Latar belakang Alea benar-benar membuat Adrian tak habis pikir. Pewaris satu-satunya dengan harta triliunan bagaimana mungkin tidak memiliki tempat tinggal seperti yang dikatakan kemarin? Segala sesuatu yang berhubungan dengan Alea terus menari di otak Adrian hingga CEO itu tidak fokus bekerja. “Pak sudah ditunggu petinggi kantor di ruang meeting.” Anita datang menghadap untuk melapor. Sedari tadi dia berusaha menghubungi Adrian tapi atasannya tidak merespon satu pun panggilan telpon darinya. Bukannya segera bangkit Adrian justru bergeming memikirkan Alea. “Apa sebenarnya yang terjadi pada wanita itu?" Gumamnya. “Apa pak?” Sahut Anita yang membuat lamunan Adrian berhamburan. Dia menatap sekretarisnya, “Ada apa?” Tanyanya kemudian. “Sudah ditunggu petinggi kantor untuk meeting pak.” Jawab Anita mengulang laporannya. Helaan nafas terdengar, Adrian mengambil laptop dan meminta sekretarisnya untuk menyiapkan berkas. Sore harinya Adrian pulang cepat lagi, dia yang sudah kecanduan
“Kenapa? Apa kamu tidak mau melayani aku?” Agaknya ucapan Alea membuat Adrian sedikit kesal. “Bukan begitu maksud saya Tuan, anda habis bercinta dengan Nyonya apa tidak cukup?” Jawab Alea. Dia membalikkan badannya menatap Adrian yang tak jauh darinya. “Tunggu, apa kamu cemburu?” Adrian mendekatkan wajahnya. Gelengan keras Alea tunjukkan, mana mungkin dia cemburu pada Gina yang merupakan istri sah?“Mana mungkin saya cemburu Tuan.” Cicit Alea lirih. Tak ingin banyak drama lagi, Adrian segera menarik tangan Alea. Dia sudah tidak sabar untuk mencumbu Alea di tempat tidur. Setelah pergulatan panas mereka, Adrian mendekat tubuh Alea, dia juga mengecup pucuk kepala pemuasnya. “Terima kasih Sayang.” Kata sayang terucap dari mulut Adrian, apa itu artinya dia mulai menyukai Alea? “Tuan jangan panggil saya dengan sebutan Sayang.” Pinta Alea. Bukannya tidak suka hanya saja Alea tidak ingin baper karena dipanggil sayang karena bagaimanapun juga dia hanyalah pemuas yang kapan saja bisa
“Ah… Terus Mas.” Lenguhan terdengar ketika Alea hendak masuk ke dalam kamar. Buah tangan untuk sang suami jatuh begitu saja. Dengan tangan bergetar, dia membuka pintu. Pagi itu, Alea berniat memberi kejutan untuk suaminya. Tapi ... siapa sangka kini justru Alea sendiri yang terkejut kala pemandangan polos suaminya yang terlihat menggagahi seorang wanita nampak jelas di depan mata. Sontak tangisnya keluar, disusul dengan suara lantangnya. “Apa yang kalian lakukan?!” Detik itu juga, Rian, suaminya, buru-buru menarik tubuhnya. Pria itu terlihat terburu-buru mencari celana, sementara kekasihnya, Sheryl, menutup tubuhnya dengan selimut. Usai memakai celana, Rian berjalan mendekati Alea dengan senyuman manisnya. “Sayang, kamu sudah pulang? Kenapa tidak menghubungi aku?” Mendengar kata sayang, seketika membuat Alea geram, sehingga dirinya tak kuasa melayangkan tamparan tepat di pipi sang Suami. “Jelaskan semua ini!” Teriaknya yang diikuti tangisan keras. "Tidak ada yang
