Bahama, 17 Sept 2014, 18:00…
“Bu, ayah kemana?” Tanya seorang gadis kecil yang tengah berjalan di pinggir pantai bersama dengan ibunya.
“Ayah? Ayah kan sedang bekerja sayang… Sebentar lagi, ketika kita pulang, pasti ayah sudah ada dirumah.” Kata ibu dari anak gadis kecil itu
“Emm… Begitu ya bu… Tapi, ayah sudah lama sekali tidak pulang bu… Ayah beneran pulang kan bu?”
“Iya sayang, ayah pasti pulang kok…” Kata Ibu itu sembari mengelus-elus rambut gadis kecil itu.
“Bu, lihat! Ada orang yang lagi tiduran di pasir bu… Dia ngapain ya tiduran disana bu?” Kata gadis kecil itu sembari menunjuk kearah depan.
“Eh… Ibu juga tidak tahu… Ayo kita lihat kesana…”
Kemudian, Ibu dan anak itu berlari menuju seseorang yang sedang tertidur di pinggir pantai tepat di depan mereka.
“Eh! Dia pingsan nak! Kepalanya juga sepertinya terbentur sesuatu sampai memar begitu…” Kata Ibu itu kepada anak gadis kecilnya dengan raut wajah yang tampak panik.
“Pingsan? Apa itu bu?” Tanyak gadis kecil itu.
“Duh, ibu juga susah menjelaskannya padamu sayang… Duh, bagaimana ya? Ibu tidak kuat untuk mengangkat tubuhnya nak…”
“Emm… Seret saja bu, rumah kita kan tidak jauh dari sini…”
‘Seret? Emm… Yah, mau tidak mau lah…’ Kata Ibu itu dalam hati.
Lalu, Ibu itu mengiyakan perkataan anaknya dan kemudian, menyeret orang itu dan membawanya ke rumah.
Sesampainya dirumah,
“Alfina… Ambilkan tikar yang ada di balik pintu kamar kita dan juga bantal ya…” Kata Ibu itu.
“Iya bu…”
Gadis kecil itu langsung berlari ke dalam kamar untuk mengambilkan sebuah tikar dan bantal.
“Ini bu tikar dan bantal nya…” Kata gadis itu sembari memberikan tikar dan bantal yang di bawanya kepada Ibunya.
“Emm… Tolong, kamu masakan air. Kalau sudah masak, kamu tuangkan air itu ke dalam ember plastik yang ada di dapur. Setelah itu, bawa kesini dan juga bawakan sebuah kain ya.”
“Iya bu, sebentar ya…”
Setelah memberikan tikar dan bantal, gadis itu pergi ke dapur untuk memasak air.
Ibu dari gadis itu langsung menggelar tikar di atas lantai dan kemudian, meletakkan bantal di atas tikar, lalu membaringkan tubuh seorang gadis yang tadi dibawanya dari pantai.
‘Masih bernafas kok… Jantungnya juga masih berdetak… Emm… Siapa gadis ini? Mengapa dia bisa sampai pingsan di pinggir pantai?’ Kata Ibu itu dalam hati sembari mengecek gadis itu, apakah dia masih hidup atau tidak.
Beberapa saat kemudian, anak dari Ibu itu datang sembari membawa se-ember air panas dan juga dua buah kain.
“Ini bu air panasnya… Dan, ini Fina bawakan dua buah kain untuk berjaga-jaga saja bu…” Kata gadis kecil itu sembari meletakkan ember plastik berisi air panas itu ke lantai.
“Oh, terima kasih ya Fina…”
Setelah itu, Ibu itu melepaskan baju dan celana yang sedang dikenakan oleh gadis itu dan kemudian, membersihkan tubuh gadis itu menggunakan kain yang sudah di basahi menggunakan air panas.
“Fina, coba kamu ambilkan pakaian ibu yang ada di kamar.”
“Baik bu…”
Gadis kecil itu langsung mengiyakan perkataan ibunya, dan langsung pergi ke kamar untuk mengambilkan sepasang pakaian.
“Ini bu pakaiannya… Emm… Pakaian ini untuk apa ya bu?”
“Ibu mau memakaikannya ke kakak ini sayang… Baju dan celana yang di pakai oleh kakak ini kan sudah kotor, jadi ibu mau menggantinya…” Kata Ibu itu sembari memakaikan baju dan celana yang dibawa oleh anaknya tadi ke gadis yang tengah terbaring tak sadarkan diri itu.
