Beranda / Fantasi / Penakluk Sihir Iblis / Darah Lebih Kental Daripada Air

Share

Darah Lebih Kental Daripada Air

Penulis: Aspasya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-08 11:32:52

Jian Huànyǐng menangis keras, isak tangisnya mengguncang aula yang sunyi. Setiap isakan terdengar memilukan, tetapi di balik tangisnya, ada kilat kejenakaan yang tersembunyi dalam matanya.

"Gōngzǐ, apakah benar kau Murong Yi Gōngzǐ?" suara lembut seorang murid Sekte Musik Abadi terdengar menenangkan, penuh perhatian.

Jian Huànyǐng menganggukkan kepalanya, mencoba berdiri tegak meski masih terisak. Pemuda itu tersenyum, menepuk bahunya dengan lembut. Kemudian dia ber-kowtow kepada Tuan Murong Wei dengan sikap penuh hormat.

"Tuan Murong, jika Anda tidak keberatan, biarkan Murong Yi Gōngzǐ kembali ke Lanyin bersama kami. Di sana ada kerabat yang pasti bersedia merawatnya," katanya sopan, dengan pandangan tulus.

Tuan Murong Wei dan Selir Ying saling berpandangan, ketidaksetujuan jelas terlihat di wajah mereka. "Tetapi ..." gumam Tuan Murong Wei, suaranya hampir tidak terdengar. Tangan-tangannya terkepal di atas lututnya, menahan perasaan yang bergejolak.

"Tuan Murong Wei, ini tidak bagus untuk pernikahan putrimu!" Kasim yang mendampingi Pangeran Jing Yan berkata dengan nada halus tetapi tegas, penuh otoritas.

Tuan Murong Wei tertegun, segera berlutut bersama Selir Ying dan putrinya.

"Aku tidak bisa menolak dekrit Permaisuri tanpa alasan yang kuat. Tetapi, hari ini aku telah mendapatkannya." Pangeran Jing Yan berdiri, langkahnya penuh wibawa.

"Mengesampingkan putra sah demi putra selir? Ini akan menjadi bahan pergunjingan di ibukota bertahun-tahun kelak." Pangeran Jing Yan tersenyum tipis, matanya berkilat dengan kecerdikan.

Saat berlalu, tatapannya terlihat dingin dan tak terbaca, meninggalkan kesan yang menakutkan bagi siapa pun yang melihatnya. Pria berhanfu biru cerah itu melenggang pergi, diikuti kasimnya.

Tuan Murong Wei berdiri, memukul Murong Yi yang hampir terjatuh. Seorang murid Sekte Musik Abadi menahan tubuh Jian Huànyǐng yang limbung, mencegahnya jatuh.

"Hentikan!" Teriakan keras menggema, memaksa semua orang berhenti bergerak. Nyonya Tua mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke lantai, tatapannya tajam seperti elang.

"Sudah seperti ini dan kau masih bersikap keras kepala! Apakah kau ini mendadak menjadi bodoh atau memang aku telah melahirkan pria terbodoh di Kekaisaran Bìxiāo?" Nyonya Tua memandang Tuan Murong Wei dengan kekecewaan mendalam.

Tuan Murong Wei dan Selir Ying seketika membeku. Mereka tidak berani membantah ucapan Nyonya Tua. Ketakutan dan rasa malu tampak jelas di wajah mereka.

"Murong Hu kembalikan seruling milik Murong Yi. Itu adalah benda peninggalan milik mendiang ibunya." Nyonya Tua menatap tajam Murong Hu.

Tuan Muda keras kepala, dan menurut Jian Huànyǐng yang lebih bodoh daripada Murong Yi, itu hendak membantah. Tetapi, dia segera berlari diikuti pelayannya saat Nyonya Tua hendak melemparkan tongkatnya dan mengenai kakinya.

"Dan kau, keluarkan semua barangmu dari halaman milik Yunhua. Setelah itu bersiaplah untuk memberikan jawaban saat Permaisuri memanggilmu nanti." Nyonya Tua mengalihkan tatapannya yang tajam kepada Selir Ying, kata-katanya seperti pedang yang memotong ketenangan.

Selir Ying melirik Tuan Murong Wei, berharap mendapatkan dukungan. Namun, pria itu menundukkan kepalanya, tidak berani membantah ucapan Nyonya Tua. Wajahnya penuh dengan penyesalan.

Selir Ying pun pergi diikuti pelayan dan juga putrinya yang sejak tadi menahan tangis. Mereka setengah berlari meninggalkan aula, suasana menjadi sunyi mencekam.

"A Shu!" Setelah itu Nyonya Tua memanggil pelayan setianya. Gadis pelayan itu maju dan membungkukkan tubuhnya dengan sopan. "Antarkan para tamu ke halaman utama. Layani mereka dengan baik." Nyonya Tua melunakkan nada bicaranya.

