Share

Bab 15

Author: Liyusa_
last update Huling Na-update: 2025-08-07 16:46:52

Revan menatap wajah Alya. Pikirannya tidak lagi setenang tadi. Senyum nakal mulai terukir di wajahnya. Ia berbisik nyaris tanpa suara, “Jangan nyesel kalau kebangun di pelukanku, ya…”

Pelan, tangannya melingkar ke punggung Alya, lalu satu lagi menyusup di bawah lutut gadis itu.

Dengan gerakan pelan tapi pasti, ia mengangkat Alya ke dalam gendongannya.

Tubuh gadis itu terasa ringan di pelukannya, tapi cukup untuk membuat dadanya berdegup lebih cepat.

Alya menggumam lirih dalam tidurnya. Kepalanya bersandar di dada Revan, nafasnya tetap tenang.

Dan Revan, alih-alih langsung membawa gadis itu ke kamar, justru menunduk sedikit membiarkan hidungnya menyentuh ubun-ubun Alya.

Senyumnya makin menyeringai, langkahnya pelan, membawa Alya menuju kamar, tapi pikirannya penuh dengan godaan-godaan liar yang harus ia jinakkan sendiri.

Langkah Revan pelan saat berjalan membawa Alya ke kamar. Tapi begitu ia melewati lorong menuju arah dapur, suara pelan tapi jelas menghentikan langkahnya.

“Dia kenapa,
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 35

    Brak!Suara keras dari luar jendela memecah keheningan. Seperti pot bunga jatuh, disusul suara kucing.Tubuh Revan langsung menegang. Rahangnya mengeras, matanya refleks melirik ke arah jendela. Membuatnya sedikit lengah.Kesempatan itu langsung dimanfaatkan Alya. Ia menyelinap ke samping, tangannya menahan meja agar tidak jatuh saat melewati celah sempit di antara tubuh Revan.Dengan suara terburu, nyaris tersengal, ia berkata singkat, “Awas, Van…” sambil menepis pelan lengan Revan yang masih hendak menahan.Revan sempat ingin menariknya kembali, tapi Alya sudah terlanjur melewati sisi tubuhnya. Langkahnya cepat menuju lorong, jantungnya berdegup kencang. Ia membuka pintu kamarnya, masuk, lalu menutupnya rapat-rapat.Di dapur, Revan masih berdiri diam, rahangnya mengeras.***Sejak hari itu, Rafi makin aktif mendekati Alya. Setelah presentasi kelompok selesai dan kelas dibubar

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 34

    Suara langkah kaki terdengar di lorong, disusul suara panggilan, “Revan?”Itu suara Maya.Tubuh Revan seketika menegang. Rahangnya mengeras, seolah menahan diri dengan susah payah. Bibirnya terhenti di kulit Alya, nafasnya masih berat, panas.Ia mengangkat wajahnya, menatap Alya tepat di mata. Sorot itu tajam, mendesak, penuh janji yang belum tersampaikan. Tangannya masih mencengkram pinggang Alya begitu kuat, membuat Alya sulit bergerak.“Ini…” suaranya rendah, parau, “…belum selesai.”Baru setelah itu, ia melepaskannya. Dengan cepat, Revan melangkah keluar, meninggalkan Alya yang bersandar di dinding.Dadanya naik-turun tak. Bibirnya bergetar, tangannya mengepal di sisi tubuh. Lututnya nyaris goyah, seperti tak kuat menopang beratnya diri.***Setelah kejadian malam itu, kesibukan Revan makin padat. Hampir setiap hari ia pulang larut atau bahkan harus keluar kota untuk urusan proyek. Alya terbiasa melihat rumah lebih sering sepi dan hanya bisa menunggu kabar lewat pesan singkat atau

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 33

    Revan menundukkan wajahnya sedikit lebih dekat, membuat jarak di antara mereka hampir hilang. Sorot matanya jelas, seolah ingin mengurung Alya sepenuhnya. Lalu tiba-tiba, ia berbisik pelan tepat di telinga Alya, suaranya dalam dan tegas: “Pulang bareng aku.” Alya membeku di tempat, tubuhnya kaku. Kata-kata itu jatuh begitu saja, tapi terasa berat, menekan, dan tak memberi ruang untuk ditolak *** Pagi itu, Alya melangkah masuk ke kelas. Suasana kelas sudah ramai dengan mahasiswa yang mengobrol sambil menunggu dosen datang. Alya memilih duduk di barisan tengah, membuka laptop, dan menyiapkan catatan. Dosen datang dan menjelaskan materi sambil sesekali melemparkan pertanyaan. Alya beberapa kali ikut menjawab, suaranya tenang tapi jelas. Ia memang tipe mahasiswa yang serius, lebih suka fokus daripada banyak bicara. Tak lama kemudian bel tanda akhir kelas pertama berbunyi. Alya memilih duduk di kursi panjang di lorong, membuka buku catatan sambil menuliskan poin penting yang barus