“Oh, begitu ya bu… Tapi bu, kakak ini kok masih tidur ya bu? Kenapa tidak di bangunkan saja?” Kata gadis kecil itu kepada Ibu itu.
“Kakak ini masih ingin tidur nak… Nanti kalau kakak ini sudah tidak ingin tidur, pasti juga bangun sendiri kok…”
Tiba-tiba,
“Eh, tangan kakak ini bergerak bu!”
“Eh! Iya loh…”
Tangan gadis itu tiba-tiba bergerak. Lalu, mata gadis itu yang tadinya terpejam, perlahan terbuka, dan…
“A… Adu-duh… Kepalaku pusing banget… A.. Ak… Aku dimana…?” Kata gadis itu sembari memegangi kepalanya dan masih terbaring di atas tikar.
“Fina, apakah masih ada sisa air panas yang kamu masak tadi?” Tanya Ibu itu kepada anak gadis nya.
“Ada bu, tapi hanya tersisa sedikit…”
“Yasudah, tuangkan air panas itu ke dalam sebuah gelas, lalu bawakan kesini ya”
“Baik bu”
Lalu, gadis kecil itu langsung berlari ke dapur untuk mengambilkan segelas air panas.
“Nak… Kamu jangan banyak bergerak dulu ya…” Kata Ibu itu kepada gadis itu.
“A… Aku… Aku dimana… Anda… Anda siapa…” Kata gadis itu.
“Sudah lah, simpan pertanyaanmu untuk nanti. Sekarang, kamu istirahat saja dulu ya.” Kata Ibu itu sembari tersenyum kepada gadis itu.
Beberapa saat kemudian, gadis kecil itu kembali sembari membawa segelas air panas.
“Bu, ini air panasnya bu… Adu-duh...” Kata gadis kecil itu sembari merasa sedikit kepanasan.
“Eh, panas ya nak? Hahaha… Sini-sini…” Kata Ibu itu sembari mengambil segelas air panas itu dari tangan anaknya.
Kemudian, Ibu itu mengangkat sedikit kepala gadis itu sembari berkata,
“Ini nak… Diminum dulu airnya… Jangan lupa di tiup dulu airnya ya, sepertinya masih panas.”
“Fuuuuhhh… Sluuuurrpppp… Humpph… Terima kasih…”
“Sama-sama… Yasudah, kamu istirahat lah dulu ya. Kalau nanti badanmu sudah merasa baikan, kita makan bersama-sama.” Kata Ibu itu kepada gadis itu.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian memejamkan matanya, dan kemudian tertidur.
‘Draniela!!!’
‘Jebuuurrr…’
‘Draniela! Pegangan di tubuh kakak! Jangan di lepaskan ya… Uppp… Jangan di lepaskan Draniela!’
‘Jebuuurrr…’
‘Angel! Draniela! Aku datang!’
‘Samuel… Uppp… Sam… Kesi… Kesini… Sam…’
“Samuel!!!”
Sontak, Angel terbangun dari tidurnya.
“Eh, kamu sudah bangun?” Tanya Ibu itu.
“Hah!?”
“Emm… Tadi kamu teriak-teriak memanggil-manggil nama… Siapa tadi nak? Samuel ya?” Kata Ibu itu kepada Angel sembari melontarkan sedikit pertanyaan kepada anak gadisnya.
“Iya kak… Tadi kakak sempat mengigau sembari memanggil-manggil nama Samuel. Memangnya, Samuel itu siapa kak? Dan, mengapa kakak bisa sampai tertidur di pinggir pantai itu? Kata gadis kecil itu.
“Emm… Aku juga tidak tau… Sepertinya, aku hanya mengingat namaku saja… Angel Mendez… Dan… Ah, aku tidak bisa mengingat apapun…” Kata Angel sembari memegangi kepalanya yang memar.
“Yasudah, kamu mau makan? Tadi ibu sudah memasakan sedikit makanan untuk kita makan bersama. Mau?” Tanya Ibu itu.
Angel hanya diam saja sembari memegangi kepalanya yang sakit dan perlahan, menganggukkan kepalanya kepada Ibu itu.
Melihat itu, Ibu dan anaknya itu bergegas mengambil makanan yang tadi sempat di masaknya ketika Angel tengah tertidur.
“Ayo dimakan, keburu dingin nanti loh…” Kata Ibu itu kepada Angel.
