Share

Bab 0004

"Kenapa Paman melakukan ini padaku?!" Tanya Belle marah, "Aku memang pernah mengatakan siap menjadi pembantu bahkan budakmu. Tapi, Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku siap untuk menjadi budak seksmu!" Protes Belle sembari terus menitihkan air matanya.

Jelios menghela nafasnya, matanya terus terarah kepada Belle sembari membatin, memang Siapa juga yang mau kalau pada akhirnya akan berakhir seperti ini? Jelas, dia menyentuh Belle bukanlah karena dia ingin melakukannya dengan senang hati.

Kalau boleh memilih, Jelios tentu akan lebih memilih untuk tidur dengan wanita-wanita yang biasa dia gunakan untuk memuaskan hasratnya! Tetapi, karena semua sudah terjadi tentu dia tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu dan mengubah kejadian itu untuk tidak terjadi bukan?

Jelios membuang nafasnya, dia menatap Belle dengan tatapan dingin lalu berkata, "sudah selesai bicara sembarangan?"

Jelios semakin menajamkan mata saat belle membalas tatapan jelios dengan berani.

"Kau pikir, hanya kau saja yang memiliki keluhan tentang apa yang terjadi?" Jelios menatap Belle kesal lalu kembali berkata, "kau pikir aku begitu menikmati meniduri tubuhmu? Jangan sok hebat, kalau aku tidak dalam pengaruh obat, Aku bahkan tidak akan Sudi menyentuhmu!"

Belle menggigit bibir bawahnya menahan kekesalan yang begitu memuncak dari hatinya. Bagaimana bisa seorang pria yang baru saja memaksa dan merebut kesucian darinya berbicara tentang seolah-olah apa yang dia lakukan bukanlah hal yang salah? Sekarang, bukankah Belle adalah orang yang paling dirugikan dan paling harus menerima permintaan maaf?

Belle membuang nafas saat matanya melihat sorot mata Jelios yang masih saja terlihat begitu angkuh.

"Mungkin, ini adalah alasan Ibuku tidak pernah mau menganggap Paman sebagai adiknya! Paman terlalu mementingkan diri sendiri dan menganggap diri Paman adalah segala-galanya, terhebat dan yang mulia!" Kesal Belle tak tertahankan.

Sudah sejak tadi tak kuasa menahan tangisnya, jadi pada akhirnya dia pun menangis sejadi-jadinya.

Jelios membuang nafas kesalnya. Dia meraih vas bunga di meja kamarnya, lalu membanting di lantai begitu saja hingga suara pecahan vas bunga itu nyaring sekali.

prang!

Belle tersentak mendengar suara pecahan vas bunga itu, suara tangisnya sontak tak terdengar lagi.

Jelios mengusap wajahnya dengan kasar, sungguh dia benar-benar terkejut kalau Belle akan begitu berani mengatakan kalimat yang sangat sensitif seperti itu. Entahlah, mengingat mendiang ibunya Belle benar-benar membuat emosinya tak stabil dan selalu saja ingin melampiaskannya.

Jelios menderu marah, sepertinya memang percuma saja dia kesal. Nyatanya, semua sudah terjadi bukan? Mau tidak mau, dia juga harus mengambil langkah maju agar semua selesai seperti yang dia inginkan.

"Baiklah, katakan saja berapa uang yang kau inginkan." Tanya Jelios padrah.

Dia mencoba untuk mengontrol emosinya. Sepertinya dia berpikir bahwa, dengan memberi uang banyak maka semua masalah akan selesai.

Jadilah, ucapan Jelios itu keluar begitu saja, dia tidak tahu harus bagaimana lagi karena nyatanya, dia juga bersalah. Namun, Jelios juga ingat benar bahwa rasa yang dia dapatkan dari Belle memang tidak biasa. Jadi, Jelios ingin memberikan harga yang sesuai dengan keinginan Belle.