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 32

    “Siapa yang ngantar?”Alya menoleh, menatap Revan (coba lanjutin lagi kalimatnya yang enak apa)“Nggak ada, naik ojol,” jawab Alya singkat.Revan berdiri, matanya menyorot nakal. “Jam segini baru pulang?” suaranya rendah, tapi mengandung nada tidak suka.Alya menghela napas, mencoba terdengar tenang meski hatinya agak berdebar. “Tadi ada revisi buat presentasi besok. Jadi rapatnya molor. Habis itu aku sempat cari referensi di perpus.”Revan melangkah mendekat. Ujung jarinya menyentuh pipi Alya, membuat tubuhnya merespons sedikit kaget.Revan mencondongkan wajahnya sedikit lebih dekat, bibirnya hampir menyentuh bibir Alya. Namun, ketika jarak itu hanya tinggal beberapa milimeter, Revan berhenti. Senyumnya masih menggoda, sorot matanya menantang.“Van…?” bisik Alya.Sebelum jarak itu benar-benar hilang, Revan berbisik pelan, suaranya rendah tapi tegas.“Kamu tau kan, aku nggak suka kamu pulang malam-malam sendirian.”Alya menatapnya sesaat, lalu buru-buru mengangguk cepat. “I-iya…” gum

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 31

    “Eh? Kalian belum tidur?” Suara berat itu datang tiba-tiba. Refleks Alya dan Revan sama-sama menoleh. Arman, berdiri di pintu dapur sambil mengucek mata. Suasana hening sesaat. Alya buru-buru menunduk, wajahnya merah padam. Revan mengusap tengkuknya, mencoba menyembunyikan ekspresi yang hampir ketahuan. “Belum, Pa,” ucap Revan cepat, berusaha setenang mungkin. “Mau ngambil minum.” Arman mengangguk kecil. “Oh gitu… kalau gitu Papa duluan, ya.” Ia melangkah pelan ke dispenser, sambil melirik sekilas ke arah mereka berdua. Alya pura-pura sibuk merapikan sendok di meja, jantungnya belum tenang. Setelah minum, Arman berdiri di ambang pintu lagi. “Kalian cepat tidur. Besok masih kuliah kan, Alya?” Alya hanya mengangguk singkat tanpa berani menatap. Arman melangkah keluar, meninggalkan mereka berdua kembali dalam hening. Alya menghela napas panjang, ia menoleh cepat ke arah Revan, suaranya pelan tapi penuh protes. “Kamu ini memang ya, untung aja Papa nggak lihat jelas

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 30

    Rina memiringkan botol yang berisi air di campur kecap ke lantai. Tidak banyak, tapi cukup licin dan tepat berada di jalur kaki Alya.Rina segera mundur setengah langkah, pura-pura sibuk membuka ponselnya. Dari sudut matanya ia menunggu.Sret!Di saat tubuh Alya hampir terhuyung ke lantai, sebuah tangan sigap meraih lengannya. Nampan yang nyaris terlepas berhasil ditahan bersama-sama.Rafi, baru saja selesai membayar di kasir berdiri di sampingnya dengan wajah serius.“Hati-hati,” ucapnya singkat, namun cukup membuat beberapa mahasiswa di sekitar terdiam, tak jadi menertawakan.Alya menunduk, pipinya merah, antara malu dan lega. Ia menggenggam erat nampan itu, nafasnya masih memburu.Di kejauhan, Rina yang pura-pura sibuk dengan ponsel kini menatap tajam ke arah Rafi. Senyumnya yang tadi puas perlahan memudar, digantikan kilatan marah di matanya.Kelas terakhir hari itu akhirnya selesai. Ruangan yang tadinya riuh dengan suara dosen dan mahasiswa kini perlahan sepi.Alya duduk lebih la

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status