“I… Iya bu… Emm… Kalau boleh tau, ini dimana ya?” Kata Angel sembari melontarkan sedikit pertanyaan kepada Ibu itu.
“Tempat kita sekarang ini? Kita berada di negara Bahama yang letaknya di sebelah barat Amerika Serikat nak…” Jawab Ibu itu.
“Bahama? Emm… Begitu ya bu… Ngomong-ngomong, Ibu tinggal berdua saja dengan anak Ibu disini?” Kata Angel sembari sedikit demi sedikit menyuapkan nasi ke mulutnya.
“Tidak kok, kami tinggal bertiga dengan suami saya. Suami saya sedang bekerja di pulau sebelah. Setiap sebulan sekali, dia pulang ke rumah ini untuk beberapa hari saja, setelah itu dia pergi ke pulau sebelah lagi untuk bekerja. Dan, perkenalkan, nama saya Aura Azzalfa. Dan anak saya ini bernama Afina Ganes Azzalfa. Dan, suami saya bernama Ganes Almero Bonanza.” Kata bu Aura.
“Bonanza bu? Emm… Kok aku pernah mendengar nama Bonanza ya… Tapi dimana…” Kata Angel kepada bu Aura sembari memegangi kepalanya.
“Hah!? Kamu yakin? Ya memang sih, Saudara dari suami saya ini berada di Amerika Serikat, tepatnya di Washington D.C. Sedikit cerita, dulu saya berasal dari keluarga yang cukup kaya. Namun, semenjak menikah dengan suami saya, yahh… Saya menjadi seperti sekarang ini. Gaji suami saya hanya cukup untuk kami makan sehari-hari. Dan, selama menunggu suami saya pulang, saya pergi ke kota bersama dengan anak saya untuk memulung barang-barang bekas dan kemudian, menjualnya untuk kebutuhan sehari-hari. Yah, begini lah hidup, kadang kita di atas, dan tiba-tiba, sudah berada di bawah tanpa kita sadari.” Kata bu Aura kepada Angel.
“Mulung?”
“Iya Ngel… Eh, tadi kamu bilang nama kamu Angel kan?” Kata bu Aura.
“Iya bu, namaku Angel… Angel Mendez…”
“Emm… Iya, kegiatan sehari-hari saya bersama dengan anak saya ya itu, mulung di tengah keremaian kota di pagi hari sampai menjelang siang. Setelah terkumpul lumayan banyak, kami langsung pergi ke agen yang menampung barang-barang bekas dan menjualnya. Yahhh, cukup lah untuk makan sehari-hari…”
“Emm… Begitu ya bu…”
“Iya Ngel… Eh, yasudah, kamu kan sudah selesai makan, Emm… Mau mandi dulu atau langsung tidur?” Kata bu Aura.
“Mandi dulu boleh ga bu?” Tanya Angel.
“Oh, boleh kok… Ayo, Ibu tunjukkan kamar mandi nya.”
Lalu, Aura berdiri dan berjalan menuju kamar mandi yang tampaknya cukup sederhana, diikuti oleh Angel dari belakang. Kemudian, Angel masuk ke kamar mandi dan kemudian mandi.
‘Duh… Bagaimana bisa aku bisa sampai kesini ya? Perasaan… Aduhhh… Kenapa aku tidak bisa mengingat sesuatu sih!’ Kata Angel dalam hati.
Kemudian, Angel melanjutkan mandinya perlahan-lahan karena kepalanya masih terasa sakit kalau terkena air. Setelah mandi, Angel keluar menggunakan handuk yang tergantung di dalam kamar mandi.
“Sudah selesai mandi nya Ngel?” Tanya bu Aura.
“Sudah bu… Emm… Baju saya dimana ya bu?” Tanya Angel.
“Ah, baju kamu masih Ibu cuci, kamu bisa menggunakan baju ini. Ini baju Ibu, maaf kalau kebesaran ya, hehe” Kata bu Aura sembari memberikan baju dan celana tidur kepada Angel.
“Ah, tidak apa-apa bu…”
“Yasudah, kalau kamu sudah selesai, kamu bisa tidur di tikar tadi ya. Maaf, kamar Ibu hanya cukup untuk berdua saja. Tidak apa-apa kan?”
“Ah, Iya bu…”
“Yasudah, Ibu masuk ke kamar duluan ya, selamat malam.”