Belle menghela nafasnya, dia tersenyum kelu sembari menatap Jelios dan justru memicingkan mata kearahnya. Tidak, dia tidak akan menukar sesuatu yang begitu berharga dengan uang dan lepas begitu saja. Benar, dengan uang dia bisa memilih kabur tapi, dia juga butuh berjuang dan butuh sosok pelindung agar bisa melawan dan mengambil kembali apa yang menjadi milik Ibunya.

Dia memang masih sangat marah, terluka sedalam-dalamnya atas apa yang dilakukan oleh Jelios. Akan tetapi, semua tidak akan pernah bisa kembali seperti semula sebesar apapun kemarahan yang dia rasakan. Sekarang, dia hanya bisa memanfaatkan penawaran dari pamannya itu agar bisa membuatnya maju tanpa ragu dalam mengambil keputusan.

Belle membuang nafasnya, dia memperlihatkan bagiamana dia terlihat tidak setuju sekali dengan ucapan Jelios jika yang dibicarakan olehnya adalah tentang uang.

"Memangnya, dengan uang yang akan paman berikan dapat mengembalikan semuanya seperti semula? Tidak kan? Tentu saja aku menginginkan lebih dari hanya sekedar uang saja," Ucap Belle dengan tatapan matanya yang benar-benar terlihat menuntut tapi dia juga terlihat memelas.

Jelios membuang nafasnya, dia tersenyum miring dan kembali menatap Belle lalu berkata, "Uang bisa mengembalikan selaput perawanmu, juga dapat menopang hidupmu yang terombang-ambing. Kau, juga bisa kabur ketempat yang kau mau dengan uang kan?"

Belle menggigit bibir bawahnya sembari membatin, benar-benar otak licik! Bukankah menjalani operasi selaput darah juga bukan berarti dia tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya bukan?

Belle membuang nafasnya, berbicara dengan Jelios yang selalu mengira semua hal dapat teratasi dengan uang, tentu saja membutuhkan kesabaran yang tiada batas.

"Tentu saja tidak bisa semudah yang paman bicarakan! Pokoknya, aku akan meminta bayaran seperti yang aku inginkan!" Ucap Belle dengan tegas.

Jelios bangkit dari posisinya, berjalan mendekati sofa yang tidak jauh dari jendela kamarnya lalu mengambil posisi duduk menatap Belle.

"Katakan, apa yang kau inginkan?" tanya Jelios serius.

Belle terdiam sebentar, ini adalah saatnya! Belle membuang nafas sebelum memulai untuk berbicara.

"Buat aku tidak jadi menikahi pria tua itu, mengambil sertifikat rumah Ibuku yang di sita oleh Ayahku. Juga," Belle menatap Jelios sebentar karena dia merasa agak ragu. "Bantu aku mendapatkan kembali Petroline Group!" Ucap Belle dengan bersungguh-sungguh.

Jelios terkekeh mendengar ucapan Belle, lalu menatap Belle dengan tatapan meremehkan seolah apa yang di ucapkan Belle akan lebih baik kalau tidak dia ucapkan sama sekali tadi.

"Beraninya!" Jelios terlihat kesal lalu kembali berkata, "Harga yang harus aku bayar sangat mahal, kau pikir itu pantas?" Tanya Jelios dengan sorot matanya yang terlihat sinis.

Belle menahan nafasnya sebentar, mencoba menguatkan hati dan juga keberaniannya. Bagaimanapun, dia sudah berada di titik, sudah tercebur, maka mandi lumpur sekalian adalah pilihan yang paling masuk akal.

Belle menatap Jelios yang duduk di sofa, lalu memutuskan untuk bangkit turun dari tepat tidur. Masa bodoh saja dengan tubuhnya yang tidak menggunakan apapun, karena kenyataan bahwa tubuhnya telah disentuh berkali-kali oleh Jelios semalam adalah fakta yang sebenarnya. Belle berdiri di hadapan Jelios yang mengeryitkan dahi menatap keberanian Belle bertelanjang di hadapannya.

