Share

Tiga

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-15 22:00:10

"Kapan dia pergi? Kenapa dia tidak membangunkanku," gumam Ozkhan.

Ketika terbangun, Ozkhan tak mendapati Shanum di sampingnya. Perempuan itu pergi tanpa berpamitan sekaligus meninggalkan banyak pertanyaan dalam benak lelaki tiga puluh delapan tahun itu.

Di bawah kucuran air shower, Ozkhan merenung. Sekelebat adegan-adegan panas yang dia lalui bersama dengan sang sekretaris tiba-tiba muncul di ingatan, membuat Ozkhan merasakan sesuatu yang tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata.

Desahan frustrasi meluncur dari bibir Ozkhan. "Pasti dia berpikir yang tidak-tidak tentangku. Sial! Harusnya semalam aku bisa mengontrol diri."

Kekesalan muncul dalam benak Ozkhan, sebab dia merasa apa yang dilakukannya pada Shanum kemungkinan sudah keterlaluan. Kemarahan akan sesuatu membuat dia kehilangan kendali.

Beberapa foto yang dikirimkan orang kepercayaannya menjadi pemicu. Ozkhan sadar, jika seharusnya dia tak melampiaskannya pada Shanum.

"Semua ini gara-gara wanita itu. Dia pikir, aku tidak pernah mengawasinya. Aku tahu semuanya selama ini, tapi aku sengaja diam."

Rahang Ozkhan mengetat, kesal karena selama ini dia sengaja diam demi menjaga nama baik keluarga besarnya. Termasuk sang ayah.

****

Sementara itu, Orhan terlihat marah besar di rumahnya. Semalam dia dihubungi oleh orang yang sudah akan meniduri istrinya. Orang itu memaki bahkan mengancam Orhan jika sampai dalam waktu dua puluh empat jam dia tidak membawa kembali Shanum.

Ancaman tersebut jelas membuat Orhan panik dan takut. Dia tidak menyangka jika Shanum bisa dengan mudah kabur. Padahal, dia sudah memperkirakan jika rencananya akan berhasil.

"Ke mana perginya wanita jalang itu? Siapa yang membantunya kabur?"

Sudah puluhan kali Orhan mencoba menghubungi ponsel Shanum, tetapi tidak ada jawaban. Dan Orhan pikir, Shanum pasti pulang ke rumah.

Namun, ketika tiba di rumah, Shanum tidak ada. Orhan bahkan tidak tidur, demi menunggu kedatangan istrinya.

"Apa jangan-jangan dia pergi ke suatu tempat? Kalau benar Shanum pergi, akulah yang akan mati. Tidak! Aku tidak mau mati sia-sia di tangan pria itu. Bagaimana pun caranya, aku harus menemukan Shanum."

Orhan lantas tak banyak berpikir. Dia langsung bergegas untuk mencari Shanum. Namun, ketika dia hendak membuka pintu, sang istri pun muncul di hadapan.

"Orhan?"

Tubuh Shanum menegang manakala mendapati sorot tajam penuh amarah dari suaminya. Dia cukup hapal dengan tatapan itu. Seketika dia menyesal karena memilih pulang ke neraka ini.

"Akhirnya kamu pulang, Shanum."

Seringai jahat terbit di sudut bibir Orhan. Tanpa berlama-lama, dia langsung menarik tangan Shanum, membawanya masuk ke dalam rumah. Orhan mengunci pintu agar istri tak tahu dirinya ini tidak bisa lagi pergi ke mana-mana.

Shanum yang merasa terancam bergegas berlari menuju kamar, agar Orhan tak bisa menyakitinya seperti yang sudah-sudah. Akan tetapi, dia kalah cepat. Orhan lebih dulu menahan pergelangan tangan Shanum.

"Mau ke mana kamu, Shanum? Kamu pikir, aku tidak tahu kalau semalam kamu kabur, huh?" Raut Orhan begitu menakutkan, bahkan dia mencengkeram kuat pergelangan tangan Shanum yang kecil.

Rasanya, Orhan akan mematahkan tangan Shanum. "Orhan, sakit…."

Akan tetapi Orhan tak peduli pada rintihan kesakitan sang istri. Tak cukup pada pergelangan tangan, Orhan lantas mendorong Shanum sampai punggung wanita itu membentur tembok.