"Terima kasih, Nyonya," ucap Alea sambil tersenyum.Tak lama, Alea langsung diajak mengelilingi rumah, "Ini kamar kamu, Alea," katanya seraya menunjukkan kamar pembantu kepada Alea.Saat melihat kamar tersebut, Alea menarik napas panjang, kembali meratapi nasibnya. Dulu kamarnya begitu luas dengan berbagai fasilitas mewah, sementara kini ia harus tidur di kasur kecil dan hanya ditemani kipas kecil.Setelah meletakkan barang-barang pribadinya, Alea kembali keluar untuk mendengarkan majikannya menjelaskan tugas Alea sebagai ART. “Selain bersih-bersih dan masak, kamu juga harus melayani suami saya ya. Bangunkan dia, dan siapkan pakaian juga.” Permintaan dari majikannya seketika membuat Alea tercengang. Apakah memang semua ART memiliki tugas seperti itu? Kenapa ia harus melayani segala hal kebutuhan pribadi suami majikannya? Bukankah Alea bukan mahramnya?"Nyonya, apakah saya juga yang harus menyiapkan keperluan yang bersifat pribadi itu?" tanya Alea dengan ragu."Aku menggaji kamu deng
"Kenapa? Kamu tidak mau melayani aku?" tanya suami dari majikannya dengan senyuman kecil di wajahnya, membuat Alea tercengang.Pikiran Alea melayang jauh, padahal, ucapan suami majikannya itu adalah respon dari kegeraman Alea yang baru saja terpaksa bekerja dua kali karena keinginannya yang kerap berubah. Sejak kejadian malam itu, entah mengapa Alea tak bisa menghapus suara aneh itu dari memorinya. Alea jelas tahu apa yang dilakukan oleh Adrian, apalagi Alea juga bukan anak kecil. “Apa maksud Tuan!?” tanya Alea panik, semburat merah mulai muncul di wajahnya. “Defensif sekali. Saya minta buatkan susu, bukan kopi. Jadi, buatkan saya susu sekarang juga!”"Oh … baik, Tuan. Tunggu sebentar," jawab Alea cepat, bergegas agar bisa segera menjauh dari suami majikannya yang mulai ia anggap sebagai pria aneh. **Sebulan pun berlalu. Kini waktunya Alea menerima gaji pertamanya sejak bekerja di rumah ini. "Berapa nomor rekening kamu, Alea?" tanya Gina saat hendak memberikan gaji."Maaf, Nyonya
Alea seketika membeku kala menyadari perbuatan suami dari majikannya itu. Belum lagi napas panas yang Adrian yang menggelitik tepat di tengkuknya, membuat Alea mulai merasa gerah.“Apa maksud Anda, Tuan?!” tanyanya, memutar tubuhnya agar bisa mendorong Adrian. Namun, apa yang terjadi berikutnya benar-benari di luar dugaan Alea. Tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang lembut dan basah bertemu dengan bibirnya. Adrian, suami dari majikannya, menciumnya! Ciuman panas tak terelakkan, Adrian memaksa Alea untuk menerima ciumannya sementara Alea berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh Adrian. “Jaga sikap anda, Tuan!” Teriaknya. Teriakan Alea, serta tatapan matanya yang sulit diartikan itu membuat Adrian menjauh dengan sendirinya. Melihat Alea yang mulai menitikkan air mata, Adrian pun memerintahkan Alea untuk keluar, sementara dirinya mengusap rambutnya dengan kasar, mengutuki diri sendiri karena bertingkah tanpa berpikir. Memang, karena kebutuhan biologis Adrian yang jarang terpenuhi membua
Permintaan gila dari suami majikannya itu membuat Alea mundur selangkah, menatap Adrian tak percaya.Seluruh tubuh Alea menolak, tapi, pikirannya hanya terpusat ke keinginannya untuk segera menyelesaikan urusannya dengan Rian, mantan suaminya. Dari mana lagi ia bisa mendapatkan uang? Bahkan, jika ia bekerja sampingan lain, ia tak akan pernah bisa mendapatkan uang sebanyak itu. “B-bagaimana mungkin, Tuan? Selain itu, bagaimana dengan Nyonya Gina?” Keputusasaan kembali menyelimuti Alea. Tak mungkin ia menerima penawaran gila dari suami majikannya itu. “Asal kamu tetap diam, Gina tidak akan tahu.” sahut Adrian. Alea tertegun, meskipun begitu, dia tidak bisa mengkhianati penolongnya. “Tapi semua terserah kamu, aku juga tidak memaksa, lanjut Adrian sambil mengambil remote TV dan menyalakan televisi besar di ruangan itu. Dilema melingkupi Alea. Ia tak ingin mengkhianati Gina yang telah memberinya pekerjaan. Haruskah ia menjadi narapidana? Bayangan seragam oranye menari di kepalan