A Shu segera menjalankan perintahnya dan dengan sangat sopan memimpin para murid Sekte Musik Abadi keluar dari aula utama untuk menuju halaman utama, yang merupakan tempat para tamu kediaman menginap.

"Zǔmǔ," Jian Huànyǐng menjatuhkan tubuhnya ke lantai dan memeluk kaki wanita tua itu. Dia menangis tersedu-sedu. Namun, di balik tangisannya, dia mengatur napas dan pikirannya, menyusun strategi.

"Aku ingin ke Lanyin, aku tidak mau hidup di sini. Aku bisa mati setiap saat jika tinggal di sini. Aku ingat A Tie pernah memukuliku hingga hampir mati karena A Hu mengadukanku. Aku juga ingat saat A Tie melenyapkan kognisi spiritualku. Zǔmǔ! Tolong aku!" Tangis Jian Huànyǐng dipenuhi kepanikan yang terlatih, menambah kesan meyakinkan pada sandiwaranya.

Wanita tua itu memejamkan mata, air mata menetes di pipi keriputnya. Dengan lembut, tangan tuanya membelai rambut Jian Huànyǐng.

"A Wei, kali ini aku tidak bisa memaafkan dirimu. Kau melupakan semua ajaranku dan ayahmu. Darah selalu lebih kental dari air dan kau memilih menampung air di dalam bejanamu dan menumpahkan darahmu sendiri," gumamnya pelan, suaranya penuh kesedihan yang mendalam.

Nyonya Tua mendesah panjang, matanya dipenuhi kekecewaan. "Jika Héxié Zhìzūn

menanyakan perihal kognisi spiritual Murong Yi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Dia berhak membunuhmu tanpa peradilan. Karena Keluarga Baili masih bagian dari Klan Yue, maka Murong Yi pun merupakan salah satunya." Nyonya Tua menutup mata, mencoba menahan rasa sakit di hatinya.

Setelah itu, dia memapah Jian Huànyǐng dan membawanya keluar dari aula utama, langkah mereka lambat namun pasti. Meninggalkan Tuan Murong Wei yang terduduk berlutut bak orang linglung, wajahnya pucat dan penuh penyesalan.

noted :

Tie : Ayah, panggilan yang menunjukkan rasa hormat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penakluk Sihir Iblis    Di Yè Níng Cūn 2

    Cahaya bulan yang menyeruak masuk melalui celah jendela kayu memberikan penerangan lembut di dalam ruangan sederhana itu. Keheningan malam hanya dipecah oleh suara napas teratur dari dua kultivator yang tengah bermeditasi.Sudah hampir dua shichen berlalu sejak mereka mulai bermeditasi. Tiānyin duduk bersila dengan postur sempurna, punggungnya tegak lurus seperti bambu yang tidak pernah tunduk pada angin. Energi spiritual mengalir stabil di dalam tubuhnya, mengatur ulang qi yang terganggu akibat pertarungan dengan roh tadi.Di sampingnya, Huànyǐng juga duduk dengan posisi yang sama, namun energi spiritualnya terasa tidak se-stabil milik Tiānyin. Sesekali alis pemuda itu mengerut halus, pertanda dia sedang bergulat dengan sesuatu di dalam dirinya.Lama-kelamaan, tubuh Huànyǐng mulai condong ke samping. Kepalanya yang awalnya tegak perlahan-lahan miring hingga akhirnya terantuk lembut di bahu Tiānyin.Sentuhan ringan itu membuat Tiānyin keluar dari

  • Penakluk Sihir Iblis    Di Yè Níng Cūn 1

    Ruang tamu yang luas dipenuhi aroma teh melati yang harum. Tiānyin duduk dengan postur tegap di kursi kayu mahoni yang diukir indah, sementara Huànyǐng dengan santai bersandar di sampingnya, sesekali meraih kue kering yang tersaji di atas meja bundar. Tuan Ma, pemilik rumah yang telah memperkenalkan diri sebelumnya, tidak berhenti menuangkan teh hangat ke dalam cangkir porselen putih bermotif naga. Wajahnya masih menampakkan kelegaan yang mendalam setelah roh mengerikan itu berhasil disegel. "Gōngzǐ, hidangan ini mungkin tidak sebanding dengan santapan di Kediaman Aroma Wisteria, tetapi ini adalah yang terbaik yang bisa kami sajikan," ujar Tuan Ma dengan penuh hormat, tangannya sedikit gemetar saat menuangkan teh. Huànyǐng mengangkat cangkirnya dan menyeruput teh dengan perlahan. "Ini sangat enak, Tuan Ma. Terima kasih atas keramahannya." Di sudut ruangan, para yunior duduk dengan sikap kaku dan formal. Mata mereka sesekali