"Argh!" Shanum berteriak, saat merasa tulang punggungnya nyaris remuk. "Orhan, lepaskan aku! ini sakit!"

"Sakit?" Tawa puas meluncur dari mulut Orhan. "Ini akibatnya kalau kamu sudah berani membantahku, Shanum. Harusnya kamu tidak kabur dan membuat pria itu marah bahkan mengancamku." Kelima jari Orhan mencengkeram kuat rahang Shanum..

"Aku kabur karena aku tidak mau ditiduri pria menakutkan itu, Orhan. Kamu tega menjadikanku sebagai penebus utangmu. Kamu sudah menjebakku. Kamu sudah gila, Orhan!"

Sekuat tenaga Shanum melepas cengkeraman tangan Orhan, tetapi tidak berhasil. Tenaganya kalah jauh. Apalagi dia belum tidur sama sekali sejak semalam.

"Apa salahnya membantu suamimu sendiri? Aku juga tidak menyuruhmu melakukannya setiap hari? Aku hanya memintamu untuk melayaninya semalam saja. Itu saja! Tapi kamu malah membuat masalah dan kabur." Cengkeraman Orhan makin menguat, bahkan dia pun tidak segan mencekik Shanum.

Shanum kelimpungan. Cekikan Orhan begitu menyiksa. Rautnya memucat karena napasnya hampir habis.

"O… Orh… Orhan… To-long, le-paskan a-ku. I-Ini sangat sakit. A-aku bisa ma-ti." Sebisa mungkin Shanum melepaskan cekikan Orhan yang makin mengetat, meski pandangannya kian mengabur. Kepalanya mulai terasa pusing.

'Apa aku akan mati dengan cara seperti ini, Tuhan? Ini sangat tidak adil! Kenapa aku harus mati di tangan bajingan ini?' Batin Shanum menangis, merasa jika nasibnya begitu miris.

Dan nyatanya, tangisan Shanum tak digubris. Orhan terlihat puas sekali karena istrinya terlihat tak berdaya di tangannya.

Akan tetapi Orhan tidak akan membunuh Shanum hari ini, karena dia masih membutuhkan perempuan ini. Orhan tidak bisa melukai Shanum, sebab dia akan mengirimnya lagi pada pria itu.

Orhan hanya perlu mengancamnya sedikit, agar Shanum mau menuruti perkataannya. "Biar! Kamu pantas mendapat hukuman karena sudah berani melawan perintahku, Shanum! Aku akan membunuhmu saat ini juga."

Ancaman Orhan tak lantas membuat nyali Shanum menciut. Akan lebih baik jika dia mati saat ini juga. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi menjadi penebus utang suaminya yang berengsek ini..

"Bunuh saja aku, Orhan! Aku tidak takut!" ucap Shanum dengan lantang, kendati dia merasa akan kehilangan kesadaran karena pasokan oksigen yang kian menipis. Nyawanya seperti sedang di ujung tanduk. 

Orhan cukup terkesan dengan keberanian istrinya yang tidak takut dengan ancamannya. Namun, dia masih mempunyai cara untuk membuat istrinya menurut. 

Cengkeraman di rahang Shanum terlepas, Orhan lantas mengambil ponsel dari saku jaket kulitnya. Dia berniat menghubungi seseorang yang merupakan orang suruhannya, yang ada di sebuah panti jompo. 

"Oh, kamu menantangku, Shanum? Kalau begitu, aku akan meminta orang suruhanku untuk membunuh ibumu saja. Bagaimana? Ibu mertuaku yang pikun itu sudah banyak menyusahkanmu, bukan?" 

Shanum terbatuk-batuk seraya meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Wajahnya yang pucat pasi makin panik dan takut. 

Apabila sudah menyangkut ibunya, Shanum pasti akan langsung melunak. "Tidak! Jangan lakukan itu, Orhan! Jangan kamu sangkut pautkan ibuku. Dia tidak bersalah. Aku mohon …" Kedua telapak tangannya bahkan menangkup di bawah bibir.

Tangisan mengiba meluncur dari mulut Shanum, sementara Orhan tersenyum penuh kemenangan. Dia berhasil membuat Shanum patuh padanya. 