Berbeda dengan Adrian yang menunjukkan kepuasan di wajahnya, Alea justru merasa khawatir kalau Gina tiba-tiba pulang, sehingga dia segera mengumpulkan pakaiannya meskipun nyeri di pangkal pahanya masih terasa. "Setelah ini siapkan makanan untukku, Alea." "Baik, Tuan," jawab Alea lemas, meninggalkan kamar dengan perasaan bersalah. Dia menyesali tindakannya, terlebih menyadari kalau ia menikmati permainan dari majikannya. Di kamar mandi, Alea membersihkan tubuhnya, menggosoknya dengan keras, dengan harapan dapat menghilangkan bau permainan panas bersama suami majikannya. "Mengapa nasibku begini?" keluhnya sambil menangis. Setelah selesai, Alea mulai memasak. Baru saja ia menyiapkan makanan di meja, Adrian turun dengan rambut basah. "Anda mau makan sekarang, Tuan?" tanyanya. "Iya, aku lapar," jawab Adrian sambil menatap Alea. Tanpa ingin membuat Adrian menunggu, Alea cepat-cepat menyajikan makanan di hadapannya. Adrian mengatakan telah mentransfer uang yang disepakati, dan Alea
“Kenapa? Apa kamu tidak mau melayani aku?” Agaknya ucapan Alea membuat Adrian sedikit kesal. “Bukan begitu maksud saya Tuan, anda habis bercinta dengan Nyonya apa tidak cukup?” Jawab Alea. Dia membalikkan badannya menatap Adrian yang tak jauh darinya. “Tunggu, apa kamu cemburu?” Adrian mendekatkan wajahnya. Gelengan keras Alea tunjukkan, mana mungkin dia cemburu pada Gina yang merupakan istri sah?“Mana mungkin saya cemburu Tuan.” Cicit Alea lirih. Tak ingin banyak drama lagi, Adrian segera menarik tangan Alea. Dia sudah tidak sabar untuk mencumbu Alea di tempat tidur. Setelah pergulatan panas mereka, Adrian mendekat tubuh Alea, dia juga mengecup pucuk kepala pemuasnya. “Terima kasih Sayang.” Kata sayang terucap dari mulut Adrian, apa itu artinya dia mulai menyukai Alea? “Tuan jangan panggil saya dengan sebutan Sayang.” Pinta Alea. Bukannya tidak suka hanya saja Alea tidak ingin baper karena dipanggil sayang karena bagaimanapun juga dia hanyalah pemuas yang kapan saja bisa
Latar belakang Alea benar-benar membuat Adrian tak habis pikir. Pewaris satu-satunya dengan harta triliunan bagaimana mungkin tidak memiliki tempat tinggal seperti yang dikatakan kemarin? Segala sesuatu yang berhubungan dengan Alea terus menari di otak Adrian hingga CEO itu tidak fokus bekerja. “Pak sudah ditunggu petinggi kantor di ruang meeting.” Anita datang menghadap untuk melapor. Sedari tadi dia berusaha menghubungi Adrian tapi atasannya tidak merespon satu pun panggilan telpon darinya. Bukannya segera bangkit Adrian justru bergeming memikirkan Alea. “Apa sebenarnya yang terjadi pada wanita itu?" Gumamnya. “Apa pak?” Sahut Anita yang membuat lamunan Adrian berhamburan. Dia menatap sekretarisnya, “Ada apa?” Tanyanya kemudian. “Sudah ditunggu petinggi kantor untuk meeting pak.” Jawab Anita mengulang laporannya. Helaan nafas terdengar, Adrian mengambil laptop dan meminta sekretarisnya untuk menyiapkan berkas. Sore harinya Adrian pulang cepat lagi, dia yang sudah kecanduan
