Share

Dua

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2024-09-20 18:38:34

Beberapa jam sebelumnya...

"Kamu pakai ini, Sayang. Aku mau malam ini kamu terlihat berbeda."

Orhan menyodorkan paper bag warna cokelat bertuliskan nama brand merk baju terkenal, pada sang istri—Shanum.

Kening Shanum mengernyit heran, sebab jarang-jarang suaminya itu memberinya sesuatu. Apalagi, barang-barang mahal seperti itu. "Ini apa, Orhan? Apa ini hadiah untukku?" tanyanya sambil menerima pemberian Orhan, lalu mengintipnya. "Gaun?"

"Ya." Orhan menyeringai, karena Shanum terlihat sangat bahagia menerima pemberiannya. "Anggap saja itu hadiah dariku, karena malam ini adalah hari jadi kita."

Bola mata bulat Shanum berbinar seketika, merasa jika sang suami telah berubah. Perempuan itu langsung menghambur—memeluk sang suami. "Terima kasih, Orhan."

"Sama-sama, Sayang. Semoga kamu suka dengan hadiahku."

"Tentu. Apa pun yang kamu beri, aku pasti menyukainya." Perasaan Shanum tak dapat dijabarkan lagi, saking senangnya dia mendapat hadiah.

Pelukan itu cukup singkat, Orhan langsung meminta Shanum agar segera memakainya. "Ya sudah. Cepat kamu pakai. Aku sudah tidak sabar ingin lihat istriku memakai gaun pilihanku."

"Hmm. Kamu tunggu sebentar. Aku ganti pakaian dulu."

"Aku tunggu di luar."

Orhan lantas keluar kamar, memilih menunggu di ruang tamu. Sementara Shanum bergegas mengganti pakaian dengan perasaan bahagia bukan kepalang.

Ngomong-ngomong, malam ini adalah hari jadi pernikahan Shanum yang kedua. Dan beberapa hari ini Orhan bersikap agak berbeda dari biasanya. Lelaki itu yang biasanya tak acuh, tiba-tiba mengajak Shanum dinner di sebuah restoran.

Tak hanya dinner, Orhan juga memberikan Shanum hadiah. Padahal, kalau diingat-ingat, suaminya itu tak pernah membelikan Shanum apa pun.

"Mungkin dia memang sudah berubah," gumam Shanum.

Paper bag yang berisi gaun dibuka oleh Shanum. Dan benar saja, gaun tersebut terlihat mewah dan cantik.

"Cantik sekali gaunnya." Manik Shanum memandang takjub pada gaun berwarna merah menyala di tangan. "Tapi …"

Raut Shanum cukup terkejut mendapati gaunnya berpotongan sangat rendah.

"Kenapa pendek sekali. Dan kenapa tanpa lengan? Bukankah ini terlalu terbuka untukku?"

Keraguan nampak begitu jelas di manik Shanum, karena dia tidak terbiasa memakai pakaian jenis semacam itu. Menurutnya, gaun pemberian Orhan terlalu seksi dan terbuka.

"Tapi, seandainya aku tidak memakainya, Orhan pasti akan tersinggung. Nanti dia mengira aku tidak menghargai pemberiannya."

Kini keraguan Shanum berganti perasaan serba salah. Dia memang tidak menyukai pakaian model terbuka, tetapi demi menyenangkan hati suaminya, Shanum terpaksa mengesampingkan perasaannya.

"Baiklah. Aku akan memakai gaun ini. Aku tidak ingin mengecewakan Orhan."

Tanpa banyak berpikir, Shanum pun bergegas memakai gaun tersebut. Ukurannya yang sangat minim, membuat lekukan tubuh Shanum terlihat jelas. Apalagi di bagian dada yang sangat rendah, hingga memperlihatkan belahan payudara perempuan itu.

"Aneh."

Shanum meringis, melihat penampilannya di standing mirror. Dia seperti melihat orang lain.