Seraya mengembalikan ponselnya ke saku jaket, Orhan berkata, "Kalau kamu tidak ingin aku melenyapkan ibumu, lebih baik kamu turuti saja keinginanku, Shanum. Dengan begitu, ibumu tidak akan pernah aku sentuh. Dia akan hidup tenang di panti jompo selamanya." Lalu, dia mengusap rambut Shanum. 

"Ba-baik. A-aku akan turuti perintahmu, Orhan. Tapi, kamu janji tidak akan pernah menyentuh ibuku," pinta Shanum mengiba sambil menggosok kedua telapak tangannya. 

Seringai kemenangan makin lebar di bibir Orhan. Dan pada akhirnya, dia membuat Shanum tidak memiliki pilihan lain selain 'patuh'. 

"Baiklah. Aku janji tidak akan pernah menyentuh ibumu, selama kamu mau menurut denganku."

Shanum mengangguk cepat. Air matanya menetes begitu deras. Sekeras apa pun dia berusaha melepaskan diri dari Orhan, maka usahanya itu hanya akan membawanya pada kesengsaraan lainnya. Shanum tidak akan sanggup jika harus sang ibu yang menanggung semua kesalahannya. 

"Aku akan turuti kemauanmu." 

"Oke. Kalau begitu kamu bisa bersiap-siap karena aku akan mengantarmu pada pria yang sudah menjualmu." 

Tanpa banyak membantah, Shanum bergegas menuju kamar untuk bersiap-siap. Terpaksa dia izin libur pada atasannya. 

"Aku harus minta izin sama Tuan Ozkhan." 

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    64~

    "Kamu menghubungi ibu mertuamu?" tanya Keenan setelah Numa memberitahunya mengenai percakapannya semalam dengan Nyonya Jihan.Numa hanya mengangguk tenang seraya menyesap cangkir hot latte pesanannya. Pagi ini dia sengaja mengajak Keenan bertemu di tempat biasa. Sebuah kafe yang terletak agak jauh dari jangkauan orang-orang yang mengenalnya.Manik Keenan masih memerhatikan raut Numa, yang sejak datang tadi terlihat kuyu. Nampak begitu jelas jika perempuan yang dicintainya itu kurang tidur.Di satu sisi Keenan merasa kasihan dengan apa yang menimpa rumah tangga Numa. Namun, di sisi lain, dia pun tak menampik jika dia merasa senang dengan kabar mengenai Ozkhan yang memiliki perempuan simpanan.Bukankah itu berita bagus?Jika memang ternyata Ozkhan benar-benar memiliki perempuan lain, itu artinya ada kemungkinan Ozkhan akan menceraikan Numa. Lalu, Keenan akan mengambil kesempatan tersebut untuk merebut hati perempuan yang sudah lama dia cintai itu."Lalu, apa komentar ibunya Ozkhan, sete

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    63~

    "Halo, Numa?"Nyonya Jihan cukup terheran sebab istri dari putra semata wayangnya menelepon malam-malam. Dia yang semula hendak berbaring pun urung, dan terduduk di tepi tempat tidur.'Halo, Bu. Maaf malam-malam menelepon.'"Tidak apa-apa, Nak. Apa ada masalah?" tanya nyonya Jihan, cukup peka dengan situasi. Selama ini Numa jarang sekali menghubungi, kalau tidak ada masalah penting.'Begini, Bu...'Di seberang sana, Numa telah bertekad— menceritakan perihal masalah yang tengah menimpa rumah tangganya pada sang ibu mertua."Apa kamu yakin, Nak?" Hanya pertanyaan tersebut yang terlontar dari bibir Nyonya Jihan, lantaran dia masih agak terkejut dengan penuturan menantunya.Apa benar Ozkhan memiliki perempuan lain?Bagaimana mungkin putra yang dikenal sangat menyayangi keluarganya berani mempertaruhkan segalanya hanya demi perempuan lain.Berbagai pertanyaan berjejalan di kepala perempuan paruh baya itu. Nyonya Jihan menghela panjang, dengan mata terpejam sejenak. Seketika hatinya ikut me

