlalu keras kepala dan kukuh. Dia datang pagi tadi, mondar mandir menunggu Tuan pulang. Barusan, dia datang lagi saat tahu mobil Tuan sudah datang." ucap pelayan rumah Jelios.

Jhon mengeryit bingung, bukankah tidak ada pilihan lain sekarang? Kebanyakan pelayan yang bekerja disana adalah para Ibu-ibu, kalaupun ada yang gadis, pastilah tidak sesuai selera Tuannya. Belle memang menyebalkan, tapi wajahnya sangat cantik dan masih muda juga.

Jhon membuang nafasnya, berdecak dan dia harus mengambil keputusan yang tidak mudah. Namun, setelah menimbang dengan seksama dia memutuskan untuk memilih Bellerien.

"Biarkan dia masuk, dan antarkan secara langsung kepada Tuan Jelios!" mantap Jhon pada akhirnya.

Pelayan rumah itu langsung mengangguk paham. Segera, dia beranjak dari sana dan menuju kearah gerbang utama dimana Belle masih menunggu disana.

"Nona, Tuan Jhon mengatakan kepada saya bahwa, anda boleh masuk. Tapi, silahkan anda langsung menuju tempat dimana Tuan Jelios berada," Ucap pelayan itu yang langsung di angguki oleh Belle dengan semangat.

Yah, tentu saja dia tidak akan keberatan karena bagiamanapun dia harus mendapatkan pertolongan dari Jelios agar bisa terlepas dari situasinya sekarang.

Begitu gerbang utama dibuka, Belle benar-benar tersenyum lebar dan bahagia. Dia terlalu cepat memiliki pemikiran kalau pamannya pasti akan membantu entah bagaimana caranya. Yah, walaupun dia harus menemukan kesulitan nantinya, tapi itu lebih baik dari pada dia harus membuat Ayahnya mendapatkan keuntungan darinya.

Belle mengikuti langkah kaki pelayan rumah Jelios hingga sampailah di sebuah pintu yang sepertinya Belle menyadari jika itu adalah sebuah kamar. Belle mengeryit, kenapa dia harus menemui Jelios di kamar? Tidak mungkin kan benar Jelios ada di dalam? Selama ini Jelios terus menolaknya, lalu untuk apa ini?

Begitu pintu kamar di buka, pelayan itu segera menunduk tak berani melihat kearah sana. Belle jadi semakin bingung dan bertanya-tanya. Toh, dia juga tidak bisa melihat apapun selain lemari berukuran besar, tempat jam tangan dan juga sofa.

Ah, pintu tidak mengarahkan kearah tempat tidur Jelios!

"Silahkan masuk, Nona Belle!" ucap pelayan itu, masih saja menunduk membuat Belle bingung.

Dia sangat patuh, atau dia sedang menghindari untuk tidak melihat apa yang tidak boleh dia lihat? batin Belle di dalam hati.

Belle mengangguk, dia melangkah maju dan begitu dia sampai di dalam, pintu kamar Jelios langsung di tutup kembali oleh pelayan rumah.

Deg!

Belle ingin menoleh kearah pintu. Dia terlalu bingung kenapa dia ditingal disana tetapi, begitu melihat Jelios tengah berbaring sembari memainkan miliknya dengan wajahnya yang memerah dia benar-benar membeku tak dapat mengeluarkan suara dan tak bisa bergerak dari posisinya kala itu.

Jelios menatap Belle sebentar, ah! sungguh sial karena Belle yang masuk ke dalam kamarnya. Tetapi, saat ini dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa melakukan penawaran karena rasanya dia tersiksa sekali.

Belle menelan salivanya sendiri, kenapa jiwa keberanian yang katanya akan siap menerjang badai menjadi sang tiba-tiba saja menghilang? Tidak, itu terlalu besar, menakutkan!

Belle menelan salivanya sendiri karena perasaan takut dan juga gugup. Dia sudah bersiap untuk berbalik dan akan mengambil langkah seribu agar bisa menjauh dari pemandangan yang tidak pantas dilihat itu!

Jelios bangkit dari posisinya, berjalan mendekati Belle dan dengan segera meraih pergelangan tangannya untuk menghentikan langkah kakinya.

"Ah!" Pekik Belle yang kaget, juga merasa takut.

Jelios mencengkram dagu Belle, menatapnya dengan tatapan dingin dan tegas membuat Belle tak lagi bisa mengatakan apa yang ingin dia tanyakan.

"Kau bilang, kau siap menjadi budak, saat ini aku membutuhkan budak untuk pemuas hasrat ku." ucapnya dengan mimik wajah yang garang.

Belle menatap wajah Jelios, dia benar-benar ketakutan sampai tubuhnya gemetaran. Budak ya? Tentu saja budak yang di maksudkan olehnya adalah, beberes rumah, bukan budak di atas tempat tidur!

"Kau takut? Sayang sekali, aku tidak perduli karena aku benar-benar sangat membutuhkanmu!" ucapnya sembari menguatkan cengkraman tangannya.

Belle menggelengkan kepalanya, tentu saja dia tidak mau!

"Paman, aku beritahu sekarang, lepaskan aku! Aku memang mau jadi budak di rumah ini, tapi tidak mau budak seperti yang paman maksud!" elak Belle ngeri.

Memperlihatkan benar ekspresi berani agar Jelios tak melanjutkan aksinya, Belle benar-benar berharap itu berhasil.

Jelios langsung saja menyambar bibir Belle, memanggut dengan kasar dan panas membuat Belle merasa begitu sesak. Dia mencoba untuk melepaskan diri, tapi semua itu sungguh percuma saja! Jelios terlalu kuat untuk menjadi lawannya.

Belle benar-benar tidak bisa melawan, kedua tangannya di cengkram kuat dengan satu tangan Jelios. Hanya air matanya saja yang jatuh tak tertahan lagi saat satu tangan Jelios menyentuh dadanya dan bagian tubuhnya yang lain.

Bruk!

Jelios yang sudah tidak sabaran membawa tubuh Belle keatas tempat tidur dengan mendorongnya. Langsung saja, Jelios membuka satu persatu pakaian yang di kenakan Belle dengan cara yang cukup kasar hingga ada helai pakaian yang robek.

Jelios menyentuh semua bagian yang dia inginkan, menyesap bagian yang dia mau, dan menyerang tanpa kenal ampun tidak perduli kalau bagi Belle sejak tadi menitihkan air mata, meringis menahan ngilu setiap kali Jelios mengigit ujung dadanya.

"Paman, tolong jangan begini! Sakit! Tolong, paman. Aku mohon, jangan seperti ini!" Pinta Belle pilu.

Jelios bisa mendengarnya, tapi dia sendiri sama sekali tidak bisa menahan hasratnya yang sudah memuncak.

Berbeda dengan Belle yang merasakan perih dan sakit, dan terus menangis, Jelios justru terus melenguh, mendesah dan meracau tidak jelas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status