Share

4: Terjadi Lagi

“Sam… Aku pergi dulu ya, barang bekasku sudah terkumpul cukup banyak nih… Dan, terima kasih sudah menemaniku berkeliling sembari mengumpulkan barang bekas ini, daaahhh” Kata Angel sembari melambaikan tangannya kepada Samuel yang masih fokus mencari barang bekas di tempat pembuangan sampah.

Setelah itu, Angel pergi ke titik awal Angel, bu Aura dan Alfina berpisah dan berkumpul kembali.

Sesampainya disana, Angel duduk di pinggir jalan menunggu bu Aura dan Alfina sembari meletakkan karung yang berisi barang bekas yang telah dikumpulkannya itu di sebelahnya. Lalu,

“Permisi nona…”

Seorang petugas dari kepolisian menghampiri Angel yang tengah duduk sendirian di pinggir jalan.

“Iya pak, ada apa ya?” Tanya Angel.

“Maaf, pengemis dan pemulung dilarang di area ini! Jadi, lebih baik anda pergi ke tempat lain!” Bentak polisi itu.

“Hah!? Tapi, saya tidak sedang mengemis pak, ya memang, saya adalah seorang pemulung. Tapi, saya sudah tidak sedang memulung lagi, saya hanya duduk dan beristirahat saja disini sembari menunggu teman saya yang sepertinya sedang menuju kesini.”

“Tetap saja, pengemis dan pemulung dilarang di area ini. Anda tau ini tempat apa?”

“Tidak, saya tidak tahu pak. Memangnya, ini tempat apa?”

“Anda bisa baca tulisan yang ada di atas kepala anda? Ini adalah kantor polisi! Jadi, jika anda tidak segera beranjak dari area ini, terpaksa saya harus membawa anda masuk ke dalam. Mau?”

“Eh… Ma… Maaf pak, saya tidak sempat membaca tulisan itu. Maaf ya pak, saya akan pindah dari sini.”

“Silahkan…”

“Baik pak…”

Kemudian, Angel berdiri sembari mengangkat karung miliknya dan kemudian, pergi dari area kantor polisi itu.

Tibalah Angel di depan sebuah restaurant yang tidak jauh dari kantor polisi itu. Dan,

“Hadehhh… Kok tiba-tiba, tempat itu bisa berubah menjadi kantor polisi ya? Perasaan, tadi aku tidak melihat tulisan apapun disana. Emm…” Kata Angel kepada dirinya sendiri sembari mendudukan tubuhnya di depan sebuah restaurant. Tiba-tiba,

“Jeburrrr…”

“Eh! Maaf, saya tidak melihat kalau ada seorang pemulung tengah duduk di depan restaurant ini…”

Seorang pegawai yang bekerja di restaurant itu baru saja mengguyur Angel menggunakan se-ember air. Angel yang terkena guyuran air itu, hanya bisa menghela nafas dalam-dalam sembari tersenyum dan berkata,

“Hufffftt… Ah, iya tuan, maaf kan saya ya… Tapi setidaknya, tolong dong, kalau berniat ingin mengusir, kan bisa di bicarakan baik-baik, hehe”

“Eh… Hahaha… Iya ya, maaf loh. Kan tadi saya sudah minta maaf. Kenapa? Kamu tidak suka?” Kata pegawai itu dengan nada bicara yang sedikit marah.

“Ah, tidak kok tuan, hehe. Saya suka kok, suka banget malah. Pas sekali, saya belum mandi selama sebulan, hehe. Terima kasih atas air nya ya tuan, permisi…”

Kemudian, Angel pergi meninggalkan restaurant itu dengan perasaan yang sangat kesal.

‘Apaan sih orang itu, main siram-siram aja! Aku ini manusia tau, bukan tanaman! Hadehh…’ Kata Angel dalam hati sembari berjalan menjauhi restaurant itu. Lalu,

“Angel?”

“Ha, akhirnya bu Aura datang juga… Dari tadi aku nungguin Ibu loh…” Kata Angel.

“Eh, kok kamu basah kuyup begitu? Disini hujan ya?” Tanya bu Aura.

“Hah? Eh, iya bu, tadi disini hujan. Wihhhh, hujannya lebat banget loh bu, tapi hujan lokal sih.”

“Hah!? Serius kamu Ngel?”

“Ya nggak lah bu, aku tadi habis di guyur oleh pegawai restaurant yang ada di sana. Masak iya, aku hanya numpang duduk di depan restaurant itu, eh tiba-tiba, aku disiram se-ember air oleh pegawai restaurant itu. Terus, tadi aku juga sempat di usir oleh petugas dari kepolisian di tempat yang sudah kita sepakati di awal untuk berkumpul disana.”

“Hahaha… Eh, iya Ngel, maaf ya, Ibu lupa memberitahukannya kepadamu, kalau tempat itu adalah kantor polisi. Tadi, Ibu ingin mengatakan kalau kita berkumpul di sini saja, eh kamu sudah terlanjur pergi jauh.”

“Lah? Bukannya tadi Ibu yang pergi duluan?”