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    62~

    "Bibi Shanum!"Ghul berseru riang ketika baru menginjakkan kaki ke dalam unit, dan langsung mendapati Shanum menyambutnya. Gadis itu pun langsung menghambur ke pelukan Shanum, yang sedikit membungkuk dengan kedua tangannya terentang lebar. "Ghul!" Shanum memeluk erat-erat tubuh mungil Ghul. Saat Ozkhan mengabari jika hendak pulang lebih awal dengan membawa Ghul, Shanum begitu tidak sabar ingin segera bertemu dengan gadis kecil itu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia menemui Ghul di sekolah. Sementara Ozkhan tersenyum melihat putrinya begitu dekat dengan Shanum. Tak ada rasa khawatir sedikit pun di benak lelaki itu. Dia yakin sekali jika Ghul tidak akan banyak bertanya mengenai keberadaan Shanum di tempat ini."Ghul apa kabar?" tanya Shanum, mengurai pelukan, kemudian mencium pipi Ghul yang kemerahan. "Ghul baik, Bibi. Bibi Shanum apa kabar?" Tangan kecil Ghul mengusap pipi Shanum. Binar bahagia di kedua bola matanya cukup menjelaskan perasaannya saat ini. "Bibi baik." Shan

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    61~

    Beberapa jam kemudian...Perasaan Ozkhan sungguh merasa tidak nyaman, setelah beberapa waktu yang lalu lelaki itu mengetahui—jika ayah Shanum adalah seseorang yang pernah dia kenal. Tak hanya itu, Ozkhan pun merasa serba salah saat ini ketika berhadapan dengan Shanum. Dia seakan ragu untuk bersikap seperti biasa, padahal jelas-jelas dia mengetahui segalanya. Ketika memutuskan untuk mencari tahu, Ozkhan tentunya tidak bertanya lebih dulu. Ozkhan pikir, dia ingin memberi Shanum kejutan, saat waktunya sudah tepat. Akan tetapi, dia justru yang terkejut. 'Ternyata benar, apa yang dikatakan orang kalau dunia ini sangat sempit. Aku tidak pernah menyangka akan dipertemukan oleh putri dari Tuan Kemal. Shanum, apa yang harus aku katakan padamu. Aku seperti kehilangan muka di hadapanmu. Aku sungguh merasa malu.' Ozkhan terus melamun, sambil memandangi wajah cantik Shanum yang sedang menikmati teh. Pandangan lelaki itu terlihat kosong, tetapi sorot matanya menyiratkan suatu penyesalan yang me

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    60~

    Sembilan tahun yang lalu~"Ayah, bagaimana? Apa kita berhasil mendapatkan yayasan itu? Kalau kita gagal mendapatkannya, maka aku pun akan gagal mendapatkan Ozkhan." Numa begitu bersemangat ketika mendengar sang ayah hendak menjodohkannya dengan Ozkhan—lelaki incarannya sejak dulu. Namun, ketika keluarga Baris meminta syarat, perasaan perempuan itu menjadi khawatir. Berbeda dengan putrinya, Tuan Ahmed justru terlihat santai dan tenang. Dia seakan tidak terlalu memikirkan syarat dari calon besannya tersebut. Pasalnya, diam-diam dia sudah berhasil membuat yayasan itu menjadi miliknya. "Pernikahanmu dan Ozkhan pasti akan terlaksana," ucap Tuan Ahmed, penuh percaya diri sambil mengeluarkan sesuatu dari laci meja kerja. "Itu artinya?" Manik Numa memicing, memerhatikan sang ayah yang kini mengulurkan sebuah map padanya. "Itu apa, Ayah?" "Lihatlah sendiri." Tanpa bertanya lagi, Numa pun bergegas mengambil map warna hitam tersebut. Dia membukanya, lalu mengeja tulisan pada bagian depan l

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    59~

    "Jadi, suamimu setuju dengan tawaran Tuan Ozkhan? Dia setuju menceraikanmu? Gila! Suamimu benar-benar sudah gila, Shanum!"Elis terkejut dengan apa yang diceritakan Shanum mengenai Orhan, yang tidak berpikir panjang hanya demi uang. Di sisi lain, dia prihatin dengan hidup Shanum, yang berurusan dengan lelaki berengsek dan serakah macam Orhan.Shanum meraup raut murungnya, hatinya kecewa dengan kenyataan pahit ini. Dia menyesal karena pernah mencintai Orhan, yang sama sekali tidak pernah menghargainya."Dia memang sudah gila, Elis. Sejak awal dia memang tidak pernah menganggapku sebagai istri. Dia hanya menganggapku sebagai mesin uang.""Laki-laki seperti itu pantasnya di tembak mati saja. Andai dia suamiku, sudah sejak lama dia sudah menjadi arwah." Decakan Elis sangat keras."Aku sendiri masih tidak menyangka, jika aku pernah menikahi pria semacam itu."Elis mengusap-usap pundak Shanum, yang makin terlihat murung dan sedih. "Kamu terlalu baik untuknya, Shanum. Memang sudah seharusnya

