공유

MERAGU

작가: Kak Upe
last update 최신 업데이트: 2025-08-18 23:54:21

Bumi masih berdiri di lorong rumah sakit, tangan gemetar menggenggam udara kosong tempat Gilea baru saja melepaskan diri darinya.

Bau disinfektan yang menusuk hidungnya bercampur dengan sisa wangi vanilla samar yang selalu melekat pada Gilea - aroma yang delapan bulan hilang dari hidupnya dan sekarang tiba-tiba kembali, membawa serta ribuan kenangan yang sudah lama ia coba kubur.

Maria mencengkeram lengannya dengan erat, kukunya yang runcing menancap melalui bahan kemejanya. "Bee, kita harus pergi. Dokter sudah menunggu," bisiknya dengan suara manis yang sekarang terasa seperti tetesan racun di telinganya.

Tapi Bumi tidak bisa bergerak. Matanya menatap kosong ke arah lorong panjang, dimana Daniel membawa pergi Gilea.

Bumi mengusap wajahnya kasar. Perut Gilea yang membulat jelas terlihat bahkan melalui baju longgarnya, sebuah fakta yang membuat dadanya sesak.

"Dia hamil..." batinnya bergemuruh, "Tapi anak siapa?"

Pertanyaan itu menggelinding dalam pikirannya seperti bola salju yang sem
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 120

    Langkah Bumi memburu lorong rumah sakit seperti bayangan yang kehilangan arah. Setiap pintu yang ia buka, setiap suster yang ia tanyai, hanya memberinya jawaban yang sama: tidak ada yang melihat Gilea atau Maria keluar. Tapi nalurinya menolak percaya. Ada sesuatu yang tidak beres.Ia berbelok ke balkon lantai dua, tempat biasa ia merokok diam-diam saat pikirannya terlalu penuh. Dari sana, matanya menyapu halaman parkir. Dan di sanalah ia melihatnya.Gilea.Tubuhnya masih lemah, jalannya tertatih, tapi sorot matanya tajam seperti pisau yang ia genggam di tangan kanannya. Pisau itu mengarah ke Maria, yang berjalan di depannya dengan langkah kaku. Maria membuka pintu mobilnya dengan tangan gemetar, lalu masuk ke kursi pengemudi. Gilea menyusul, masuk ke kursi penumpang sambil terus mengacungkan pisau.Bumi membeku. Lalu panik meledak saat menyadari apa yang sedang terjadi atau bahkan apa yang akan terjadi.Ia segera menekan nomor bodyguard-nya. “Reno! Gilea menyandra Maria! Mereka naik m

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 119

    Dengan perasaan hampa dan getir, Gilea menjalani hari-hari pemulihannya di dalam kamar rumah sakit yang terasa seperti penjara mewah. Setiap pintu dan jendela seakan mengatup, mengurungnya dalam kesedihan yang tak terperi.Bumi, dalam upayanya yang terlihat seperti penebusan dosa, telah mengatur penjagaan ketat. Tak seorang pun boleh masuk atau keluar kecuali tenaga medis. Bahkan Gilea sendiri tidak diizinkan keluar dari kamarnya. Setiap kali ia mengungkapkan keinginan untuk menikmati udara segar atau sekadar melihat matahari, permintaannya selalu ditolak mentah-mentah.Bumi datang setiap hari, selalu membawa setangkai bunga atau makanan favorit Gilea, yang selalu berakhir tak tersentuh di meja samping tempat tidur. Maria pun kerap menyertainya, dengan senyum simpatik yang justru membuat Gilea mual.Namun Gilea sudah memutuskan. Dinding yang ia bangun bukan hanya dari batu bata, tapi dari kekecewaan dan kebencian yang membaja. Setiap kali Bumi masuk, ia memalingkan wajahnya ke tembok,