“Malam bu…”
Setelah itu, bu Aura bersama anaknya Fina masuk ke kamarnya. Kemudian, setelah memakai baju dan celana yang diberikan oleh bu Aura tadi, Angel berjalan ke tikar yang diberikan oleh bu Aura, dan setelah itu, Angel tertidur.
Pukul 07.00 pagi…“Jeglek…”Pintu kamar bu Aura terbuka.“Eh!? Kak Angel kemana nak?” Tanya bu Aura kepada Alfina.“Loh, dari tadi malam kan, aku bersama ibu di kamar, ya mana ku tau…” Kata Alfina kepada bu Aura.“Iya juga ya… Emm… Kemana dia ya…”“Coba lihat ke luar bu, siapa tau kak Angel ada di luar…”Kemudian, bu Aura bersama dengan Alfina berjalan keluar rumah.“Loh, Angel… Kamu sudah bangun?” Kata bu Aura sembari berjalan menghampiri Angel yang tengah duduk di kursi kayu depan rumah bu Aura sembari memandangi pantai yang di terpa oleh ombak kecil.“Eh, iya bu… Ibu dan Fina juga sudah bangun ternyata…”“Emm… Iya nih, kamu sedang apa disini sendirian Ngel?” Kata bu Aura.“Tidak ada bu, aku sedang duduk saja sembari memandangi p
“Sam… Aku pergi dulu ya, barang bekasku sudah terkumpul cukup banyak nih… Dan, terima kasih sudah menemaniku berkeliling sembari mengumpulkan barang bekas ini, daaahhh” Kata Angel sembari melambaikan tangannya kepada Samuel yang masih fokus mencari barang bekas di tempat pembuangan sampah.Setelah itu, Angel pergi ke titik awal Angel, bu Aura dan Alfina berpisah dan berkumpul kembali.Sesampainya disana, Angel duduk di pinggir jalan menunggu bu Aura dan Alfina sembari meletakkan karung yang berisi barang bekas yang telah dikumpulkannya itu di sebelahnya. Lalu,“Permisi nona…”Seorang petugas dari kepolisian menghampiri Angel yang tengah duduk sendirian di pinggir jalan.“Iya pak, ada apa ya?” Tanya Angel.“Maaf, pengemis dan pemulung dilarang di area ini! Jadi, lebih baik anda pergi ke tempat lain!” Bentak polisi itu.“Hah!? Tapi, saya tidak sedang mengemis pak
Satu unit Helikopter Airbus H225 Super Puma mendarat di pinggir pantai dan juga, sekitar 10 unit Helikopter tempur Bell Boeing V-22 Osprey mendarat di belakangnya. Lalu, seorang pria berbadan yang tak terlalu tinggi dengan wajah yang sangat tampan menggunakan jas Stuart Hughes Diamond turun dari helicopter dengan 50 pasukan militer yang siap mati untuk mengawal pria itu. Kemudian, pria itu berjalan kearah Joe yang sepertinya sudah berdiri dengan wajah yang pucat dan sangat ketakutan pada saat itu.“S… S… Se… Sel… Sela… Selamat… Selamat siang tuan William…” Kata Joe sembari menundukkan tubuhnya serendah mungkin kepada pria itu.Dan ya, pria itu adalah William. Adik dari Angel Mendez, seorang pria yang sangat-sangat kaya hampir di separuh belahan dunia setelah ayahnya dan Angel. Lalu, perlahan William mendongakkan kepalanya Joe, dan,“Plak!!!”Sebuah tamparan mendarat di pipi Joe. Lalu
“Ding ding ding”Ponsel Joe berdering.“Tuan?” Tanya Joe kepada William.“Ya, silahkan Joe” Jawab Joe.Kemudian, Joe langsung bergegas keluar dan menjawab panggilan itu.“Halo tuan Roland…”“Halo tuan Joe, salah satu dari kapal pasukan angkatan laut yang sedang patroli di perairan laut di kepulauan Grand Bahama, menemukan seorang anak perempuan yang kira-kira berusia 7 tahun. Kondisinya sangatlah kritis. Mereka sedang berusaha untuk memberikan pengobatan terbaik untuk menyelamatkan nyawa anak itu. Untuk sekarang, hanya anak itu yang baru saja di temukan. Apakah anak itu adalah salah satu korban yang terjatuh dari kapal pesiar tuan?”“Ya! Dia adalah korban yang terjatuh dari kapal pesiar itu. Tolong berikan pengobatan yang terbaik untuknya! Tolong selamatkan dia!”“Oke tuan, saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuknya. Oke tuan, mu