“Baik Tuan maafkan saya.” Ujar Alea takut. Kalimat Alea benar-benar membuat Adrian marah, dia tidak ingin mengakhiri hubungan ini apalagi tubuh Alea sudah membuatnya kecanduan. Tak terasa pagi datang dengan cepat, bangun-bangun Alea mendapati dirinya dalam dekapan sang Tuan. “Perasaan semalam aku tidur membelakanginya kenapa sekarang malah…” Alea menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa heran dengan posisi tidurnya. “Sudahlah.”Tak ingin pusing memikirkan hal itu, Alea turun dari tempat tidur. Seperti biasa setelah bangun tidur Alea langsung berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk majikannya. Senyuman puas merekah melihat makanan yang dia masak tersaji di meja makan, kini tinggal membangunkan Adrian yang masih tidur. “Tuan sudah siang ayo bangun.” Wanita itu mengelus pelan bahu Adrian. Perlahan mata Adrian terbuka, dan hal yang dia lakukan akan tersenyum manis kepada Alea. Entah apa yang dipikirkan pria itu, setelah tersenyum dia menarik Alea hingga jatuh di atas t
Plak…“Laporan apa ini!” Dengan kasar Adrian melempar laporan yang sekretarisnya bawa. Merosotnya pendapatan perusahaan membuat Adrian murka. Sebenarnya untung rugi dalam bisnis itu biasa tapi respon Adrian kali ini tidak seperti biasanya. “Ngapain terus disitu! Keluar!” CEO itu kembali tantrum membuat Anita sekretarisnya pamit. Dia melonggarkan dasinya, kemudian bersandar di kepala kursi keberasannya.. “Apa yang terjadi denganku! Alea Argh!” CEO itu nampak kesal sendiri. Tangannya langsung menyambar kunci mobil di atas meja, dan keluar. Di rumah, Alea yang baru saja mandi berbaring di tempat tidurnya. Dia ingin rehat sejenak untuk meregangkan ototnya namun baru saja hendak memejamkan mata, terdengar suara mobil masuk carport. “Siapa yang pulang, Nyonya atau Tuan?” Dia bangkit keluar untuk mengecek tapi ketika hendak membuka pintu Adrian sudah membuka pintu terlebih dahulu. Melihat Ale
Kamar mandi menjadi saksi bisu atas perbuatan mereka. Kenikmatan yang Adrian berikan membuat Alea tak kuasa, tubuhnya benar-benar sudah berkhianat, “Ahhhh Tuan.” Dia mengerang penuh nikmat hingga tubuhnya lemas. Sementara itu Adrian tersenyum karena sanggup membuat wanitanya terpuaskan. “Sekarang giliranku,” katanya sambil mempercepat gerakan pinggulnya. Sesaat kemudian, Adrian juga mengerang hebat, tanda jika sudah sampai ke puncak kenikmatan. Habis bercinta, mereka mandi bersama, ketika Alea hendak memakai pakaian basahnya kembali, Adrian melarangnya. “Pakai saja ini, baju basah jangan dipakai.” Adrian memberikan handuk istrinya kepada Alea. Alea merasa tak pantas menggunakan handuk Gina tapi Adrian memaksanya.“Jangan buang waktu, habis ini segera siapkan pakaian kerjaku!” Di depan wardrobe Alea berdiri menatap tubuhnya dari pantulan cermin.Bercinta, mandi bersama dan kini memakai handuk Gina, benar-benar membuatnya seperti Nyonya di rumah ini. “Maafkan saya Nyonya.” Perm
Berbeda dengan Adrian yang menunjukkan kepuasan di wajahnya, Alea justru merasa khawatir kalau Gina tiba-tiba pulang, sehingga dia segera mengumpulkan pakaiannya meskipun nyeri di pangkal pahanya masih terasa. "Setelah ini siapkan makanan untukku, Alea." "Baik, Tuan," jawab Alea lemas, meninggalkan kamar dengan perasaan bersalah. Dia menyesali tindakannya, terlebih menyadari kalau ia menikmati permainan dari majikannya. Di kamar mandi, Alea membersihkan tubuhnya, menggosoknya dengan keras, dengan harapan dapat menghilangkan bau permainan panas bersama suami majikannya. "Mengapa nasibku begini?" keluhnya sambil menangis. Setelah selesai, Alea mulai memasak. Baru saja ia menyiapkan makanan di meja, Adrian turun dengan rambut basah. "Anda mau makan sekarang, Tuan?" tanyanya. "Iya, aku lapar," jawab Adrian sambil menatap Alea. Tanpa ingin membuat Adrian menunggu, Alea cepat-cepat menyajikan makanan di hadapannya. Adrian mengatakan telah mentransfer uang yang disepakati, dan Alea