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 118

    Mata Gilea terbuka perlahan, seberat tirai besi yang diangkat. Setiap tarikan napas terasa asing dan berisik, dibantu oleh selang oksigen yang menusuk hidungnya. Dunia di sekelilingnya masih buram, cahaya lampu temaram menyilaukan matanya yang sensitif. Dalam pandangannya yang kabur, sebuah siluet familiar terlihat. Bumi, tertidur di kursi di samping ranjangnya, kepalanya menunduk lelah, wajah yang biasanya tegar kini tampak lesu dan penuh beban."Bee?" panggilnya dalam hati, suara hatinya sendiri terdengar lirih dan jauh. Tapi sebelum kesadarannya sepenuhnya pulih, kegelapan kembali menyapunya, menariknya ke dalam lelap yang tanpa mimpi.Hari-hari berikutnya adalah potongan-potongan kesadaran yang terputus. Gilea perlahan menyadari bahwa dia telah dipindahkan dari ruang ICU atau ruang pemulihan pascabedah (Post-Anesthesia Care Unit/PACU) ke sebuah kamar rawat inap yang lebih tenang. Tubuhnya terasa hampa, ringkih, dan ada rasa sakit tumpul yang menggerogoti perutnya. Lalu, dalam kehe

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 117

    Habis sudah air mata Gilea untuk Bumi. Perkataan Bumi yang dengan mudahnya menyematkan kata "anak haram" untuk buah cinta mereka telah memadamkan lentera cinta terakhir yang masih berkedip lemah di hatinya. Yang tersisa kini hanyalah abu dingin dan kebencian yang membara, sebuah kebencian yang begitu pekat hingga mungkin tak akan pernah menemukan jalan untuk kembali.Dengan kepala tegak dan mata yang menyala oleh api kemarahan yang pahit, Gilea memandang Bumi. "Kau tidak perlu bersusah payah melakukan tes DNA atau apapun itu, tuan Nathan Aldian Bumi Wicaksono," ucapnya lantang, suaranya dingin dan tajam seperti beling, sengaja menantang dan melukai ego Bumi yang sudah membengkak. "Anak ini memang bukan anakmu. Dia adalah anak ku dan Daniel."Ucapan itu adalah sebuah bom bunuh diri. Gilea sangat tahu konsekuensinya. Dia bisa melihat bayangan kekerasan dan pembalasan dendam di mata Bumi yang membelalak. Tapi rasa sakit yang diucapkan Bumi lebih menyiksa daripada rasa takut akan kekerasan

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 116

    Perkataan Maria menggantung di udara, manis namun beracun, menusuk-nusuk gendang telinga Gilea. "Perkataan ku benar kan, Bee? Ini sekaligus bisa menjadi solusi bagi aku yang tidak ingin melahirkan. Aku tidak perlu repot-repot hamil dan merasakan semua rasa sakit itu. Kita tinggal besarkan bersama anak Gilea." Ucapnya dengan manja bak anak kecil, sambil berayun-ayun seperti anak monyet di lengan Bumi, memamerkan kemenangannya.Bumi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya diam, seperti sebuah patung yang tegang. Namun, matanya tidak melihat pada Maria yang sedang merajuk. Bola matanya yang gelap menatap lurus, menusuk, dan menyelidik ke arah Gilea.Setiap detik keheningan itu terasa seperti siksaan. Gilea merasa seluruh udara di ruangan itu mengental, membuatnya sulit bernapas.Rasa mual yang biasa datang karena kehamilannya, kali ini dipicu oleh rasa jijik yang mendalam. Dadanya sesak, dipenuhi oleh kekecewaan yang begitu pahit sampai-sampai lidahnya terasa kelu. Dia tidak kuat lagi berada

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BAB 115

    Pagi itu, Gilea terbangun dengan perasaan sesak yang lebih menyiksa daripada mual kehamilannya. Matanya yang sembab dan berat terbuka, menatap langit-langit kamar mewah yang dulu menjadi saksi bisu segala bahagia dan laranya.Setiap sudut ruangan ini adalah kenangan. Di ranjang besar itulah dia pertama kali merasakan sentuhan Bumi, di balkon itulah mereka berbagi mimpi, di lantai marmer itulah air matanya kerap menetes diam-diam. Hanya kuman yang tak tampak mata saja mungkin yang tak menyimpan kenangannya bersama pria berotak udang itu.Gilea menarik nafas sedalam yang dia bisa. Sulit memang sebab ia merasa udara terasa pekat, dipenuhi bayang-bayang masa lalu yang seharusnya sudah mati. Ini sungguh membuatnya tidak bisa bernapas.Dengan susah payah, dia mendorong tubuhnya yang berat untuk bangkit. Dia harus keluar dari sini. Bahkan kalau memingkinkan bukan hanya dari kamar ini, tapi dari kehidupan Bumi, dari jerat mansion megah yang terasa lebih pengap daripada penjara mana pun.Tapi

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status