Sejauh ini baik Azalea maupun Grey masih tak paham dengan maksud Alea dan Aira. Sesampainya di rumah sakit Azalea meminta dokter untuk memeriksa keadaan suaminya. “Suami anda tidak sakit Bu.” Kata dokter sambil tersenyum. “Tidak sakit bagaimana dok, suami saya dari tadi lemas, terus mual dan kepalanya juga pusing.” Ujar Azalea yang sedikit kesal dengan sang dokter. Dokter tersebut kemudian memeriksa Azalea lalu mengucapkan selamat. “Selamat Bu dari hasil pemeriksaan saya anda dinyatakan hamil.” Perkataan dokter itu membuat Azalea dan Grey saling tatap. “Apa Dok! saya hamil?” kata Azalea. “Iya untuk lebih jelasnya periksakan kandungan Anda ke dokter kandungan agar bisa dilakukan USG.” Jelas Dokter umum itu. Tanpa berkata apa-apa lagi Azalea langsung mengajak Grey keluar dari ruang pemeriksaan dokter itu. Dia berjalan cepat menuju ruang pemeriksaan dokter kandungan. “Mas aku hamil.” Katanya dengan senang. Setelah dilakukan pemeriksaan dan USG oleh dokter kandungan dapat dipa
“Kamu kenapa lemas begitu?” tanya Aiden saat dia masuk ke dalam ruangan sang anak. Grey memijat pelipisnya, entah kenapa kepalanya terasa sangat pusing. “Entah Pa, tiba-tiba Grey merasa pusing, perut Grey juga mual. Apa mungkin masuk angin.” Jawab pria itu menatap sang papa. Meski sudah besar tapi Aiden tetap khawatir jika sang anak sakit. Tangan Aiden menempel di kening Grey, dia mengecek apakah sang anak demam atau tidak. “Tidak panas.” Gumamnya. Lalu Aiden menggelengkan kepala, dia menduga kalau Grey masuk angin karena mandi malam. “Mangkanya jangan mandi malam-malam dan jangan sering-sering mengunjungi sarang istrimu supaya tidak lemas begini.” Cicitnya. “Tidak Pa.” Semalam dia tidak mandi lagi pula selama ini ketika dia bercinta dengan istrinya dia memilih tidur setelahnya dan mandi di pagi harinya. “Semalam hanya sekali saja setelah itu Grey tidur.” Ungkap Grey. Aiden bingung, apa yang sebenarnya terjadi dengan sang anak? Dia bangkit dari duduknya, Aiden meminta sang
Di balkon kamarnya Azalea melamun bukan tidak suka Melati hamil tapi dia sedih pasalnya dia juga ingin hamil seperti Melati. “Apa yang kamu pikirkan sayang?” tangan Grey menepuk pundak sang istri. “Melati sudah hamil kak tapi aku belum.” Katanya dengan sedih. Grey memeluk istrinya menenangkan wanita itu supaya tidak terlalu memikirkan kehamilan.“Jangan terlalu dipikirkan jika sudah waktunya kamu pasti akan hamil.” Bisik Grey. “Aku takut Kak kalau keguguran waktu itu membuatku sulit hamil.”Ucapan Azalea membuat Grey semakin mengeratkan pelukannya, memang waktu itu dokter sudah bilang kalau kandungan Azalea sedikit rawan karena benturan saat kecelakaan dulu. “Sudah jangan berpikiran yang macam-macam kita nikmati saja masa-masa pacaran kita kalau ada anak mana bisa kita seperti ini, pasti sebentar-sebentar bayi akan menangis dan akan membuatmu jauh dariku.” Cicitnya manja. Azalea tersenyum bisa-bisanya Grey berpikiran jauh ke sana. “Kamu tidak mungkin cemburu pada anakmu sendiri
Kehidupan mereka benar-benar bahagia, dicintai suami, disayang mertua dan kehidupan ekonomi yang bagus membuat mereka hidup nyaman di dunia ini. Tak terasa sudah tiga bulan mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang menyenangkan dan pagi itu tiba-tiba Melati merasakan mual yang tak tertahankan. Dia menutup mulutnya kala pelayan menyajikan sup ikan di atas meja makan. “Sayang kamu kenapa?” tanya Arya yang panik dengan keadaan sang istri. “Nggak papa Mas mungkin karena mandi tengah malam jadi aku masuk angin.” Jawab Melati. Mendengar jawaban Melati Aira pun menggelengkan kepala. “Arya larang istrimu mandi tengah malam kalau habis bercinta lebih baik mandinya besok pagi saja.” Ujar sang Mama. Arya menggaruk kepalanya yang tak tidak gatal, dia sedikit malu karena aibnya semalam terbongkar. “Baik Ma.” Sahut Arya. Grey tertawa lalu dia turut menimpali perkataan kakaknya.“Kata Kak Arya sensasinya berbeda Ma kalau bercinta di ranjang sama di bathup.” Grey menahan tawanya. Sontak
Di dalam kamarnya Alea senyum-senyum sendiri, hal ini mengundang perhatian Adrian yang kini tengah mengecek laporan. “Kamu kenapa sayang? senyum-senyum sendiri,” tanya Adrian menatap sang istri dari tempat dia berada. “Azalea dan Grey kan baru saja pulang bulan madu otomatis sebentar lagi kita akan memiliki cucu Mas,” jawab Alea. Pikiran wanita itu terbang melayang membayangkan kalau dia akan segera menggendong cucu. Sudah lama sekali rumahnya sepi, tak ada tangis tawa seorang bayi. Sementara itu Adrian justru tertawa, masalah cucu dia tidak terlalu terburu-buru lagi pula Azalea dan grey baru menikah, jadi biar saja mereka menikmati masa-masa pacaran. “Jangan terburu-buru Sayang, mereka baru menikah kalau langsung punya anak nggak seru.” Cicit Adrian. Alea melempar tatapannya kepada sang suami dia begitu kesal karena Adrian malah berpikiran seperti itu. “Kalau terlalu lama ditunda takutnya bakal lama memiliki anak Mas.” Ucap Alea ketus. Adrian kemudian bangkit dari tempat dud
“Kamu kuat sekali sih Kak seperti Om Aiden.” Ujar Azalea saat Grey menuntaskan percintaan mereka. Grey tertawa geli mendengar ucapan sang istri, “Pasti dulu kamu seeing mengintip papa,” Pria itu masih tertawa geli Aiden menatap Azalea. “Sembarangan, siapa juga yang mengintipm Aku tuh suka denger Tante Aira mengeluh kecapean.” Jelas Azalea. Sungguh istrinya benar-benar menggemaskan membuat Grey ingin memakannya lagi. “Kalau melihat kamu yang menggemaskan begini aku enggan keluar.” Ucap Grey yang tiba-tiba malas keluar. Sontak Azalea menatap Grey, dia buru-buru memakai pakaiannya takut kalau sang kakak menggagahinya lagi. “Kak cepat keluarlah, kasian klien kamu pasti sudah menunggu.” Kata Azalea sambil mendorong tubuh kekar suaminya. Terlihat pria itu lemas, dia tak sabar kembali agar bisa bersama istrinya. Setelah bertemu klien Grey raut wajah Grey berubah, dia memasang raut wajah garam dan dingin kembali, sungguh berbeda saat dia bersama Azalea. Wajah lembut dan hang