Tap … tap … tap …
“Hadeh … jadi, sudah berapa lama kalian saling menunggu?” tanya William, berjalan menghampiri Sonia dan seorang pria yang ternyata adalah Davin.
“Eh, sejak kapan anda berada disini, Tuan? Anda kenal dengan Nona ini, Tuan, dan … Tuan Dav … ah, ternyata Davin yang anda maksud adalah beliau, Nona?” tanya si Petugas Keamanan, ikut bergabung dengan William, Sonia dan Davin. “Hmm?”Mendengar itu, William pun menggelengkan kepalanya dan menghela nafas. Dia tidak tahu harus berkata apa, karena pusing melihat kelakuan calon istrinya dan bawahan kakaknya itu.
“Lho, ‘kan saya sudah bilang dari awal, tapi anda mengatakan kalau anda tidak pernah melihat orang dengan ciri-ciri yang saya sebutkan tadi. Saya juga sudah menyebutkan namanya, lho …,” sahut Sonia.
“Hahaha &he“Sebelumnya, saya minta maaf dan … tolong, anda jangan memberitahukan tentang pertanyaan saya ini kepada Tuan William ya, Nona,” pinta Davin pada Sonia. “Iya, memangnya kamu ingin bertanya tentang apa?” tanya Sonia. “Hmm, sebenarnya … anda siapa, Nona?”*** “Chel … Chelsea! Chelsea, tunggu hei! Tunggu ….” Tap … tap … tap …Chelsea berlari bersama dengan koper miliknya keluar dari rumah Angel menuju gerbang rumah. Melihat itu, Angel seketika panik dan langsung mengejarnya bersama dengan ketiga temannya yang lain, mengikuti dari belakang. Grabb …Sekitar lima meter lagi menuju gerbang, Angel pun berhasil mengejar Chelsea dan langsung menarik lengan kirinya. Sontak, Chelsea pun menghentikan langkahnya. “Hei, mengapa kamu berlari, hah!?&rdquo
“Saya? Lho, saya ‘kan sudah mengatakan padamu saat pertama kali kita bertemu di lobby Hotel malam itu. Saya adalah calon istrinya William, memangnya kenapa?”Langkah Sonia tiba-tiba terhenti setelah mendengar pertanyaan Davin, sembari mengerutkan keningnya. Dia merasa terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Davin, seolah-seolah seperti tengah mengintrogasinya. “Ah, maaf, Nona, saya lupa … wah, pasti anda beruntung sekali bisa mendapatkan seorang Pria yang sangat kaya seperti Tuan William … padahal, beliau sama sekali belum pernah memiliki pacar sebelumnya,” kata Davin, langsung merubah topic pembicaraan setelah melihat raut wajah Sonia. “Ya, dia juga sempat berbicara seperti itu pada saya. Dia sama sekali belum pernah memiliki pacar, atau bahkan calon istri,” kata Sonia, memalingkan wajah kearah pantai. “Hahaha … hmm, apakah saya boleh tahu,
“Ah, baik, saya mengerti … jadi, intinya Tuan William sama sekali belum pernah bercerita tentang siapa Nona Angel ini pada anda, Nona?”Sonia langsung menggelengkan kepalanya. Melihat itu, Davin pun terdiam sembari mengangguk pelan. Sontak, terlintas dipikirannya tentang William. Dia berpikir, mungkin William tak ingin Sonia mengetahui tentang Angel. Secara, Angel adalah mantan seorang pemulung. ‘Eh, tapi ‘kan … sekarang Nona Angel jauh lebih baik daripada saat dia masih menjadi seorang pemulung? Mengapa Tuan William tetap tidak ingin memberitahukan kepada Nona Sonia tentang Kakaknya sendiri?’ gumamnya dalam hati. “Nah, kamu ini ‘kan temannya William, pastinya kamu tahu siapa si Angel ini sebenarnya, iya ‘kan?” tanya Sonia.Davin langsung menoleh kearah Sonia. Terlihat, Davin tidak langsung menjawab pertanyaan dari Sonia, melainkan masih memikirkan tentang apa ya
Setelah selesai dengan si Parkir Valet itu, Davin pun langsung masuk ke dalam mobil dan langsung pergi meninggalkan Hotel. Beberapa saat kemudian, sampailah dia di perjalanan, berniat ingin pergi ke rumah Angel. “Hmm, hari ini adalah hari minggu. Nona Angel berada di rumah atau tidak, ya?”Hari itu adalah hari minggu pagi. Davin berpikir, kalau dia langsung menuju ke rumah Angel, takutnya tidak ada orang disana. Secara, Angel biasanya pergi tidak tahu kemana di hari libur dan teman-teman Angel pergi bekerja. Dia pun langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya dan langsung menghubungi Joe, “Halo, Joe,” “Halo, Vin, ada apa?” “Kamu sedang apa?” “Ah, saya sedang dalam perjalanan menuju W Mall. Tuan Michael meminta saya untuk menemuinya disana. Ada hal penting yang ingin dibahas. Kenapa?” &ldquo