"Tidak masalah, semata-mata demi Orhan. Aku harus memakainya."

Tak hanya berganti pakaian, Shanum juga memoles wajahnya dengan make up natural. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai. Parfum favorit pun tak lupa dia semprotkan.

***

Sementara di ruang tamu, Orhan terlihat sedang sibuk berbicara pada seseorang lewat ponsel.

"Sesuai keinginanmu. Aku akan membawanya malam ini. Dan aku ingin kamu pun menepati janjimu," ucap Orhan sambil matanya menatap awas pintu kamar—takut tiba-tiba Shanum keluar.

Seseorang di seberang telepon tertawa."Kapan aku tidak pernah menepati janjiku?"

"Iya-iya aku percaya. Ya sudah. Kamu tunggu di sana. Istriku sedang memakai gaun yang kamu kirim tadi sore. Setelahnya kami akan berangkat."

"Oke. Aku tunggu."

Tepat Orhan mengakhiri pembicaraan, Shanum muncul.

"Orhan," panggil Shanum.

Orhan buru-buru memasukkan ponselnya ke saku jas. Untuk sejenak dia terpana oleh kecantikan istrinya. "Kamu cantik sekali, Sayang."

Pujian dari sang suami membuat Shanum tersipu. Akan tetapi, dia tidak dapat menyembunyikan ketidaknyamanannya. Dia tak berhenti menarik-narik ujung gaun agar tidak terlalu naik ke atas dan mengeksplor bagian pahanya yang mulus.

"Apa menurutmu gaun ini tidak terlalu terbuka? Aku merasa sesak memakai ini," cicit Shanum.

Orhan menggeleng dan berkata, "Tidak. Gaun itu sangat cocok untukmu."

"Benarkah? Kamu tidak keberatan aku memakai pakaian minim seperti ini? Kalau kamu tidak keberatan aku akan berusaha nyaman memakainya."

"Hmm. Aku tidak keberatan. Aku malah bangga karena punya istri cantik seperti kamu, Shanum," kata Orhan meyakinkan, meskipun itu hanyalah kebohongan. 'Tapi sayangnya bodoh!' imbuhnya dalam hati, dengan seringai menjijikan.

Orhan dan Shanum berangkat dari rumah pukul delapan malam. Keduanya menuju ke sebuah Hotel, memesan kamar.

Awalnya Shanum tidak curiga sedikit pun, sebab dia pikir sang suami ingin menghabiskan malam mereka di tempat itu. Orhan memesan minuman, dan menu makanan lezat.

Dan untuk pertama kalinya Shanum mencicipi minuman beralkohol. Itu pun karena sang suami memaksa. Orhan lantas pamit keluar sebentar dan Shanum masih memercayainya.

Namun, beberapa saat setelah Orhan pergi, seorang pria masuk tanpa izin. Shanum terkejut dan panik karena pria itu mengaku jika sudah membelinya dari Orhan.

Tak ingin percaya begitu saja, Shanum lantas meminta bukti pada pria tak dikenal itu.

"Mana buktinya jika suami saya sudah menjual saya?" tantang Shanum.

Pria itu tertawa, lalu mengeluarkan ponsel. Dia menghubungi Orhan. "Halo, istrimu meminta bukti padaku. Silakan kamu beritahu dia kalau kamu sudah menjadikan dia sebagai penebus utangmu karena kalah judi."

Manik Shanum membulat sempurna, seiring sekujur tubuhnya bergetar hebat lantaran terlalu syok. "Tidak! I-itu tidak mungkin!" Dia menggeleng berkali-kali, menolak kenyataan yang mengerikan ini. "Berikan ponselnya pada saya!" Shanum merampas ponsel pria itu.

"Orhan, apa yang dikatakan pria ini? Kenapa dia mengatakan hal konyol, huh? Katakan kalau ini tidak benar, Orhan! Katakan! Cepat katakan, Orhan! Kamu ke mana? Kamu di mana!" Tangis ketakutan akhirnya lolos dari bibir Shanum.