"Aku bersumpah, jika Paman berjanji akan membantuku mencapai tujuanku hingga selesai, maka aku akan mengabdikan diriku sepenuhnya kepada paman. Aku tidak akan mempermasalahkan jika Paman ingin menjadikanku budak untuk membersihkan rumah, akan kotoran paman sendiri aku juga tidak akan pernah mengeluh." Tegas Belle dalam berucap.

Jelios masih mengeryitkan dahi, dia merasa harus menyudahi hal ini tetapi, tubuhnya benar-benar bereaksi lain.

Aroma Belle masih bisa dia ingat bagaimana aroma yang sangat segar dan khas padahal dia jarak mereka tak begitu dekat. Juga, Belle yang baru saja bangun dari tempat tidur, dan semalam juga berkeringat cukup banyak. Sentuhan tangannya yang lembut pada tengkuk, hembusan nafasnya yang menyembur pada kulit wajah Jelios, gerakan bibirnya yang lembut tidak seperti wanita sebelumnya, membuat Jelios sulit mengontrol nafsunya.

Yah, memang benar semalam dia lah yang memaksa Belle.

"Kau sendiri yang menyuguhkan tubuhmu padaku, sekarang biarkan aku menikmati suguhan ini sampai aku merasa puas!" Jelios bangkit dari duduknya, meninggalkan sofa dan berjalan menuju tempat tidur.

"Tunggu, paman! Kenapa harus begini?!" Protes Belle tak terima dan juga kesal.

Belle mencoba untuk mengelak, di bangkit tak memperdulikan tubuhnya tanpa busana karena dia meyakini ucapan Jelios sebelumnya yang terkesan tidak akan mungkin Sudi menyentuh tubuh Belle kalau saja tidak sedang dalam keadaan seperti semalam yang katanya sedang dalam pengaruh obat perangsang.

Bruk!

Jelios menjatuhkan tubuh Belle keatas tempat tidur, lalu menindihnya dengan segera. Jelios benar-benar terlihat ganas, tidak ada bedanya saat dalam pengaruh obat atau tidak. Dia benar-benar tidak melewatkan satu inci pun bagian tubuh Belle.

"Ahhhhh" Belle benar-benar gila karena rasa itu, ciuman, kecupan, sesapan, sentuhan, kehangatan, semuanya membuatnya gila dan sayangnya gila yang di maksud oleh Belle adalah, gila karena merasa telah dihancurkan tanpa sisa oleh pamannya sendiri.

Tapi tidak! Belle tidak boleh menjadi seperti itu, dia harus menyudahi apa yang dilakukan oleh Jelios sekarang. Belle kembali mencoba memberontak, dan sepertinya semua itu bukanlah hal yang mudah untuk dia lakukan.

"Paman, tolong Berhentilah dan kendalikan diri paman!" Pinta Belle berteriak berharap suaranya itu dapat didengar oleh pamannya.

"Aku tidak membutuhkan budak untuk bersih-bersih rumah lagi, hanya tempat inilah yang bisa Kau dapatkan." pangkas Jelios.

Belle membulatkan matanya terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Jelios.

Beberapa saat kemudian.

Belle mencoba bangun dari tempat tidur, dia duduk dan menatap Jelios yang kini tengah menggunakan pakaiannya.

Menyadari Belle sudah terbangun, Jelios membuang nafasnya dan berkata tanpa menoleh kepada Belle.

"Makanan untukmu akan di antar sebentar lagi, dan surat perjanjian tentang hubungan kita akan kita bahas sore nanti. Tapi, aku ingin menegaskan padamu satu hal yang paling penting yaitu, tidak akan ada pernikahan di antara kita. Aku sudah memiliki tunangan, jadi hubungan ini hanya akan berjalan tanpa adanya status."

Belle terdiam kelu. Yah, dia juga mengharapkan lebih karena dia juga cukup tahu diri siapa dirinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status