Share

Bab 28

Penulis: Liyusa_
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-14 17:25:03
Tangan itu berhenti hanya beberapa sentimeter dari dadanya.

Alya refleks menoleh, tatapan Revan dalam, penuh sesuatu yang sulit diartikan.

Alya meneguk ludah, jantungnya berdetak tak karuan. Ia melihat tatapan Revan dalam, penuh sesuatu yang sulit di artikan.

Ada kilatan nakal di sana, seolah ia sedang menimbang sesuatu.

Namun sebelum Revan melakukan gerakan selanjutnya...

Tiiin!

Klakson dari mobil di belakang memecah momen itu.

Alya langsung menoleh ke depan dan menyadari mobil mereka sedikit bergeser ke jalur kanan, hampir menutup jalan mobil lain.

“Revan!” seru Alya spontan.

Revan cuma terkekeh, mengembalikan mobil ke jalurnya dengan santai. “Salah kamu sih, bikin aku nggak fokus nyetir,” katanya dengan tatapan nakal, masih menyisakan senyum miring yang membuat Alya semakin panas dingin.

Alya menghela napas, mencoba memalingkan wajah.

Alya melirik sekilas dengan alis terangkat. “Emang kamunya aja yang modus,” ucapnya sambil bersedekap.

Revan menoleh sebentar, sudut bibir
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 29

    Kursi Rina bergeser. Gadis itu tiba-tiba berdiri sambil memegang wadah cat yang warnanya mencolok, cat yang tadi dipakai untuk membuat poster kelompok. Plokk! Cat kental itu tumpah deras, membasahi baju putih Alya dari dada hingga perut. Warna merah pekatnya langsung menyerap ke kain, membuat beberapa mahasiswa terperangah. “Ups… nggak sengaja,” ucap Rina dengan nada ringan, tapi senyumnya tipis penuh sindiran. Alya terhenti, matanya menatap Rina tak percaya. “Kamu...” “Ups… nggak sengaja,” potong Rina cepat, tapi senyumnya tipis dan jelas-jelas penuh sindiran. Pak Adi yang sedang mengamati kelompok lain menoleh cepat. “Rina! Apa-apaan kamu?!” suaranya meninggi, memecah suasana. Rina menoleh dengan ekspresi pura-pura polos. “Beneran nggak sengaja, Pak,” ucapnya sambil memegang wadah yang isi cat nya tinggal sedikit. Pak Adi menghela napas, tapi tatapannya dingin. “Saya nggak peduli itu sengaja atau tidak. Jangan cari masalah di kelas saya, mengerti?” “Iya, Pak,” jawa

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 28

    Tangan itu berhenti hanya beberapa sentimeter dari dadanya. Alya refleks menoleh, tatapan Revan dalam, penuh sesuatu yang sulit diartikan. Alya meneguk ludah, jantungnya berdetak tak karuan. Ia melihat tatapan Revan dalam, penuh sesuatu yang sulit di artikan. Ada kilatan nakal di sana, seolah ia sedang menimbang sesuatu. Namun sebelum Revan melakukan gerakan selanjutnya... Tiiin! Klakson dari mobil di belakang memecah momen itu. Alya langsung menoleh ke depan dan menyadari mobil mereka sedikit bergeser ke jalur kanan, hampir menutup jalan mobil lain. “Revan!” seru Alya spontan. Revan cuma terkekeh, mengembalikan mobil ke jalurnya dengan santai. “Salah kamu sih, bikin aku nggak fokus nyetir,” katanya dengan tatapan nakal, masih menyisakan senyum miring yang membuat Alya semakin panas dingin. Alya menghela napas, mencoba memalingkan wajah. Alya melirik sekilas dengan alis terangkat. “Emang kamunya aja yang modus,” ucapnya sambil bersedekap. Revan menoleh sebentar, sudut bibir