Dari sebrang telepon Orhan berkata tanpa memikirkan perasaan sang istri yang saat ini tengah ketakutan. "Shanum, apa yang dikatakan pria itu memang benar. Kamu sudah aku jual untuk melunasi utangku. Aku harap kamu mau membantuku, Shanum. Karena kalau aku tidak bisa membayarnya, dia akan membunuhku."

Tawa miris lolos dari mulut Shanum. Perkataan Orhan benar-benar tak bisa dia percayai. Jadi, ini alasannya—sang suami bersikap manis? Rupanya Orhan ingin menjadikannya sebagai jalang.

"Berengsek kamu, Orhan! Kamu pikir aku wanita jalang yang bisa seenaknya kamu jual, huh? Aku tidak sudi menjadi penebus utangmu!" geram Shanum, melirik tajam pada lelaki yang saat ini sedang menatapnya penuh nafsu. Sialan!

"Shanum, kamu tidak bisa membantah perintahku! Kamu mau aku dibunuh sama pria itu?" teriak Orhan dari ujung telepon.

Mendengar itu Shanum pun tertawa sarkas. Bagaimana bisa ada suami seegois suaminya? "Kamu takut mati di tangannya, Orhan? Tapi kamu tidak pedulikan aku istrimu yang entah setelah ini bisa hidup atau tidak? Berengsek kamu, Orhan! Kamu pria egois!"

"Sudahlah Shanum, jangan membantah!"

Orhan mengakhiri panggilan sepihak, membuat Shanum semakin kesal dan marah.