  • Penakluk Sihir Iblis    Undangan Dari Pemilik Rumah

    Keheningan yang menyelimuti halaman rumah megah itu tiba-tiba terpecah oleh suara pintu kayu yang berderit. Satu per satu, pintu-pintu di komplek bangunan yang mewah itu terbuka dengan perlahan, seakan pemiliknya masih ragu untuk keluar.Kemudian, seperti air bah yang jebolkan bendungan, orang-orang berhamburan keluar dari berbagai sudut bangunan. Mereka berlarian dengan wajah lega namun masih dipenuhi ketakutan sisa, mata mereka sesekali melirik ke arah tempat roh itu tadi bertarung.Seorang pria paruh baya berpakaian berkualitas tinggi keluar paling depan. Jubah sutra biru tuanya yang meski agak kusut masih menampakkan kemewahan, menandakan bahwa dia adalah pemilik rumah ini. Tanpa ragu, dia langsung berlutut di hadapan Tiānyin dan Huànyǐng dengan penuh hormat."Gōngzǐ, terima kasih telah menyegel roh itu!" serunya dengan suara bergetar karena kelegaan. "Kami sudah terjebak di dalam rumah selama berhari-hari, tidak bera

  • Penakluk Sihir Iblis    Pedang Móhéng Jiàn

    "Chénxī," Huànyǐng bergumam pelan, suaranya hampir tertelan angin yang bertiup di halaman sunyi itu.Tiānyin mengerti maksud panggilannya. Dengan gerakan yang pelan dan anggun, dia menyimpan guqin ke dalam kantong pundi dimensi yang tergantung di pinggangnya. Mata birunya tidak pernah lepas dari roh yang berdiri di hadapan mereka.Sementara itu, roh tersebut menatap kipas di tangan Huànyǐng dengan pandangan yang sulit diartikan. Pedang hitamnya masih terangkat, ujungnya mengarah pada kipas yang menghalangi jalur serangannya menuju Tiānyin. Ada kilatan aneh dalam mata merahnya—seakan mengenali sesuatu.Tanpa bersuara, roh itu menggerakkan pedangnya dengan gerakan pelan namun mematikan, kali ini mengarah langsung pada Huànyǐng.Huànyǐng berputar dengan lincah, tubuhnya bergerak seperti dedaunan yang terbawa angin. Kipasnya berkilau ketika digunakan untuk menangkis serangan pedang hitam, menciptakan percik

  • Penakluk Sihir Iblis    Munculnya Yǐng Mó Jiàn Wǔ

    Roh itu tersenyum menyeringai, memperlihatkan gigi yang menguning. Lalu dengan gerakan yang elegan dan lincah, dia mengacungkan pedang hitamnya pada Tiānyin.Dalam sekejap, tubuhnya berputar dan menyerang dengan kecepatan yang mengejutkan. Pedang hitam itu menebas udara, menciptakan jejak energi gelap yang mengerikan.Huànyǐng terdiam memperhatikan gerakan roh tersebut. Jurus pedangnya memang bagus—bahkan sangat bagus untuk ukuran makhluk yang sudah mati. Tetapi sayangnya, yang dia hadapi adalah Yuè Tiānyin, sang Dàoyì Zhenjun. Kultivator yang pernah menghancurkan Lan Tian Gōng dalam sekali jentik saja dengan melodi Penghancurnya yang legendaris.Jurus pedang sekaliber itu sama sekali tidak berarti bagi Tiānyin.Dengan denting guqin yang tajam dan presisi, roh itu berkali-kali menderita. Tubuhnya terpental ke berbagai arah, menabrak pohon dan tembok batu. Tetapi dia tetap gigih dan terus bangkit, menyerang Tiānyin dengan semangat yang tidak pernah

  • Penakluk Sihir Iblis    Roh Di Desa Sunyi

    Huànyǐng menatap hutan lebat di bawahnya. Pohon-pohon rimbun membentang hingga ke cakrawala, diselingi aliran sungai kecil yang berkilau terkena sinar matahari. Semua sudah berubah dari lima belas tahun yang lalu.Wajar saja, pikir Huànyǐng. Lima belas tahun berlalu, tentu ada banyak perubahan di Kekaisaran Bìxiāo. Bahkan jalur perdagangan yang dulu dia hafal di luar kepala kini tampak asing."Arahnya dari sana!" Tiānyin menunjuk sebuah lembah sepi di depan mereka. Kabut tipis menyelimuti area tersebut, membuatnya tampak misterius dan sunyi.Huànyǐng mengerutkan kening. Rasanya tempat itu tidak asing baginya, tetapi entahlah. Dia melupakan banyak hal yang terjadi selama beberapa tahun terakhir dalam hidupnya, kecuali tahun terakhir—musim salju yang berdarah itu."Chénxī, apa nama lembah itu?" tanyanya dengan hati-hati."Tidak ada yang tahu. Hanya ada sebuah kota kecil di sana," sahut Tiānyin sambil mengarahka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status