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    58~

    Shanum tentu terkejut dengan pertanyaan Ozkhan barusan. Dirinya hampir tak bisa berkata-kata. Hanya sepasang maniknya yang menatap wajah serius di hadapan. Menikah? Apa lelaki ini serius dengan perkataannya, pikir Shanum. Ozkhan menyadari keterkejutan yang tercetak jelas di wajah wanitanya ini. Sampai-sampai Shanum tak berkedip sedikit pun. "Shanum?" panggilnya, menyentuh pipi Shanum dengan punggung tangan. Shanum terhenyak, lantas buru-buru menjawab, "Ya?" Sepasang maniknya berkedip lugu, sambil menggigit bibir bawah. Sikap Shanum membuat Ozkhan gemas. Lelaki itu lantas meraih tangan Shanum, dan menuntunnya ke meja mini bar. "Lebih baik kita duduk." Ozkhan meminta Shanum supaya duduk di stollbar, agar dia bisa bicara dengan santai dan nyaman. Shanum pun menurut, duduk di stollbar sambil memerhatikan Ozkhan yang saat ini sedang mengambil botol white wine di rak kaca. Sejurus kemudian, Ozkhan mengambil dua gelas berkaki tinggi dari pantry. Ozkhan membuka botol wine di tangan meng

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    57~

    "Shanum, minumlah." Elis menyodorkan segelas air dingin untuk Shanum, yang terlihat sedang tidak baik-baik saja sejak tiba beberapa waktu yang lalu..Shanum mengambil gelas air yang disodorkan Elis. "Terima kasih, Elis." Lantas dia meneguk air tersebut dengan perlahan sampai tersisa separuh, kemudian dia meletakkan gelas tersebut di meja makan.Elis menatap kasihan pada Shanum, lalu dia duduk di samping perempuan kesayangan Ozkhan itu. Elis turut kesal atas apa yang dilakukan oleh Numa pada Shanum, dan dia cukup lega karena mantan majikannya itu tidak berhasil dengan rencananya."Aku mengira kalau tadi aku akan ketahuan, Elis." Debaran jantung Shanum masih belum stabil akibat insiden tak terduga yang dia alami.Hampir ketahuan oleh Numa merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan di benak Shanum."Bagaimana bisa nyonya Numa tahu segalanya soal mobil Tuan Ozkhan?" gumamnya."Itu bukan suatu hal yang sulit baginya, Shanum," sahut Elis, membuat Shanum sontak menatap perempuan yang menget

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    56~

    Pedro tak berhenti berupaya untuk menghindari kejaran mobil yang dia sangka Keenan dan Numa, dengan mempercepat laju mobil yang dikendarainya. Belum lagi mobil lain yang turut mengejar. Ketiga mobil tersebut saling berkejaran di jalanan yang lengang dan sepi. Sementara itu di kursi penumpang, seseorang yang menjadi target sedang dalam keadaan takut serta panik. Shanum nampak terlihat sangat gusar sekaligus cemas. Dia tidak mengerti—kenapa tiba-tiba ada yang mengikutinya sampai senekat ini. "Pedro sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka mengejar kita?" tanya Shanum yang sudah tidak bisa menahan diri sebab situasi, yang kian mengkhawatirkan. Pedro menoleh ke belakang sekilas, lalu berkata dengan ragu, "Sepertinya mereka itu Tuan Keenan dan Nyonya Numa, Shanum." Bola mata Shanum seketika membelalak. "A-apa? Jadi, yang di dalam mobil itu nyonya Numa?" Sejurus kemudian Shanum menoleh ke belakang untuk sekadar memastikan. Beruntung kaca mobil yang dibeli Ozkhan cukup gelap dan tidak tem

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status