“Gila, Airbus A380 Custom ada berapa tadi? Sepuluh unit, ya? Wah …,” kata Cassey sambil menggelengkan kepalanya. “Kenapa, Cass?” sahut Fanny, bertanya pada Cassey. “Ayahnya Angel benar-benar gila …,” jawab Cassey, dengan raut mata dan mulut terbuka lebar. “Gila? Eh, enak saja kamu mengatakan ayahku gila, ya!” bentak Angel. “Eh, bukan gila yang seperti itu, Ngel … aku pernah baca di sebuat artikel yang membahas tentang pesawat jet termahal dan termewah. Nah, pesawat Airbus A380 ini berada di peringkat teratas dengan harganya yang mencapai empat ratus juta dollar untuk satu unit, dan jika merenovasi isi dalamnya sesuai dengan keinginan atau Custom, bisa mencapai milyaran dollar, tergantung apa saja yang diubah …,” jelas Cassey. “Hah!? Serius, Cass?” tanya Fanny terkejut. &ldq
“Halo, Joe, sepertinya saya agak sedikit terlambat nih … iya, ponsel saya tadi ngga sengaja terjatuh dan layarnya retak. Jadi, saya ingin menggantinya terlebih dahulu … iya, kalau kamu sudah tiba di W Mall, pesan minum atau makan saja, nanti saya yang akan membayarnya.”Pukul sepuluh lewat lima menit, Michael tiba di sebuah toko ponsel yang di temuinya di tepi jalan. Ponsel miliknya tidak sengaja terjatuh saat dia sedang berada di rumah, sebelum berangkat pergi menemui Joe. “Selamat datang di toko kami, Tuan, ada yang bisa saya bantu?”Setelah selesai menelfon Joe dan baru saja tiba di pintu masuk toko, Michael disambut oleh seorang wanita berparas cantik dengan mengenakan seragam khas toko ponsel itu. “Hmm, layar ponsel saya retak seperti ini … apakah disini menjual layar ponsel yang seperti ini?” tanya Michael pada wanita itu, sambil menunjukkan ponselnya. &nb
“Permisi, Nona, maaf mengganggu perbincangan anda, tapi … pesawatnya sudah siap. Kita bisa berangkat langsung ke bandara kapan saja yang anda mau, Nona.”Pukul setengah sepuluh lewat sepuluh menit, Angel dan teman-temannya masih berada di halaman rumah Angel. Mereka mengobrol santai sembari menunggu Davin mempersiapkan pesawat yang nantinya mereka gunakan untuk terbang ke Venezuela, tepatnya ke kampung halaman Chelsea. Lalu, saat Angel dan teman-temannya sedang asik berbicara, Davin kembali bergabung dengan Angel dan yang lainnya, dan mengatakan kalau pesawatnya telah siap dan mereka bisa berangkat pergi kapan saja. “Hmm, memangnya … bandaranya berada dimana, Vin?” tanya Angel. “Bandaranya berada di WDC, Nona … jarak tempuh dari rumah anda ke bandara, sekitar enam setengah hingga tujuh jam,” jawab Davin. “Hah!? Tujuh jam perjalanan? Hmm, jauh juga ya &helli
“Sherl, Hann, bangun woi! Ayo berangkat!”Di dalam asrama kampus, terlihat Camille sudah berpakaian rapih, seperti hendak ingin bepergian. Dia sudah terbangun dari tidurnya lebih dulu dari kedua temannya yang masih berkelana di alam mimpi. “Woi, bangun dong! Ini sudah pagi, lho … kalian tidak ingat kita harus pergi kemana hari ini, hah!” teriak Camille, menggoyang-goyangkan tubuh temannya secara bergantian. “Huaaahhh … ck! Apaan sih, Cam, mmm … masih pagi juga, ah! Nanti saja deh!” sahut Sherly mengempas kesal, langsung menyelubungi seluruh tubuhnya menggunakan selimut. “Tahu tuh! Pagi-pagi buta sudah teriak-teriak …,” sahut Hanny. “Eh, kalian masih ingin kuliah atau tidak, hah!? Kita tidak memiliki banyak waktu, buruan!” kata Camille. “Ck! Apa sih, Cam … nanti deh, lima menit lagi,