Perairan Bahama, 18 Sept 2014, 17:30.“Tuan William, sepertinya kita sudah tepat di atas kapal pasukan angkatan laut negara Bahama. Kita juga sudah mendapat izin untuk mendarat di kapal itu untuk melihat korban yang selamat. Bagaimana perintah selanjutnya tuan?” Kata komandan dari pasakukan milliter William yang berada di Helikopter William.“Oke, langsung mendarat saja. Untuk pasukan lain, bisa menunggu di udara sembari terus memantau korban yang lain. Siapa tahu, akan ada tanda-tanda dari mereka.” Kata William.Kemudian, pilot yang bertugas membawa Helikopter itu mendaratkan Helikopter di atas kapal milik pasukan angkatan laut Bahama. Tampak dari dalam Helikopter, seorang pasukan dari angkatan laut Bahama memberi arahan kepada pilot di Helikopter William untuk mendaratkan Helikopter itu. Setelah itu, Helikopterpun mendarat dengan mulus.‘Eh!? Kok ada Helikopter? Milik siapa ya?’Lalu, William turun dari Helikop
“Ah, kenal om, kenal banget malah.”“Emm… Menurut kamu, kak Angel orangnya gimana?”“Ah, kak Angel orangnya baik banget om, dia baik, suka menolong, eh! Kemarin, kak Angel baru saja membelikan rumah untuk ibu-ibu pemulung loh om. Dan juga, kak Angel memberikan kami rumah yang letaknya di samping rumahnya kak Angel. Pokoknya, kak Angel itu orangnya baik banget lah om.”“Hahaha… Oh, begitu ya… Nah, kebetulan, om adalah adik dari kak Angel, hehe”“Hah!? Serius om? Wah, pantesan wajah om tampan sekali, sama seperti kak Angel yang mempunyai wajah yang cantik juga, hihi”“Ah, kamu ini bisa saja. Nah, sudah puas jalan-jalannya? Atau, mau menjemput kakak-kakakmu dulu?”“Eh, beneran om?”“Iya dong, hehe.”“Yasudah om, kita ke tempatnya kakak-kakak saya dulu saja, lalu kita jalan-jalan lagi. Bolehkan om?”
Mendez Hotel, 19 Sept 2014, 07:00 pagi.Jeglek!“Selamat pagi tuan!” Kata dua orang pasukan milliter William yang sejak tadi malam berjaga di depan kamarnya William.“Pagi… Eh, kok kalian disini? Kalian begadang semalaman?” Tanya William kepada pasukannya.“Siap! Benar tuan!” Jawab pasukan William.“Hah? Emm… Yasudah, kalian pasti lelahkan? Sana pergi cari sarapan untuk kalian, lalu kalian bisa istirahat dan sepertinya, saya tidak perlu penjagaan untuk sekarang.”“Siap! Terima kasih tuan!”Kemudian, kedua pasukan William pergi meninggalkan William sendiri sembari mengenakan baju tidur. Lalu,“Selamat pagi tuan Williaaaam…” Kata Chelsea yang baru saja keluar dari kamar VIP di sebelah kamar William bersama dengan Fanny dan Cassey.“Pagi…” Jawab William dengan nada bicara yang cuek.“Ih, wajah tuan la
Puk…“Jangan… Biarkan saja dulu, jangan di ganggu… Tunggu hatinya tenang dulu…” Kata William sembari menarik pundak Cassey dan Fanny untuk menahan mereka agar tak menghampiri Joe.Kemudian, Cassey dan Fanny menoleh kearah William,“Awas! Kamu… Tega ya… Tega ya kamu menghancurkan hubungan mereka! Kamu tahu…”“Ssssttt… Kamu salah… Tidak mungkin aku tega mengambil Chelsea dari Joe. Aku hanya menguji Chelsea saja, aku juga sempat berdiskusi kepada Joe dan sepertinya Joe menyetujuinya. Dan ya, seperti dugaanku, Chelsea lebih memilihku daripada Joe yang sudah cukup lama bersama dengannya.” Kata William memotong perkataan Cassey.“Hah!!!”Sontak, Cassey dan Fanny terkejut setelah mendengar perkataan William.“M… Ma… Maksudnya?” Tanya Fanny dengan nada bicara yang sedikit terbata-bata.“Iya, jad