“Hahaha… Iya-iya, maaf ya Ngel, hehe”

“Hadehhh… Yasudah, dimana tempat untuk kita menjual barang-barang ini bu? Sepertinya, aku sudah mengumpulkan lumayan banyak nih, hehe”

“Ah, tempatnya tidak jauh dari sini kok Ngel, ayo kita kesana”

Setelah itu, Angel, bu Aura dan Alfina berjalan bersama menuju tempat penjualan barang bekas. Beberapa saat kemudian,

“Ngel, kok kamu bisa mendapatkan banyak barang-barang bekas itu? Sampai menghasilkan sekitar hampir 50 dollar. Ibu yang sudah lama menjalani hidup sebagai pemulung saja, hanya bisa mendaparkan 10 dollar perhari. Kamu, yang baru saja mulung, bisa dapat sekitar hampir 50 dollar. Itu untuk sehari, kalau sebulan? Dan, kalau tadi Ibu dan Alfina ikut bersamamu, mungkin kita bisa menghasilkan 150 dollar dalam sehari. Kalau dikalikan dalam sebulan sudah mencapai 450 dollar. Kalau dikalikan dalam setahun? 1800 dolar? Wahhh, kita sudah bisa membeli rumah baru nih, hahaha. Lain lagi dari penghasilan suami Ibu yang kalau sebulannya sekitar 70 dollar.” Kata bu Aura kepada Angel.

“Emm… Seingatku, dulu aku juga sempat bekerja sebagai pemulung bu. Tapi… Dimana ya? Samar-samar, aku sedikit bisa mengingat sesuatu… Dulu, aku… Pernah mulung, dan… Di usir juga seperti tadi… Tapi… Dimana ya?”

“Hah!? Kamu juga pernah bekerja sebagai pemulung Ngel?”

“Iya bu, tapi itu dulu… Emm… Ah, kepalaku jadi sakit kalau harus mencoba mengingat sesuatu bu.”

“Ah, yasudah, lebih baik kita pulang ke rumah untuk memasak dan makan. Eh, mungkin kamu bisa pulang duluan Ngel, Ibu mau belanja dulu ke pasar untuk membeli bahan masakan. Uang pendapatan kamu Ibu gabung dengan uang milik Ibu ya, kan kita sama-sama tinggal dan makan dirumah, hehe”

“Ah, tidak masalah bu. Yasudah, aku pulang duluan ya bu.”

“Iya Ngel…”

Setelah itu, Angel pulang duluan ke rumahnya bu Aura sendirian, sedangkan bu Aura bersama dengan Alfina pergi ke pasar untuk membeli bahan masakan untuk mereka.

Beberapa saat setibanya di rumah bu Aura,

‘Samuel… Hahaha… Dia lucu juga kalau sedang marah ya, hahaha. Dilihat-lihat, dia juga tampan, hihi. Oh iya! Aku lupa menanyakan dimana tempat tinggalnya! Astaga Angel… Kamu kok bodoh banget sih!’ Kalian Angel sembari menghempaskan tubuhnya keatas tikar.

Kemudian, ketika Angel sedang asik termenung sendiri di dalam rumah, lama-kelamaan, mata Angel mengantuk dan kemudian, Angel tertidur.

‘Selamat ulang tahun… Selamat ulang tahun… Selamat ulang, tahun Fanny… Selamat ulang tahun…’

‘Ciee… Samuel memanggil Fanny dengan sebutan sayang, ciee, hahaha’

‘Draniela!!!’

‘Jebuurrr…’

‘Draniela! Pegangan di tubuh kakak! Jangan di lepaskan ya… Uppp… Jangan di lepaskan Draniela!’

“Jangan di lepaskan Draniela!!!’

“Draniela!!!”

“Emm? Kemarin Samuel, sekarang Draniela. Sebenarnya, mereka berdua itu siapa sih bu?” Tanya Alfina kepada bu Aura sembari memandangi Angel yang tengah mengigau.

“Emm… Entah, Ibu juga tidak tau nak. Kalau kita tanya ke kak Angel juga percuma, dia pasti mengatakan kalau dia tidak ingat.” Jawab bu Aura.

Kemudian, Angel menghentikan teriakannya dan seketika, matanya perlahan terbuka, dan,

“Loh, bu Aura dan Alfina sudah pulang?” Tanya Angel.

“Hadehhh… Sudah dari tadi kami tiba di rumah. Dan juga, Ibu sudah selesai memasak. Ibu tidak tega untuk membangunkanmu Ngel, sepertinya kamu kelelahan karena tadi berkeliling mencari barang bekas di kota. Jadi, Ibu membiarkanmu beristirahat. Lalu, setelah Ibu selesai memasak, Ibu berniat ingin membangunkanmu untuk kita makan siang bersama. Eh, tapi kamu malah mengigau lagi seperti kemarin. Yasudah, Ibu biarkan saja dulu sampai kamu bangun dengan sendirinya.”

“Eh, maaf ya bu… Entah kenapa, akhir-akhir ini, aku sering mengigau yang aku sendiri juga tidak tahu apa itu.”

“Yasudah, biarkan saja, lambat laun, ingatanmu pasti kembali kok. Yasudah, ayo kita makan, nanti keburu dingin loh makanannya.”

Kemudian, Angel, bu Aura dan Alfina pergi ke dapur untuk mengambil makanan yang sudah di masak oleh bu Aura, dan kemudian, membawanya ke ruang tamu dekat tikarnya Angel, setelah itu, mereka makan siang bersama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status