Permintaan gila dari suami majikannya itu membuat Alea mundur selangkah, menatap Adrian tak percaya.Seluruh tubuh Alea menolak, tapi, pikirannya hanya terpusat ke keinginannya untuk segera menyelesaikan urusannya dengan Rian, mantan suaminya. Dari mana lagi ia bisa mendapatkan uang? Bahkan, jika ia bekerja sampingan lain, ia tak akan pernah bisa mendapatkan uang sebanyak itu. “B-bagaimana mungkin, Tuan? Selain itu, bagaimana dengan Nyonya Gina?” Keputusasaan kembali menyelimuti Alea. Tak mungkin ia menerima penawaran gila dari suami majikannya itu. “Asal kamu tetap diam, Gina tidak akan tahu.” sahut Adrian. Alea tertegun, meskipun begitu, dia tidak bisa mengkhianati penolongnya. “Tapi semua terserah kamu, aku juga tidak memaksa, lanjut Adrian sambil mengambil remote TV dan menyalakan televisi besar di ruangan itu. Dilema melingkupi Alea. Ia tak ingin mengkhianati Gina yang telah memberinya pekerjaan. Haruskah ia menjadi narapidana? Bayangan seragam oranye menari di kepalan
Alea seketika membeku kala menyadari perbuatan suami dari majikannya itu. Belum lagi napas panas yang Adrian yang menggelitik tepat di tengkuknya, membuat Alea mulai merasa gerah.“Apa maksud Anda, Tuan?!” tanyanya, memutar tubuhnya agar bisa mendorong Adrian. Namun, apa yang terjadi berikutnya benar-benari di luar dugaan Alea. Tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang lembut dan basah bertemu dengan bibirnya. Adrian, suami dari majikannya, menciumnya! Ciuman panas tak terelakkan, Adrian memaksa Alea untuk menerima ciumannya sementara Alea berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh Adrian. “Jaga sikap anda, Tuan!” Teriaknya. Teriakan Alea, serta tatapan matanya yang sulit diartikan itu membuat Adrian menjauh dengan sendirinya. Melihat Alea yang mulai menitikkan air mata, Adrian pun memerintahkan Alea untuk keluar, sementara dirinya mengusap rambutnya dengan kasar, mengutuki diri sendiri karena bertingkah tanpa berpikir. Memang, karena kebutuhan biologis Adrian yang jarang terpenuhi membua
"Kenapa? Kamu tidak mau melayani aku?" tanya suami dari majikannya dengan senyuman kecil di wajahnya, membuat Alea tercengang.Pikiran Alea melayang jauh, padahal, ucapan suami majikannya itu adalah respon dari kegeraman Alea yang baru saja terpaksa bekerja dua kali karena keinginannya yang kerap berubah. Sejak kejadian malam itu, entah mengapa Alea tak bisa menghapus suara aneh itu dari memorinya. Alea jelas tahu apa yang dilakukan oleh Adrian, apalagi Alea juga bukan anak kecil. “Apa maksud Tuan!?” tanya Alea panik, semburat merah mulai muncul di wajahnya. “Defensif sekali. Saya minta buatkan susu, bukan kopi. Jadi, buatkan saya susu sekarang juga!”"Oh … baik, Tuan. Tunggu sebentar," jawab Alea cepat, bergegas agar bisa segera menjauh dari suami majikannya yang mulai ia anggap sebagai pria aneh. **Sebulan pun berlalu. Kini waktunya Alea menerima gaji pertamanya sejak bekerja di rumah ini. "Berapa nomor rekening kamu, Alea?" tanya Gina saat hendak memberikan gaji."Maaf, Nyonya