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 27

    Revan tak langsung menjawab. Senyum liciknya semakin jelas, dan tatapan matanya menelusuri wajah Alya. Alya menelan ludah. Ia bersiap mundur selangkah, tapi tiba-tiba Revan mengangkat tangannya dan… Tuk! Suara gelas yang diletakkan di wastafel memecah tegangnya suasana. Revan masih berdiri dekat, bahunya hampir bersentuhan dengan Alya. Senyum licik terukir di bibirnya, sorot matanya tetap nakal. “Siapa juga yang aneh-aneh… orang aku mau naro gelas,” ucapnya santai, tapi terdengar seperti sindiran halus. Alya mendengus pelan, pura-pura tidak terpengaruh, padahal detak jantungnya tak karuan. “Ya udah, taro. terus minggir,” Bukannya mundur, Revan tetap di tempat. Satu tangannya bertumpu di wastafel, mengurung ruang gerak Alya. “Kenapa? Takut?” bisiknya pelan. Alya menelan ludah, matanya terpejam sesaat “Nggak… cuma risih,” jawabnya datar. Revan terkekeh kecil. “Risih tapi diam aja dari tadi, nggak geser-geser?” balasnya, pandangannya mengunci mata Alya. Alya menger

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 26

    Tiba-tiba terdengar suara dari arah meja makan di bawah. Suara Arman yang cukup keras terdengar memecah keheningan. “Ada apa, Van? kok kayaknya ribut-ribut di situ” Revan sempat melirik ke arah tangga, tapi ekspresinya tetap santai. “Nggak apa-apa, Pa!” balasnya dengan nada tenang. Alya yang masih berada di dalam dekapan Revan langsung tersadar. Tanpa pikir panjang, ia mendorong dada pria itu dan bangkit berdiri, sedikit tersengal. “Nyari kesempatan banget sih!” serunya, nada suaranya setengah kesal setengah gugup. Revan hanya tersenyum licik, sorot matanya tetap nakal dan tajam menatap Alya. “Kan… selagi ada kesempatan,” balasnya santai, seolah tak ada yang salah. Alya mendecak pelan, lalu refleks memukul lengan Revan dengan telapak tangannya. “Ih, Revan!” katanya sambil melangkah menjauh. Revan hanya terkekeh pendek, seolah pukulan itu tak berarti apa-apa. Bahkan tatapan matanya masih sempat mengikuti langkah Alya. Alya langsung memalingkan wajah, lalu melangkah cepat

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 25

    Tangan Revan terangkat dan semakin mendekat. Revan mengarahkan jarinya ke arah seat belt Alya, menekan tombol pelepasnya. “Sabuk pengaman mu miring, nggak nyaman kan?” ucapnya datar, lalu memposisikannya ulang. Alya mengerjap cepat, campuran lega dan entah kenapa sedikit kesal. “Kirain mau ngapain,” gumamnya pelan. Revan hanya tersenyum tipis sambil menyalakan mesin mobil lagi. “Kenapa? Berharap aku ngapain?” tanyanya, nada suaranya terdengar seperti ejekan yang samar. Alya memutar bola matanya. “Ih, siapa juga yang berharap.” Revan menoleh sekilas, senyumnya masih sama seperti tadi, tipis tapi kali ini matanya menyimpan kilatan nakal, seolah tahu persis bagaimana membuat Alya gelisah. “Padahal aku senang kalau kamu berharap,” ucapnya pelan,nadanya terdengar seperti menggoda Alya. Alya mengangkat dagunya sedikit, mencoba terlihat santai. “Itu mah maunya kamu,” ujarnya, pura-pura cuek. Revan melirik sebentar, senyumnya tipis tapi matanya jelas-jelas menggodanya. “Em

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 24

    Suara itu membuat langkah Alya membeku. Alya menoleh perlahan. Di tepi jalan, sebuah mobil hitam berhenti. Jendela pengemudi terbuka, dan dari sana muncul wajah yang begitu familiar. Jantung Alya berdetak lebih cepat. Untuk sesaat, ia ragu dengan apa yang dilihatnya. “Revan…?” suaranya pelan, nyaris tak percaya. Yang ia tahu, Revan sedang berada di luar kota. Revan tidak keluar dari mobil, hanya mencondongkan tubuh sedikit ke arah jendela. “Ayo masuk. Pulang bareng aku,” ucapnya singkat, nada suaranya datar tapi memberi kesan tak bisa dibantah. Alya menelan ludah, lalu menoleh sekilas ke arah Rafi yang masih berdiri di dekatnya. “Ka… aku pulang sama Kakak ku aja, ya. Makasih banyak atas tawarannya,” ucapnya pelan, sedikit menunduk. Rafi mengangguk singkat, matanya tetap tenang. “Oke. Hati-hati, ya.” Alya membalas dengan senyum tipis sebelum melangkah menuju mobil Revan. Di dalam mobil, suasana sempat hening beberapa detik. Alya menoleh sekilas, melihat Revan foku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status