"Orhan! Orhan!"

~~~

Dan Shanum pun akhirnya malah terjebak dengan atasannya di kamar mewah ini. Shanum dengan sadarnya meminta hal yang paling memalukan.

Ozkhan yang Shanum kira akan tetap kukuh menolak permintaannya, justru mendadak berubah pikiran. Dia pun merutuki dirinya sendiri karena terang-terangan menikmati permainan panas dari atasannya ini.

"Tuan …."

Shanum tak berhenti merintih di bawah kendali Ozkhan yang sangat berbeda dari biasanya. Dia pun kewalahan mengimbangi lelaki itu.

'Apakah seperti ini sifat asli Tuan Ozkhan yang terkenal dingin? Kenapa aku merasa ada sesuatu yang salah dari sorot matanya.' Batin Shanum, diam-diam menelaah sorot mata Ozkhan yang sedang mengungkungnya.

Percintaan keduanya pun berlangsung cukup lama dan tak hanya sekali mereka melakukannya. Setiap sudut ruangan mewah itu menjadi saksi—bagaimana Ozkhan dan Shanum saling berbagi kehangatan dan melampiaskan hasrat.

Shanum dan Ozkhan baru beristirahat ketika hampir menjelang pagi. Atasan dan sekretarisnya itu terbaring di ranjang yang sama.

Jika Ozkhan langsung terlelap, berbeda dengan Shanum yang justru malah menangis.

"Apa-apaan ini semua? Kenapa semua ini harus terjadi antara aku dan Tuan Ozkhan? Kami tidak seharusnya seperti ini. Ini adalah sebuah kesalahan besar."

Ya, Shanum menganggap semua yang terjadi semalam adalah suatu kesalahan. Lebih tepatnya kesalahan yang tidak disangka-sangka. Dia sendiri masih ingat jika dialah yang meminta Ozkhan untuk membantunya.

Namun, rasa bersalah dan penyesalan mendominasi hati Shanum.

"Apa yang akan dipikirkan Tuan Ozkhan setelah ini?"

Manik Shanum menatap nanar punggung lebar sang atasan yang masih polos tanpa sehelai kain. Bahkan Shanum bisa menatap puas tato bergambar sayap di permukaan kulit Ozkhan.

"Sebelum dia terbangun, lebih baik aku pergi dulu."

Untuk sekarang ini adalah keputusan yang tepat bagi Shanum. Pergi diam-diam tanpa berpamitan pada Ozkhan.

****

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    90~

    Wajah Orhan yang putih pucat, memancarkan keterkejutan yang luar biasa saat sosok, yang baru saja datang itu berdiri menjulang dengan sorot mata dingin."Tu-tuan Ozkhan?" Getar pada suaranya cukup mewakilkan perasaan Orhan detik ini. Sorot matanya seketika berubah gelisah, dan untuk menelan ludah saja rasanya sangat susah. "Ba-bagaimana ..."Kata-kata Orhan menggantung di ujung lidah, saat kelima pria berjas hitam itu menunduk serentak pada Ozkhan.Kini, jelas sudah—siapa bos mereka, pikir Orhan, melirik empat dari lima pria itu pergi dari gudang. Tersisa satu pria, yang sempat meninju wajah Orhan.Pria yang tingginya hampir sama dengan Ozkhan itu mendekat. Ada sesuatu yang ingin dia katakan sebelum pergi. "Tuan, sepertinya ada orang lain yang juga sedang mengincar pria ini."Ozkhan langsung menoleh pada pria di sampingnya. Informasi yang baru saja didengarnya sangat mengganggu. Itu artinya, ada orang yang juga menginginkan Orhan? Siapa? Apakah Ozkhan mengenalnya?"Lalu? Siapa mereka?

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    89~

    "Tuan Hakkan?" Rahang Shanum hampir ternganga ketika mendapati Hakkan tiba-tiba datang ke Villa. Hakkan tersenyum lebar, dan melambaikan tangan seakan-akan dia begitu dekat dengan Shanum. "Hai, Shanum." Lantas, dia beralih pada Elis. "Elis." Elis hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Setelah itu dia kembali ke dapur untuk menyiapkan minum dan camilan. "Duduk, Tuan," kata Shanum, mempersilakan Hakkan agar duduk. Hakkan duduk berseberangan dengan Shanum. Sorot matanya terlihat kagum dengan suasana di Villa milik Ozkhan. Dia tak menyangka jika sahabatnya itu memiliki Villa sebagus dan senyaman ini. Apalagi Villa ini dekat sekali dengan laut. Sejak tiba bau laut begitu terasa di penciumannya. Tak lama Elis pun kembali dengan membawa baki di tangan. Secangkir teh jahe madu beserta dua piring kue yang baru saja di beli di supermarket, disajikan Elis di atas meja. "Silakan, Tuan." "Terimakasih, Elis," sahut Hakkan. "Saya permisi melanjutkan pekerjaan," pamit Elis. "Ya." Hakkan mengan

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    88~

