Share

Asal-usul Mbah Ning

Senin pagi, Satrio terpaku di ruangannya menghadapi tugas-tugas administrasi. Tangannya membolak-balik setumpukan kertas sembari memberikan koreksi di sana-sini. Tak jarang pula, tangannya mengaru-garuk dahi.

Setelah hampir satu jam berkutat dengan kertas-kertas itu, Satrio menyandarkan punggungnya ke kursinya. Tangannya memijat pangkal hidungnya untuk meredakan matanya yang lelah, meskipun dia tahu, hal itu sama sekali tidak membantu.

Saat itulah kenangan Satrio tertuju pada kelanjutan perbincangan dengan Kakek kemarin.

“Jadi, Kakek senang sekali kamu ingin segera menikah. Ya memang selain karena kamu sudah harus menikah, ya karena untuk menyelamatkan rumah sakit. Bondan harus segera dilengserkan dari direktur. Hari ini kamu menikah, besoknya Kakek akan langsung mengadakan rapat komite membahas kelakuan Bondan.”

Satrio mengangkat bahunya, tidak tahu harus menjawab apa. Walau begitu, hatinya lega, jajaran rumah sakit itu akan segera bersih dari praktek-praktek penggelapan uang.

Kakek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status