    Pagi ini Ozkhan terlihat sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor dengan dibantu oleh Shanum. Seperti sudah menjadi rutinitas yang tidak bisa dilewatkan, memandang wajah cantik Shanum setiap sebelum berangkat kerja, bisa menambah semangat untuk Ozkhan. "Selesai." Shanum menepuk pelan dada Ozkhan, di saat dia sudah menyelesaikan memasang dasi. Sedangkan Ozkhan pasti akan memberikan kecupan di kening Shanum sebagai hadiah. Ozkhan berkata, "Terimakasih. Selama kita bersama kamu sudah melayaniku dengan sangat baik." Telapak tangan Shanum mengusap rahang Ozkhan, yang selalu dia cukur setia tiga hari sekali. "Itu tidak seberapa, Ozkhan. Dibandingkan dengan apa yang kamu berikan padaku selama ini." "Aku tidak pernah meminta imbalan darimu. Apa yang kuberikan untukmu adalah salah satu bentuk rasa cinta dan sayang. Cukup kamu di sisiku seperti ini. Aku sudah sangat merasa senang, Shanum." "Kalau begitu, mungkin kamu bisa mempertimbangkan aku kembali menjadi sekretarismu?" It

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    87~

    Di lain tempat~ "Apa! Ozkhan punya wanita simpanan? Dan, wanita itu sekretarisnya?" Tuan Baris memekik tak percaya, ketika sang besan memberitahunya perihal perselingkuhan Ozkhan. Dia pun tak menyangka jika putranya itu berani melakukan hal tersebut. Terlebih pada sekretarisnya. Pantas saja, Ozkhan tiba-tiba ingin menceraikan Numa, pikir tuan Baris. Tuan Ahmed mendengkus melihat reaksi besannya. Menjengkelkan sekali. "Bukan hanya itu." Diraihnya cangkir teh di hadapan, lalu disesapnya sedikit. Dia rasa, dia pun perlu memberi kabar yang lebih besar dan lebih mengejutkan. Tuan Baris memicing penasaran. "Apa lagi?" "Wanita itu adalah putrinya Kemal. Tentu, kamu masih ingat Kemal, bukan?" "Kemal?" Kening tuan Baris mengernyit, antara ingat dan tidak dengan nama tersebut. Tanggapan besannya itu justru menambah kekesalan tuan Ahmed. "Kamu sungguh tidak ingat dengan Kemal?" Dia menghela kasar. "Kemal ..." Ingatan tuan Baris pun tertuju pada satu orang. "Apa yang kamu ma

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    86~

    Beberapa saat sebelumnya... Mobil yang membawa Ozkhan tiba di Vila. Pedro bergegas turun untuk membukakan pintu majikannya. "Kamu bisa menginap di hotel dekat sini," kata Ozkhan agar besok dia tidak perlu menunggu lama kedatangan Pedro ke sini. Di sekitar tempat itu ada banyak motel dan penginapan yang cukup bagus. "Baik, Tuan." Pedro tidak banyak bertanya lagi. "Tadi sore saya sudah menyuruh Emir untuk mengirim bonus lebih untuk kamu. Semoga bermanfaat. Jangan beli minuman. Kamu masih muda, lebih baik gunakan uangnya untuk hal yang positif. Besok saya kabari lagi." Ozkhan menepuk-nepuk pundak Pedro, setelah memberi sedikit nasihat. Manik Pedro berbinar kala Ozkhan tak sungkan menyentuh dan memberinya nasihat. "Terimakasih, Tuan. Terimakasih." Dia menunduk sekilas. Selama bekerja dengan Ozkhan, Pedro tak memiliki keluhan sedikit pun terhadap pria itu. Sikap Ozkhan yang sangat baik, loyal, dan care kepada seluruh pekerjanya, membuat Pedro betah. "Ah, iya. Kamu bisa menungg

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    85~

    Waktu berlalu sangat cepat. Tiba-tiba langit sudah menggelap, dan itu adalah pertanda jika kebersamaan ini harus berakhir. Seharian menghabiskan waktu bersama Gul, membuat perasaan Shanum senang bukan main. Kehadiran putri Ozkhan itu nampaknya sedikit mengobati keinginan Shanum, yang pernah sempat menginginkan seorang anak. Sebagai seorang perempuan sekaligus istri. Shanum tentu pernah berada di fase tersebut. Bisa mengandung benih dari lelaki yang menikahi merupakan suatu keinginan terbesarnya kala itu. Namun, Shanum harus mengubur keinginan tersebut dikarenakan Orhan menyuruhnya untuk memasang alat pencegah kehamilan di rahim, di hari pertama mereka menjadi sepasang pengantin. Shanum pun sempat menanyakan alasan Orhan, yang memintanya melakukan pemasangan alat pencegah kehamilan di rahim. Jawaban Orhan cukup membuat Shanum sedih, lantaran sang suami yang belum siap memiliki anak. Lalu rumah tangga yang dia pikir akan berjalan sebagaimana mestinya justru kini sedang terombang-a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status